"Enggak!"
"Please Pa, izinin Iyel" sudah cukup lama Gabriel memohon sambil menarik-narik lengan baju Papanya.
"Enggak pokoknya! Anak muda kalau dibiarkan liburan bersama pasti ujung-ujungnya maksiat"
Gabriel menggeleng dengan kuat "Iyel enggak gitu kok Pa, lagian ada Jena juga kok"
Papa tetap diam dan berdiri teguh pada pendiriannya yang tidak mengizinkan Gabriel untuk pergi liburan di villa.
Tak lama dari itu Mama datang dengan sepiring potongan buah apel merah di tangannya "Udahlah Pa, kayak enggak pernah muda aja"
Mendengar ucapan Mama, Papa mengernyit dan dengan tajam menatap ke arah Mama.
Mama hanya membuang nafasnya sambil mengangkat alis, perlahan mendekati Gabriel "Sayang, mama izinin. Tapi janji ya enggak boleh macam-macam! Mau sama siapa pun terutama, Stevie?"
Nama Stevie membuat Papa dan Gabriel kompak terkejut. Papanya bingung kenapa Stevie? Masa iya Stevie yang kemarin benaran pacar Gabriel?
Sedangkan Gabriel bingung mamanya tahu dari mana kalau Stevie juga ikut?
"Kenapa sih kompak banget wajah berdua" Mama menggoda dengan bergantian menunjuk Gabriel dan Papa.
Papa berdehem mengembalikan wibawanya "Stevie yang itu ikut juga?"
Gabriel sebenarnya enggan untuk menjawab, tapi kalau tidak dijawab malah akan semakin mencurigakan.
"Kalian beneran pacaran?" Tanya Papa semakin menyelidik.
Mendengar pertanyaan Papa sontak membuat Mama tertawa "Aduh papa masa enggak percaya sih" Mama memegang rahang Gabriel dan mengarahkannya menghadap papa "Lihat, wajah secantik ini masa belum punya pacar?"
Gabriel berusaha melepaskan cengkeraman Mamanya, "Iya iya Gabriel jujur"
"Emang.... Stevie pacar Iyel kok" jelas Gabriel dengan pelan.
Dapat Gabriel dengar papanya menghela nafas, sedangkan mamanya tertawa dengan puas.
"Mama bilang juga apa, papamu itu yang enggak peka" Sindir Mama. Membuat papa semakin bad mood.
"Kalau begitu sebelum berangkat bawa si Stevie itu buat izin ke Papa sama Mama langsung"
Ah, habis sudah.
Gabriel mencebikkan bibirnya, padahal dia berharap bisa dengan mudah diizinkan ikut liburan. Tapi apa yang terjadi? Dia malah harus ikut membawa Stevie untuk izin.
*
*
*
Stevie baru saja memarkirkan motornya di basement, dia langsung menyalakan handphonenya saat menyadari ada getaran beberapa kali dari saku celananya.
Riel
Online
-------------------------------------------‐----‐-------------------‐----‐‐‐‐------------------Stevieeeee 😭😭😭
Iyel tadi izin papa sama mama
Tapi masa mereka malah minta stevie ikut izin ke rumah
Iyel nggak maksud gituu
Maaf iyel ngerepotin steviee
---------------------------------------------------------------------------‐---------------
Stevie terkekeh saat membaca pesan itu, dia sedikit menggeleng sambil mengirim sticker snoopy dengan tulisan 'OK'.
Sejenak hal itu membuat Stevie lupa akan masalah yang menunggunya di dalam apartement.
Stevie langsung membuang nafas dan menatap pilu begitu dia memasuki apartement tersebut.
"Mama minum lagi?" Ucapnya dengan dingin.
Wanita yang dipanggil mama itu kini tengah tertidur dengan tumpukan botol alkohol di depannya.
Sudah berapa botol yang kosong, mungkin sekitar 3 botol. Hingga membuat kesadarannya menghilang begitu.
Stevie kembali membuang nafasnya dengan kasar, dia meraup wajahnya dan sesekali menatap ke arah mamanya. Jujur saja Stevie bingung harus apa.
Dia mendudukkan diri di dekat mamanya. "Ma bangun"
Tak ada respon sedikit pun dari mamanya. Namun kembang kempis perutnya masih terlihat.
"Mama yang selama ini minta pisah kan, tapi kenapa saat sudah pisah malah mama yang sakit" Stevie mengusap kepala mamanya dengan lembut sambil tertawa getir.
"Stevie lusa mau liburan ke villanya rico, bareng anak-anak band ma..." lanjut Stevie.
"Ada Gabriel juga, mama udah lama kan enggak ketemu dia... kapan-kapan Stevie ajak kesini lagi ya"
Stevie menyudahi monolognya, dia kembali mengambil ponsel di sakunya. Tak lama terdengar suara pria paruh baya dari telepon itu.
"Kenapa lagi mamamu? Sudah papa bilang mamamu itu tidak akan bisa hidup tanpa papa!"
"Sudah tahu begitu masih ngeyel minta cerai, memangnya mamamu bisa apa tanpa papa?"
"Artis yang sudah tenggelam kok ma--"
"PA!" Stevie memotong kalimat papanya dengan sedikit berteriak.
"Tolong, Stevie mohon"
Papa berdecak "Kirim dia ke Jepang, papa punya kenalan psikiater di sana"
"Beri tahu mamamu itu siapa yang masih membantunya sampai akhir, tidak ada orang lain selain papa!"
Tuuut
"Kalau mama pindah..."
Rasanya Stevie terkejut setengah mati tiba-tiba mendengar mamanya berbicara.
"Apa kamu bakal lebih tenang?" Lanjut mamanya dengan tatapan kosongnya menatap ke arah Stevie.
Stevie tak menghiraukan ucapan mamanya "Mama ngomong apa sih, sejak kapan mama bangun?"
Masih dengan tatapan kosongnya mama kembali berbicara "Sejak kamu teriak..."
"Kamu... sudah semester akhir ya, Kamu enggak mau jadi aktor? Atau Modelling? Karir band itu enggak bertahan lama kalau bandnya bubar. Stevie terusin mama ya jadi aktor" lanjut mamanya seperti sedang berbicara sendiri.
Stevie hanya bisa menatap iba pada mamanya. Apa pilihan mengirim mamanya ke Jepang adalah pilihan terbaik?
"Mama... mau berangkat besok sayang"
"Kirim mama besok ya"
"Ya?! Mama minta tolong"
Mama beralih mendekati Stevie, menarik ujung baju Stevie dan berakhir dengan bersimpuh di kaki Stevie sambil menangis tersedu-sedu.
Melihat sikap mamanya membuat Stevie semakin yakin untuk mengirim pesan pada asisten pribadi papanya.
Sebuah pesan yang mengatakan bahwa 'Mama minta berangkat besok, tolong siapkan tiket penerbangan'
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On Going
RomanceGabriel, cowok dengan paras cantik dan imut itu sedikit cengeng. Dia yang lemah lembut itu harus dihadapkan dengan Stevie, cewek tomboy yang pandai bermain gitar listrik dan merupakan salah satu anggota band rocker yang cukup hits di kampusnya. Ste...