Kebenaran Mery

255 17 0
                                    

"Ah mama membuat kesalahan" Wanita itu segera membuka pintu dan berlari ke kamarnya.

Stevie menyadarkan Gabriel yang semakin terbengong setelah mendengar kata 'mama'

"Hey sadarlah!" Stevie mengguncang tubuh Gabriel lalu mengajak Gabriel masuk ke dalam.

*

*

*


Sungguh malam yang panjang, setelah kejadian barusan mama Stevie kembali menemui Gabriel dengan setelan baju yang lebih tertutup.

Mereka sempat membicarakan banyak hal, mulai dari cerita Stevie sewaktu kecil. Hingga mantan Stevie, yang membuat Gabriel langsung teringat pada Mery.

Ingin rasanya Gabriel bertanya saat itu juga pada Stevie, tapi dia mengurungkan niatnya saat melihat Stevie yang hanya duduk terdiam di sofa seolah tak tertarik bergabung dalam perbincangan ini.

"Jadi Gabriel Stevie itu anaknya kaku, karena dulu dia diasuh kakeknya" ucap papa dengan senang menceritakan banyak hal.

"Sudah larut" Stevie menyadarkan Gabriel dan mamanya yang sedang mengobrol.

Mamanya tampak kecewa "Eeh kan baru beberapa jam, apa tidak mau menginap saja?" Tanya mamanya dengan menahan lengan Gabriel.

Gabriel sedikit tertarik, hampir saja dia meng'iya'kan tawaran mama Stevie sebelum Stevie memotong.

"Gak boleh!"

Gabriel sedikit terkejut mendengar penolakan itu, tapi kalau dipikir lagi mungkin Stevie takut papa akan khawatir kalau Gabriel tidak segera pulang.

"Kalau gitu Iyel pergi dulu ya tante" pamit Gabriel.

"Mama!" Tegas Mama Stevie "No tante!" Lanjut mama Stevie.

Gabriel terkekeh lalu mengoreksi kalimatnya barusan "Iyel pamit dulu ya ma"

Mama Stevie tersenyum senang dan melambai beberapa kali.

~~~

Setelah selesai berpamitan Gabriel kini berdiri di belakang Stevie yang hendak menaiki motornya di parkiran basement.

Dia sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk bertanya terkait Mery, sedari tadi dia memikirkannya karena Gabriel ingin masalah keingintahuannya soal Mery segera selesai.

"Ada, yang mau Iyel tanyain" ucapan Gabriel membuat Stevie mengurungkan niatnya menaiki motor.

Stevie beralih menghadap Gabriel, menyandarkan dirinya di motor dan mempersilahkan Gabriel untuk bertanya.

Gabriel memegang ujung bajunya sendiri dengan erat. "Ini... soal Mery" ucapnya tanpa melihat ke arah Stevie.

Stevie menatap Gabriel heran "Dari mana lo tahu soal Mery?" Tanya Stevie balik.

"Seseorang memberitahuku bah-" Gabriel berhenti sejenak mengumpulkan keberanian

"Bahwa kalian memiliki hubungan spesial" lanjutnya masih memfilter ucapannya supaya tidak terlalu frontal.

Stevie menghela nafas dan mengacak rambutnya sendiri.

"Dia cewek yang waktu itu" jelas Stevie, tentunya Gabriel faham apa maksudnya. Tapi bukan itu yang ingin Gabriel ketahui.

"Apa kalian berpacaran?" Tanya Gabriel lagi.

Stevie tak menjawab, dia mendekatkan wajahnya pada wajah Gabriel yang menunduk.

"Kenapa lo pengen tahu?" Tanya Stevie sambil menyunggingkan senyumannya.

Gabriel segera memalingkan pandangannya ke arah lain dan menjawab dengan gugup "A-aku cuma penasaran aja"

Stevie menarik kembali kepalanya "Kita temenan udah lama, tapi sepertinya dia salah mengartikan pertemanan kami" jelas Stevie.

Maksudnya bagimana? Batin Gabriel dengan bingung.

"Apa... Stevie menyukai Mery?" Tanya Gabriel dengan memberanikan diri menatap Stevie.

Mata mereka saling bertemu, Gabriel ingin mendengar dan melihat kenyataannya secara langsung. Tapi Stevie hanya memasang raut muka datar.

"Iya" satu jawaban dari mulut Stevie yang langsung membuat Gabriel lemas. Hatinya terasa seperti diremas hingga ngilu, Gabriel langsung menunduk, dia mencoba mati-matian untuk tak menangis.

Apa sih yang kuharapkan? Batin Gabriel memegang dadanya dan meremas bajunya sendiri.

Stevie tidak mengatakan apa-apa lagi, hingga Gabriel selesai menangis. Dia bahkan tak mencoba menenangkan Gabriel seperti sebelumnya.

"A-aku hiks... pulang sendiri saja" ucap Gabriel disela-sela tangisnya.

"Kenapa lo nangis?" Tanya Stevie saat Gabriel hendak pergi.

Gabriel tak menjawab, dia melanjutkan langkahnya dengan tangan yang sesekali mengusap air matanya sendiri.

"Lo suka gue?" Tanya Stevie dengan suara yang lebih keras.

Gabriel mempercepat langkahnya, dia tak ingin menjawab pertanyaan Stevie.

'Memangnya kenapa kalau Iyel suka Stevie? Apa itu bakal ngerubah semuanya?' Batin Gabriel dengan kesal.

Tap

Stevie memegang lengan Gabriel, dan menahannya. Menghentikan langkah Gabriel dengan paksa.

Gabriel mencoba memberontak, "Lepas" ronta Gabriel.

Alis Stevie mengkerut dia segera menarik paksa Gabriel yang masih memberontak itu ke dalam pelukannya. "Gue juga suka sama lo" Jelas Stevie.

Membuat Gabriel spontan tak lagi memberontak. Dia menangis dengan keras di pelukan Stevie.

"Bohong" hardik Gabriel seolah tak percaya.

"Enggak, gue serius" jawab Stevie sembari meletakkan dagunya di atas kepala Gabriel.

"Terus Mery gimana?" Tanya Gabriel masih tak percaya.

Stevie melepas pelukannya "Gue masih normal" jawab Stevie kembali menyunggingkan senyuman. "I like her as a friend" lanjutnya sambil mensejajarkan wajah mereka dan meletakkan kedua tangannya di pundak Gabriel.

Gabriel mencebikkan bibirnya, "Stevie nggak ngomong gini karena pengen buat Iyel gak nangis lagi kan?"

Stevie tertawa, "Kok lo bisa mikir gitu sih" ucapnya lalu mengecup sekilas dahi Gabriel.

"Itu bukti cinta gue" Ucap Stevie pada Gabriel yang mematung memegangi jidatnya.

Stevie sedikit berlari menuju motornya, dia menyalakan mesin motor itu dan berhenti tepat di depan Gabriel yang masih mematung.

"Ayo, kalau kemalaman nanti papamu marah kan" Stevie terkekeh, membuat Gabriel semakin malu, dan segera menaiki motor itu.

Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang