Gunung

146 14 2
                                    

Laki-laki sejati? Gabriel bingung dengan apa maksud papanya.

"Kamu ini sekarang sudah punya pacar kan? Kamu harus lebih bisa diandalkan dari pacarmu" jelas papa.

"Apalagi pacarmu itu... dilihat dari mana pun jauh lebih manly" Papa Gabriel menggerutu dengan pelan.

"Tapi Iyel udah cukup puas kok pa, Stevie terima Iyel apa adanya kok" Gabriel menjelaskan dengan sepenuh hati agar papanya percaya.

Papa menggeleng "Kita enggak akan pulang sampai ada perubahan di diri kamu"

Gabriel langsung lesu, dia membalikkan badannya dengan kesal.

Kenapa sih papanya ini? Seperti cenayang saja. Baru kapan hari Gerald mencemooh Gabriel, sekarang tiba-tiba papanya mau merubah Gabriel.

Apa Gabriel memang selemah itu?

"Sudah tidur, besok pagi buta kita lanjut naik" titah papa pada Gabriel.

"Iyaa" Gabriel dengan lesu pergi memasuki tenda yang dia buat dengan papanya sore tadi.

Seminggu setelah kepergian Gabriel, mama mulai menyadari kalau anak semata wayangnya itu tak terlihat lagi di rumah akhir-akhir ini.

"Kemana ya Iyel?, apa menginap di tempat Jena" monolog mama sambil berpikir keras.

Mama lalu menggeleng "Ini terlalu lama kalau disebut menginap, sudah 3 hari Iyel enggak kelihatan"

Saat mama sedang mondar-mandir kebingungan, terdengar suara mobil yang baru datang.

Mama segera mengintip dari balik tirai jendela.

Ternyata itu mobil papa, dan baru saja papa keluar diikuti Gabriel.

Mama segera membuka pintu dan bersendekap dada di depan pintu.

"Oh gitu, kalian liburan sendiri."

Papa terperanjat kaget mendengar suara mama.

"Loh mama kok udah pulang" tanya papa berbasa basi.

Gabriel mendekati papanya lalu berbisik "Papa enggak pamit ke mama?"

Papa hanya tertawa sambil menggaruk kepalanya.

Gabriel menghela nafasnya, tidak ada yang bisa diharapkan dari papanya.

"Ma, Gabriel pulang" Gabriel merentangkan tangannya hendak memeluk sang mama.

Tentu pelukan itu disambut baik oleh mamanya.

"Kok gabriel sih?" Tanya mama dengan heran mendengar sebutan yang jarang digunakan itu.

"Tunggu, ini... otot? Iyel punya otot??" Kaget mama saat tak sengaja meraba lengan Gabriel.

Mama segera menengok ke arah papa dengan penuh tanda tanya "Kamu apain anak kita mas?"

Papa mendekati mama sambil tertawa "Dilatih sedikit"

Mama kembali meneliti penampilan Gabriel dari atas hingga ke bawah "Baju ini kayak bukan baju yang biasa kamu pakai"

Gabriel melirik ke arah papa.

Papa yang menyadari tatapan Gabriel pun menjawab "Tadi mampir belanja dulu"

Kekesalan mama pun kembali "Jadi kalian udah liburan bareng, belanja bareng juga tanpa mama"

Ah, sepertinya jawaban papa salah.

Papa segera memegang kedua pundak mama sambil sedikit memberikan pijatan "Okay, aku salah... nanti gantian aku ajak kamu liburan. Kamu sibuk terus soalnya, lagian kamu gak suka gunung kan"

Mama melirik papa dengan tajam "Kan kalau diberitahu duluan aku bisa ambil cuti, lagian dulu kita ketemu digunung kok bisa-bisanya kamu bilang aku gak suka gunung" omel mama.

"Yasudah... kita liburan besok ke pulau X" tawar papa.

Mama memberikan gestur seolah sedang berpikir "Enggak mau, maunya ke kota Z sekalian belanja baju-baju"

Papa tak punya pilihan lain, diapun mengangguk setuju.

*

*

*

"Emm enak banget" ucap Jena dengan mulut yang dipenuhi keripik belut itu.

Gabriel hanya terkekeh melihat reaksi Jena.

Mereka kini duduk di bangku taman dekat perumahan Jena.

Ya, Jena sudah menyelesaikan bakti sosialnya kemarin. Bersamaan dengan Gabriel yang baru pulang dari gunung.

Jena menelan makanannya lalu berucap "Oh iya, lo udah ngasih kabar Stevie belum?"

Gabriel tersenyum "Belum, nanti rencana mau ke sana sekalian ngasih oleh-oleh"

Jena tampak berpikir "Ke sana mana?"

"Apartemennya" jawab Gabriel dengan santai.

Jena langsung tersenyum jahil "Uuu mainnya udah ke apartemen ya sekarang"

Gabriel menggeleng dengan segera "Engak! Apa sih Jena" dia lalu pergi hendak meninggalkan Jena karena terlalu salah tingkah.

Jena segera memeluk lengan Gabriel "Ee bercanda doang ihh"

Gabriel pun menghentikan langkahnya.

"Tunggu dulu, tangan lo kok agak keras sih sekarang" ucap Jena saat menyadari lengan yang dia peluk tidak selembut biasanya.

"Habis dilatih papa" jawab Gabriel sambil tersenyum.

"Tapi berapa hari doang masa udah kebentuk sih" Jena heran bagaimana otot itu bisa terbentuk hanya dalam waktu sesingkat itu.

"Yah, papa ngasih aku latihan non stop" kekeh Gabriel.

Jena kembali menatap dengan aneh "Aku? Who the f*ck Aku is?"

Gabriel justru heran, dia menunjuk dirinya sendiri "Aku ya aku" jelasnya.

Jena masih loading.

"Apa sih Jena aneh ah, aku pulang dulu ya mau bantu mama packing buat liburannya"

Hingga keberadaan Gabriel sudah tak terlihat lagi, Jena masih setia mematung.

"Dia banyak berubah banget" monolog Jena.

Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang