Villa pt.4

171 15 0
                                    

Stevie dan Gabriel kembali ke Villa. Mereka berdua langsung disambut oleh Jena dengan raut khawatirnya.

"Kyaa Stevie kenapa, darah!!" Histeris Jena sambil menunjuk-nunjuk muka Stevie.

Mathew segera mengobrak-abrik tasnya mencari kotak P3K. "Ada nih Gabriel" Mathew menyerahkan kotak itu pada Gabriel.

"Gue enggak apa-apa" Stevie mencoba menenangkan teman-temannya.

"Gerald mana?" Tanya Mery, sambil mencoba mengambil kotak P3K dari Gabriel.

Gabriel menahan kotak itu lalu menjawab dengan kesal "Dia beli pembalut buat kamu"

Mery sedikit kaget melihat perubahan sikap Gabriel, dia pikir Gabriel akan diam-diam saja seperti tadi.

"Yaudah sih, ayo makan dari tadi keburu keras nih dagingnya" Mery berlalu pergi ke meja.

"Stevie bisa makan? Mau aku suapin" Masih sempat-sempatnya Mery menawarkan hal gila itu.

Stevie tersenyum "Nggak perlu, Gabriel yang bakal nyuapin gue"

Gabriel langsung menengok ke arah Stevie, begitu juga Jena, Mathew dan Rico yang baru turun dari lantai atas.

"Dia udah jadi pacar gue Mer" Stevie memperjelas ucapannya dengan memeluk Gabriel dari belakang.

Hal itu membuat Jena dan Mathew ikut berpelukan, sedangkan Rico hanya menganga melihat dua pasangan itu.

"Sejak kapan" tanya Mery tak percaya.

Kini Gabriel yang menjawab "Udah hampir dua minggu kok"

Mery tertawa sarkas "Nggak usah ngarang deh, lo dulu bilang ke gue lo enggak mau pacaran kan Stev"

"Kalau orangnya Gabriel gue mau" jawab Stevie dengan santai.

Mery meremas ujung roknya, dia membalikkan badan dan tak sengaja menabrak Gerald yang baru pulang.

"Nah udah pas personelnya nih, ayo makan udah laper banget gue" Rico langsung menyeret Mathew dan Jena untuk duduk.

Mereka akhirnya bisa memakan daging panggang itu dengan lahap.

Kecuali Mery yang mendadak mengurung diri di kamar.

"Gue ngasih ini ke Mery dulu ya" Gerald tiba-tiba berdiri dari duduknya sambil membawa piring berisikan daging.

Rico menahan lengan Gerald "Makan dulu aja, nanti sisain buat dia"

Gerald menggeleng, "Gue udah makan banyak kok tadi"

"Bir yang di bawa Mery tadi dimana?" Tanya Gerald pada Rico dengan setengah berbisik.

Rico menunjuk kulkas.

Gerald pun pergi membawa sepiring daging dengan dua botol bir dari kulkas.

Stevie memberikan suapan pada Gabriel yang saat ini sedang mengobati luka di bibirnya.

"Enak" puji Gabriel.

Stevie terkekeh padahal harusnya dia yang disuapi tapi malah kebalik gini. Dia pun menyuapkan sesuap daging ke mulutnya sendiri.

"Lo beli dagingnya dimana Jen" tanya Yudha.

"Ah gue beli bareng Matt di supermarket deket kampus" Jena menjawab dengan tangan yang sibuk menyuapi Mathew.

Yudha mengangguk "Ini yang jenis apa? Dagingnya empuk, juicy banget lagi"

Jena memutar bola matanya "Gue enggak tahu, asal ambil aja"

Rico ikut menimbrung "Kenapa emang?"

Yudha menjawab "Adek-adek gue suka banget makan daging, gue biasanya beli di pasar agak alot"

"Ya jelas beda bego, sapinya aja beda, cara ngolahnya juga beda" jelas Rico.

"Kak Yudha masak sendiri?" Tanya Jena seolah tak percaya.

Rico segera menggeleng "Jangan kasihan! Orang tuanya kerja duitnya banyak. Cuma dia aja males ngehire maid"

Yudha memukul lengan Rico "Gue kan udah bilang adek Gue enggak suka orang luar"

Stevie yang awalnya menyimak obrolan teman-temannya mengalihkan kembali pandangannya ke Gabriel.

"Hmm? Kenapa?" Tanya Stevie saat mendapati Gabriel sedang memandanginya.

Gabriel menggeleng dengan malu "Enggak, Iyel senang aja soal yang tadi Stevie bilang ke Mery"

Stevie tersenyum puas mendengar ucapan Gabriel, ternyata sesimpel ini ngebuat dia senang.

Tak terasa daging di piring sudah habis, Rico dengan ide jahilnya menukar isi soda dengan bir.

"Ayo main truth or dare yang kalah minum soda" Rico dengan penuh semangat mengajak teman-temannya bermain. Dia juga sudah menyiapkan botol kosong yang akan digunakan sebagai alat spin.

Untungnya tidak ada yang menolak ajakan Rico, semuanya setuju.

"Tapi Gerald lama juga ya di kamarnya Mery" celetuk Mathew yang mulai merasa aneh.

Rico yang tahu tadi Gerald membawa bir, segera menimpali "Udah lah biarin aja berdua, fokus ke game aja ayo"

Game itupun berlangsung cukup seru, mereka saling menanyakan pertanyaan basic. Rico selalu mencoba mengenakan ujung botol itu pada Yudha yang sangat anti alkohol. Dia akan memastikan Yudha meminum bir itu malam ini.

"Yang gue sukai di sini cuma Jena" Mathew adalah orang pertama yang kena ujung spin.

"Gue anggep Mery sahabat" Orang kedua yang kena ujung spin adalah Stevie.

"Gue paling nggak suka sama kak Rico di sini" Jena menjawab dengan bercanda menjulurkan lidahnya mengejek Rico.

Rico mulai keringat dingin kenapa alat spinnya tidak kena ke Yudha sama sekali dari tadi.

"K-kayaknya kurang asik deh, gimana kalau pertanyaannya disampaikan dulu?" Usul Rico. Yang lain hanya ikut mengangguk saja.

"Kalau gitu pertanyaan kali ini, apa alasan sebenarnya lo males ngehire maid?"

Yudha langsung mengerutkan alisnya, dia menatap Rico tak percaya. Rico hanya tersenyum puas melihat reaksi Yudha. Dia akan memastikan ujung spin itu kena ke arah Yudha.

Sedangkan anak-anak yang lain hanya tertawa karena mereka merasa pertanyaan itu memang benar-benar menjurus ke Yudha saja. Tanpa mereka ketahui sebenarnya Gabriel juga tidak mempekerjakan maid di rumahnya.

Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang