Hari ini malam jumat dan Jena meminta untuk menginap di rumah Gabriel.
Bukan hanya sekali dua kali memang. Bisa dibilang Jena sudah sering menginap di rumah Gabriel, terutama saat mama Gabriel dinas dan papanya hunting foto di gunung.
Tapi hari ini lain, mama Gabriel tidak sedang dinas dan papanya pun ada di rumah, entah kenapa Jena meminta menginap.
"Jena selamat datang" sapa papa Gabriel begitu Jena masuk membawa tasnya.
Jena tersenyum canggung, ini baru pertama kali dia bertemu papa Gabriel secara langsung.
"Halo om" sapa Jena balik dengan sedikit menunduk.
Papa Gabriel tersenyum, "Papa percaya Jena dan Gabriel anak yang baik" ucap papa Gabriel tiba-tiba.
Apa? Kok tiba-tiba? Pikir Jena dengan heran.
"Sayang!" Mama Gabriel memukul lengan suaminya dengan keras. "Jangan berpikiran aneh-aneh!"
Gabriel ikut menambahi "Jena sahabat Iyel tahu! Dasar papa tidak tahu apa-apa!" Dengus Gabriel kesal langsung menarik Jena menuju kamarnya.
~~
"Maaf" Ucap Gabriel dan Jena bersamaan.
"Ah, kenapa Jena minta maaf?" tanya Gabriel sembari menaruh tas Jena di samping meja belajarnya.
"Karena gue minta nginep tiba-tiba" jawab Jena sambil berjalan mendekat dan kemudian duduk di tepian kasur.
"Ada yang perlu gue sampein" ucap Jena lagi, dengan mimik muka lebih serius dari tadi.
Gabriel menelan ludahnya. 'Apa Jena diusir orang tuanya? Atau Jena hamil?!' Pikiran negatif terus muncul di benak Gabriel.
"A-ada apa?" Tanya Gabriel segera duduk disamping Jena.
Jena terdiam beberapa saat, dia kemudian menatap Gabriel yang saat ini sudah berkeringat dingin. "Ini soal Stevie" ucap Jena.
Antara lega dan tidak, gabriel langsung menghembuskan nafasnya dan merilekskan tubuhnya yang sempat kaku.
"Syukurlah" ucap Gabriel lalu beralih menatap Jena dan dengan ragu bertanya "Jena... suka Stevie?"
Ekspresi Jena tidak bisa ditebak, Gabriel hanya bisa menatap lantai dengan canggung. Jena juga nampak terdiam sebelum menjawab.
"Iya" satu jawaban yang lolos dari mulut Jena membuat Gabriel sedikit kaget
"Apasih?! Dulu kan gue emang pernah suka dia sampai ngejar-ngejar minta foto tapi malah elo yang dapet" lanjut Jena dengan menggebu-gebu kemudian.
"Jena sih bikin atmosfernya menegangkan" balas Gabriel dengan kesal lalu merebahkan tubuhnya di kasur.
Jena menatap Gabriel dengan ragu "Emang bener gue mau ngomongin Stevie, tapi bukan soal itu." Lanjut Jena membuat Gabriel kembali duduk.
Gabriel menaikkan kedua kakinya ke kasur "Ada apa?" Tanyanya.
"Lo kenal mery?"
Gabriel spontan menggeleng.
"Dia pernah deket sama Stevie, harusnya lo tau soal ini" lanjut Jena.
Seketika membuat ingatan Gabriel pada hari dimana dia mendapat cupang kembali terlintas.
'Apa jangan-jangan cewek itu' batin Gabriel. Entah kenapa hatinya terasa ngilu saat mengingat hal itu.
"Cewek... yang ngasih cupang di leher Stevie?" Tanya Gabriel dengan ragu.
"Iya, dia Mery" Jawab Jena.
Gabriel belum siap, jika memang harus mendengar setidaknya Gabriel ingin mendengar langsung dari mulut Stevie.
"Gabriel nggak mau denger Jena" Gabriel segera menutup telinganya dan menggeleng dengan kuat.
Jena mengernyit "Lo harus tau soal ini! Baru lo putusin mau lanjut atau enggak" Jena mencoba menarik tangan Gabriel yang menutup telinganya.
Cukup lama mereka tarik menarik hingga akhirnya keduanya sama kelelahan dan berbaring di kasur dengan terengah.
"Stevie mencampakkan Mery" ucap Jena membuat Gabriel membalikkan badan memunggungi Jena.
"Mereka pernah ciuman" lanjut Jena.
"Cukup!" Pekik Gabriel menutupkan bantal di kepalanya. "Gabriel nggak mau denger lagi" tangis Gabriel.
"Maaf, gue cuma gak mau lo sakit hati di akhir" Jena mengernyit dan memalingkan tubuhnya membelakangi Gabriel Juga.
*
*
*
Suara burung dan sinar mentari membangunkan Gabriel dari tidurnya, dia baru ingat telah menangis semalaman hingga pagi ini merasa matanya bengkak."Hey tutup gordennya" titah Jena masih setengah tidur.
Gabriel masih mencerna, kenapa?
"Jena masih disini!" Kaget Gabriel.
Jena kaget dengan teriakan Gabriel langsung membuka matanya "Ya, gue gak mungkin baru dateng langsung pulang kan! Nanti orang tua lo curiga terus kita gaboleh main bareng lagi" jelas Jena dengan kelopak mata yang ikut membengkak.
"Kenapa mata Jena gitu?" Tanya Gabriel.
"Mata lo sendiri kenapa gitu?" Jena balik bertanya.
Keduanya sempat loading sebelum akhirnya tertawa bersama, "Jena ikutan nangis?" Tanya Gabriel tak percaya.
"Gue nyesel sekaligus kesel" jawab Jena.
Gabriel kembali tertawa mendengarnya.
~~~
Jum'at itu mereka ada kelas pagi, saat turun mama sempat kaget melihat penampilan mereka. Begitu pula papa Gabriel yang langsung menanyakan hal macam-macam.
Gabriel gelagapan, untungnya Jena segera memberi alasan bahwa mereka menangis bersama karena menonton drakor semalam.
Walau masih ada sedikit kecurigaan dari papa Gabriel tapi akhirnya mereka bisa berangkat ke kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On Going
RomanceGabriel, cowok dengan paras cantik dan imut itu sedikit cengeng. Dia yang lemah lembut itu harus dihadapkan dengan Stevie, cewek tomboy yang pandai bermain gitar listrik dan merupakan salah satu anggota band rocker yang cukup hits di kampusnya. Ste...