"Iyeeeel sini"
Tampak dari kejauhan Jena berteriak kegirangan sambil melambaikan tangan beberapa kali. Disusul Mathew yang ikut mengangkat tangan sambil tersenyum. Sepertinya aura Jena sudah membaur dengan Mathew.
Di seberang mereka ada Gabriel dan Stevie yang baru saja tiba di sekitaran lokasi janjian.
Gabriel menunjuk ke arah Jena dan Mathew "Mereka di sana, ayo ke sana Stevie"
Stevie menurut. Gabriel menuju ke arah Jena dengan penuh semangat, diikuti Stevie yang berjalan dengan langkah jenjangnya. Jika dilihat dari mata orang lain, mungkin akan terlihat seperti seorang kakak yang sedang menemani adiknya bermain lari-larian.
"Hai Gabriel, Stevie" Mathew mengulurkan tangannya menyapa Gabriel dan memberikan tos tinju pada Stevie.
"Hai Matt" Gabriel menyapa sekilas pada Mathew lalu beralih pada Jena.
Entah apa yang Gabriel dan Jena rencanakan, mereka berdua tampak asyik sendiri hingga melupakan kehadiran Stevie dan Mathew yang tengah mengekori langkah mereka di belakang.
"Tumben ikut? Glaziela enggak latihan?" Mathew mencoba memecah keheningan diantara dia dan Stevie.
Stevie melirik Gabriel sekilas, "Ya, dia kelihatan semangat banget waktu ngajak" jawab Stevie diakhiri dengan senyumnya.
Mathew terkekeh "Dasar" " Oh iya, omong-omong lo mau ikut nggak? Gue ngerencanain liburan bareng jena ke villa. Tapi jujur aja..."
Mathew sedikit mendekat dan berbisik di telinga Stevie."3 juta semalem agak berat buat gue"
Stevie tertawa, tiga juta semalam apalagi untuk kantong anak kuliahan memang berat sih.
"Berapa kamar emang?" Tanya Stevie, berbasa-basi.
Mathew mencoba mengingat dengan membuka handphonenya "Kalau gue enggak salah ingat sih muat delapan orang"
"Gue ajak anak Glaziela sekalian? Biar harganya lebih masuk di kantong"
Mathew terdiam sejenak, sejujurnya dia sendiri belum bilang ke Jena soal mau mengajak orang lain ke acara liburan mereka. Apalagi tiba-tiba mengajak anak-anak band begitu.
"Gue bahas sama Jena dulu ya soal itu" Mathew tertawa garing.
"Kalian ngobrolin apa sih? Kok seru banget" Tiba-tiba saja Jena membalikkan badan dan menginterupsi obrolan mereka.
Mathew segera memutar balik tubuh Jena, "Nggak ada kok honey, oh iya hari ini cuma boleh mocktail aja ya!"
Jena berdecak "Yah, jauh-jauh ke bar mahal cuma minum mocktail"
Setelah melihat Jena dan Mathew yang memasuki bar, Gabriel melirik sebentar ke arah Stevie dengan tatapan penasaran.
Stevie balik melirik ke arah Gabriel lalu tersenyum sambil mengalungkan lengannya pada Gabriel "Ayo masuk"
***
"Dua mocktail, dan..."
"Kau punya jim beam white?" Tanya Stevie sembari melihat stok minuman keras di belakang bartender.
Bartender segera mengangguk "kami punya"
Stevie menunjuk sambil mengangguk "Good, gue mau segelas murni"
Bartender segera mencatat pesanan Stevie.
"Iyel boleh nyoba kaya punya Stevie?"
Stevie menatap Gabriel dengan canggung, dia melirik ke arah Mathew yang langsung mengalihkan pandangan begitu dilirik Stevie.
Stevie menghela nafasnya, tentu dia tidak mungkin membiarkan Gabriel meminum minuman yang sama sepertinya.
"Tolong segelas mocktail lagi" imbuh Stevie, seketika membuat Gabriel cemberut.
Stevie meninggalkan kartu kreditnya lalu pergi menuju meja bersama yang lain.
Melihat kelihaian Stevie, Jena langsung menggoda Stevie dengan menyenggol lengan Gabriel "Kayaknya Stevie udah sering banget ke bar ya"
Stevie tersenyum lalu menjawab dengan santai "Iya, bareng mama"
Jawaban itu membuat Jena semakin terkejut "Lo minum bareng mama lo? Gila!"
Senyum Stevie berubah menjadi kecut "Yaa, orang depresi kalau dibiarin minum sendirian bisa gawat kan"
Jena seketika terdiam, suasana di meja mereka juga mendadak menjadi canggung.
Hal itu membuat Gabriel tiba-tiba saja mengangkat gelasnya dengan ceria "Ah, Ini tadi apa ya? Rasanya enak banget"
Jena dan Mathew mencoba mengikuti alur Gabriel. Mereka ikut mengangkat gelas sambil tertawa kaku "Haha iya ya mocktail di sini enak juga"
Dasar, padahal mereka belum ada yang minum tapi sudah bilang enak.
Stevie terkekeh lalu menatap ke arah Gabriel, dia memberi kode ucapan tanpa suara seolah mengatakan 'Makasih' Hal itu membuat Gabriel semakin tersenyum.
Tak terasa waktu sudah semakin larut, isi dari obrolan mereka adalah persetujuan Jena tentang acara liburan.
Pada akhirnya Jena menyetujui ide Mathew yang hendak mengajak Stevie dan Gabriel untuk bergabung di acara liburan mereka, dia juga tidak keberatan dengan bertambahnya anggota Glaziela yang ikut.
Apalagi setelah mengetahui kalau akhir-akhir ini job part time Mathew sedikit menurun, Jena tak mampu berkata-kata lagi. Walau sedikit kecewa tapi mau bagaimana lagi, daripada tidak liburan.
"Oh iya gue lupa bilang, villa di pinggir pantai itu kalau enggak salah punya pamannya Rico" Celetuk Stevie secara tiba-tiba.
"Eee? Serius?" Jena, Mathew dan Gabriel seketika terkejut dan tak percaya.
Stevie bingung mau cerita mulai dari mana dulu "Yah, pokoknya Rico itu asalnya memang dari keluarga berada. Nanti coba gue nego sama dia soal harga sewa"
Mathew langsung memegang tangan Stevie dengan terharu "My best bro, thank you so much"
Stevie menampik tangan Mathew dengan sedikit bercanda "Geli!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On Going
RomanceGabriel, cowok dengan paras cantik dan imut itu sedikit cengeng. Dia yang lemah lembut itu harus dihadapkan dengan Stevie, cewek tomboy yang pandai bermain gitar listrik dan merupakan salah satu anggota band rocker yang cukup hits di kampusnya. Ste...