Jena Sahabat Iyel

66 7 0
                                    

Gabriel baru saja terbangun dari tidurnya. Dia duduk terbengong diatas ranjang, dengan otak yang masih mencerna apa saja yang sudah terjadi kemarin.

Muka Gabriel langsung memerah setelah dia menemukan kesadarannya, gabriel menutup kepalanya sambil menendang-nendangkan kakinya dibalik selimut.

"Kemarin... aku sama Stevie resmi pacaran ya?" monolog Gabriel seolah tak percaya.

Ah, tiba-tiba Gabriel teringat sesuatu. Dia harus mengabari sahabat terbaiknya terlebih dahulu soal ini.

Gabriel mencari nama sahabatnya diantara deretan kontak di handphonenya. Sambil bersenandung ria dia mengetikkan beberapa huruf untuk mempermudah pencariannya.

Tapi saat sudah menemukan profil Jena, Gabriel justru terdiam sebelum mengirimkan pesan. Gabriel teringat ucapan Mery yang bilang Jena adalah sepupunya.

Mengingatnya membuat Gabriel menghela nafas, dia mengurungkan niat mengabari dengan mematikan layar handphonenya.

Gabriel melempar handphonenya ke kasur dan segera bersiap diri sebelum berangkat ke kampus.

~~~

Apa yang terjadi pagi ini tidak seperti yang Gabriel khawatirkan, ternyata pagi-pagi sekali papanya sudah kembali hunting foto di gunung. Syukurlah jadi tidak ada yang menanyainya macam-macam.

Gabriel melihat pantulan dirinya di cermin depan dekat sopir, dia membenarkan rambutnya sambil sesekali tersenyum.

"Nak Riel hari ini terlihat bahagia sekali ya" celetuk Pak sopir yang tertawa saat melihat Gabriel heboh sendiri di belakang.

"Ah bapak" Gabriel menutup wajahnya sambil mendekatkan diri ke pintu supaya pak sopir tidak bisa mengintipnya lagi dari cermin.

"Nanti nggak usah dijemput ya pak" pesan Gabriel sebelum turun dari mobil

Nampak ekspresi bingung di wajah pak supir. Masa gara-gara digoda begitu saja tuan mudanya ini sudah ngambek tidak mau dijemput?

"Saya bareng temen saya" jelas Gabriel kemudian.

Pak supir yang faham pun mengangguk lalu berpamitan pergi.


Gabriel tak langsung masuk, dia berpikir apa yang harus dia lakukan nanti kalau bertemu Jena?

Apakah dia harus menyapa Jena lebih dulu, atau menunggu Jena saja yang menyapanya lebih dulu.

Tapi bagaimana kalau pada akhirnya kami saling tunggu menunggu?

Panjang umur memang. Baru saja memasuki lobby dia sudah bisa melihat punggung Jena, Gabriel menarik nafasnya dalam-dalam mempersiapkan diri sebelum menyapa Jena

"Loh Iyel" Sapa Jena lebih dulu saat dirinya tak sengaja menoleh ke belakang.

Gabriel mengangkat tangannya "H-hai Jena"

Jena tertawa sambil menyikut Gabriel "Apa sih wkwk kaku banget kaya kanebo"

Gabriel ikut tertawa "Gimana kencan Jena kemarin?"

Wajah Jena memerah, dia juga memalingkan muka sambil meremas ujung bajunya.

Sungguh, ini baru pertama kalinya Gabriel melihat Jena bertingkah malu-malu kucing.

Gabriel terdiam saling beradu tatap dengan Jena, tapi tak lama dia langsung membuka mulutnya sambil terkejut, sepertinya dia tahu kenapa Jena bertingkah begini.

"Break the candle" jawab Jena lirih sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya seolah mengatakan 'peace'.

"Kali ini Jena jauh lebih gil--" Gabriel tak percaya melihat sahabatnya yang sekalinya pacaran sudah langsung sejauh itu.

Jena segera memotong "Ya ya gue tau udah shht" Jena menutup mulut Gabriel dengan tangannya. Sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri takut jika obrolan mereka didengar mahasiswa lain.

Gabriel menjauhkan tangan Jena dari mulutnya "Biar impas Iyel juga mau bilang sesuatu"

"Iyel... sama Stevie resmi pacaran" lanjut Gabriel dengan malu-malu.

Jena tak kaget, dia justru terkekeh "Udah ketebak kali"

Membuat Gabriel heran "Kok bisa?"

"Mery yang bilang, Stevie biasanya gak se-over protect itu ke temen-temennya. Tapi pas liat lo bareng Mery kemarin, katanya Stevie langsung nyamperin" Jelas Jena panjang lebar.

Mendengar kata Mery membuat Gabriel teringat sesuatu "Ngomong-ngomong Jena beneran sepupu Mery?"

Jena menatap Gabriel dengan satu alisnya terangkat "Iya..., dia sempet tinggal di rumah gue pas awal kuliahnya dulu" Jena melirik sekeliling "Posisinya dulu mirip kayak posisi Stevie sekarang" lanjut Jena sedikit berbisik.

Gabriel bingung "Maksudnya?"

Jena memutar bola matanya malas "Broken home, mangkannya mereka dulu deket. Mungkin karena Stevie ngerasa punya temen senasib" Jena mengendikkan bahunya.

"Kalau gitu Jena kapan hari ngasih tau Gabriel soal Mery sama Stevie, itu demi siapa?" Tanya Gabriel lagi.

Jena menatap Gabriel tak percaya "Lo seriusan nanya gini? Ya demi elo lah"

"Denger ya, Mery dulu sempet musuhin gue karena gue ngefans sama Stevie. Dia itu cintanya ke Stevie udah masuk kata obsesi tau gak? Padahal gue tuh cuma ngefans! Bukan suka apalagi cinta! heran gua" Oceh Jena.

Gabriel menyimak dengan baik ucapan Jena. Dia jadi merasa bersalah karena sempat tidak mempercayai Jena.

Gabriel merentangkan tangannya hendak memeluk Jena. "Uu Jena, maafin Iyel udah ragu ke Jena... Jena sahabat terbaik Iyel"

Jena segera menghindar dengan menampik tangan Gabriel "Ih apaan nih, jangan peluk! Jauh-jauh lo" teriak Jena sambil berlari.

Gabriel terus mengejarnya sambil merengek dengan kedua lengannya yang terlenyang "Jena sinii Iyel peluk dulu"

Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang