Gue Pikir Lo Boti

411 24 0
                                    

Stevie dan Gabriel baru saja keluar dari ruangan itu. Gabriel berjalan menuju tempat sampah hendak membuang kotak susu pemberian Yudha tadi.

Beberapa waktu lalu saat melihat Gabriel menangis, Yudha langsung pergi keluar untuk membeli susu. Entah kenapa feelingnya sebagai kakak bangkit begitu saja.

"Lo bawa kendaraan" Tanya Stevie begitu melihat Gabriel baru kembali dari membuang sampah.

Gabriel menggeleng.

"Ikut gue, gue anter" Stevie mengangkat kontak sepeda motornya.

Gabriel tampak berpikir sejenak. Sebenarnya bisa saja dia menelpon supir untuk menjemputnya, tapi jika membayangkan reaksi pak supir saat melihat kondisi mukanya sekarang membuat Gabriel lebih memilih untuk diantar Stevie.

Dia pun mengangguk lalu mengekor di belakang langkah Stevie.

Vrroomm

Suara motor Stevie terdengar nyaring. Gabriel merasa familiar dengan motor ninja hitam ini, jika diingat lagi bukankah ini motor yang membuatnya hampir jatuh dari Ojol dulu.

"Ngapain? Ayo naik" Titah Stevie saat melihat Gabriel hanya terdiam menatap cengo pada motornya.

Sejujurnya Gabriel belum pernah naik motor gede. Dia tidak tahu bagaimana caranya menaiki motor sebesar itu, sedangkan kakinya pendek.

Stevie menunjuk pijakan, "Injak ini"

Mereka berkendara dengan kecepatan sedang, Gabriel tak henti-hentinya memegangi jaket Stevie karena takut terjatuh

"Dimana rumah lo" Teriak Stevie tanpa menghadap belakang.

"Di perumahan XX" Balas Gabriel dengan berteriak juga.

"Pegangan yang erat" Titah Stevie sedikit menambah kecepatannya.

Mereka berhenti di depan rumah putih yang besar, Stevie melihat rumah itu dan bertanya "Lo tinggal sama orang tua lo"

Gabriel yang baru saja turun dari motor langsung mengangguk menjawab pertanyaan Stevie.

Mata Stevie menangkap sesuatu, dia segera melepas jaket hitamnya, dan memberikannya pada Gabriel "Pake ini"

Gabriel merasa tak enak "Stevie nanti kedinginan"

"Gue naik motor bisa pelan-pelan. Tapi cupang di leher lo gak bisa dibicarain pelan-pelan kan"

Gabriel baru ingat akan hal itu dia segera mengambil jaket itu, dan beralih melirik ke arah leher Stevie. "Kalo cupang di leher Stevie gimana?" Tanyanya.

Stevie menaikkan standar motornya "Gue tinggal sendiri, ga bakal ada yang nanyain. Duluan ya" pamit Stevie.

"Ah, iya hati-hati di jalan" Ucap Gabriel sebelum Stevie mulai menyalakan motornya.

*

*

*


"Kemarin lo kemana? Mama lo hubungin gue tengah malem" Tanya Jena secara tiba-tiba saat Gabriel sedang melahap makanannya di kantin.

Gabriel memberikan kode untuk menunggunya sebentar mengunyah makanan.

"Lo gak mungkin keluar sendiri kan? Ini juga kenapa baju lo aneh gini" Tanya Jena lagi setelah memperhatikan baju turtle neck yang dipakai Gabriel. Jena tahu Gabriel tidak terlalu suka memakai pakaian ketat tapi hari ini Gabriel sangat aneh.

Gabriel menyeruput minumnya "Iyel nunggu Jena di foodcourt, habis itu Iyel lihat konsernya Glaziela di gedung A" Jelasnya.

Jena menatap curiga, "Setahu gue konser Glaziela gak sampek tengah malam, jujur ke gue lo kemana?" Selidik Jena.

Gabriel tidak bisa berbohong. "Iyel ketemu Stevie" Cicit Gabriel yang langsung disambut gebrakan meja oleh Jena

"Kok bisa!?" Jena tak percaya dengan apa yang baru dikatakan Gabriel.

Pandangan mata Jena tak sengaja menangkap gantungan Snoopy yang mirip dengan yang dia lihat di saku Stevie minggu lalu "Jangan bilang gantungan itu"

Gabriel mengangguk malu.

Jena membuka mulutnya merasa tak percaya "Gila! Padahal selama ini gue pikir lo boti" Celetuk Jena pelan. Dia segera menutup mulutnya "Ups"

Gabriel menatap Jena kesal. "Jena sih ninggalin Iyel sendirian! Iyel kan enggak punya temen lain selain Jena" Dengus Gabriel menggembungkan pipinya.

"Gue gak punya pilihan, dia pacar pertama gue" Rayu Jena.

"Lo juga harus coba pacaran Yel, biar tahu rasanya. Rasa dipeluk, dan rasa ciuman juga" Kekeh Jena, tanpa dia sadari saat ini wajah Gabriel sudah memerah seperti tomat karena mengingat kejadian semalam.


*

*

*


Sudah seminggu sejak kejadian itu. Awalnya Gabriel hendak menghubungi Stevie, tapi niatnya ia tahan mati-matian. Ia takut mengganggu Stevie. Tapi imbasnya Gabriel jadi tidak fokus dengan kuliahnya selama seminggu ini.

"Kenapa lagi?" Tanya Jena. Ya, kali ini Jena memilih menghabiskan weekend nya dengan Gabriel. Mereka sedang menghabiskan waktu di cafe moe-moe, cafe pilihan Gabriel.

"Hubungin aja kalo kangen, gue tau rasanya tangan gatel pengen chat orang yang disuka" Goda Jena.

Jena kurang lebih sudah tahu apa yang terjadi antara Gabriel dan Stevie. Gabriel menceritakan hampir semuanya. Kecuali bagian Mery mengecup Stevie dan Stevie balik mengecup Gabriel.

Jena merebut handphone Gabriel, "Biar gue aja kalo lo ragu" Kata Jena memulai berpura-pura mengetik di handphone Gabriel.

Gabriel segera merebut Handphone nya. "Jangan Jena balikin"

Mereka berebut beberapa kali sebelum akhirnya Gabriel berhasil memegang ujung Handphonenya.

"Dapat" Ucap Gabriel dengan gembira.

Tuuut

Keduanya melotot. Wajah Gabriel seketika pucat, rupanya ujung handphone yang dipegang Gabriel adalah icon telepon.

"Aaaaa" Gabriel kelabakan. Jena segera melepas pegangannya pada handphone itu.

Gabriel menarik handphonenya dan hendak mematikan telepon, sebelum akhirnya suara lain terdengar dari speaker handphonenya.

"Halo"

Mampus...

Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang