"Hai" Sapa Stevie dengan senyumnya.
Gabriel segera membuka gerbang rumahnya sambil tersenyum balik.
Saat gerbang sudah terbuka sepenuhnya. Gabriel tiba-tiba mendapati di depannya ada segenggam bunga daisy, yang membuatnya terkejut dan langsung menengok pada seseorang yang memberikan bunga itu.
"Ini apa Stevie?" Tanya Gabriel dengan setengah senang, setengah heran.
"Tadi waktu nyari bunga buat om tante gue enggak sengaja lihat bunga itu" Jelas Stevie, sambil masih menyodorkan segenggam bunga daisy itu pada Gabriel.
Gabriel dengan senang hati menerima bunga itu, ini pertama kalinya Gabriel mendapat bunga. Walau hanya beberapa tangkai bunga dengan berbalutkan mika plastik saja, itu sudah cukup untuk membuat senyuman Gabriel merekah.
"Makasiih" ucap Gabriel dengan gembira sambil memeluk bunga itu.
"Ayo masuk, Iyel udah siap-siap kok. Tinggal ketemu mama sama papa habis itu kita langsung berangkat ke rumah Jena ya"
Masih dengan senyumnya, Stevie hanya merespon dengan sesekali mengangguk saja.
Di ruang tamu sudah ada papa dan mama Gabriel. Mama segera memeluk Stevie, disusul papa yang masih menatap Stevie dengan sok angkuh.
"Selamat datang sayang, mama sudah lama pengen ketemu kamu lagi"
Stevie sedikit menunduk "Maaf tante jarang ketemu... oh ini ada bunga. Gabriel bilang tante suka bunga jadi Saya bawakan" ucap Stevie mencoba sedikit berbasa-basi.
Tentu saja mama Gabriel langsung luluh "Aaaww kamu ini, enggak perlu bawa bunga segala tau"
"Oh iya ini papa Gabriel" Mama mendorong tubuh papa Gabriel untuk mendekat.
Stevie langsung menyalami tangan papa Gabriel dengan senyuman hangat "Pagi Om"
"Kamu enggak bawa apa-apa buat saya?" Tanya papa dengan angkuh.
Stevie bingung, apa seharusnya dia membawa martabak sebelum kesini? Tapi martabak mana yang buka di pagi hari begini.
"Saya enggak suka di panggil om, memang saya om kamu?" Lanjut papa masih dengan ketus.
Mama menyahut dengan tawa "Panggil aja papa sama mama ya Stevie"
Tentu hal itu membuat Gabriel dan Stevie senang, apa ini artinya lampu hijau?
Papa juga tidak merespon apa-apa saat mama bicara seperti itu. Itu artinya Stevie sudah diterima oleh keduanya kan.
Gabriel menoel lengan Stevie dari belakang, "Iyel nyimpan bunganya dulu ya"
Stevie mengangguk.
Mereka menyempatkan diri makan bersama dulu sebelum berangkat.
Sudah lama sekali Stevie tidak merasakan kehangatan keluarga seperti ini.
"Berapa hari kalian liburannya" Tanya papa disela-sela makan.
Stevie meletakkan sendoknya "Sekitar dua hari satu malam"
Mama menyahut "Papa sudah ah nanyanya, ayo makan dulu sayang keburu telat nanti"
Gabriel dan Stevie mempercepat makan mereka, setelah selesai mereka langsung berpamitan.
"Sudah lengkap semua Iyel?" Tanya mama sedikit khawatir.
Gabriel menjawab dengan mantap, dia menyalami mamanya sambil mencium pipi kanan dan kiri mamanya.
Bergantian dengan Stevie yang ikut bersalaman "Berangkat dulu ya mama, papa" Stevie sudah merubah panggilannya.
"Jagain Gabriel dengan benar ya" Papa mewanti-wanti Stevie, yang lagi-lagi langsung mendapat cubitan dari mamanya.
Stevie tidak lagi membawa motornya, dia membawa mobil kali ini. Karena tidak ada yang bisa menyetir selain dia dan Gerald, jadi teamnya dibagi dua dengan mobil pertama berisi Gerald, rico dan Yudha. Sementara di mobil lain ada Stevie, Gabriel, Jena, dan Mathew.
***
"Pagiiii, Stevie" Sapa Mery dengan girangnya.
Kenapa ada mery tiba-tiba? Menempel pada Jena lengkap dengan tasnya.
"Sorry banget, mami gue ngamuk pas tau gue keluar bareng matt. Dia minta ni anak buat ikut juga jagain gue" Terlihat raut frustasi di wajah Jena.
"Ah, iya enggak apa-apa Jena" Jujur saja Gabriel sedikit kurang nyaman, tapi mau bagaimana lagi.
Stevie membalas sapaan Mery sebelumnya "Hai Mer, lo ikut mobil siapa jadinya"
"Ah soal itu gue udah ngabarin Matt, jadinya Mathew bareng di mobilnya Gerald" Jena menyela sambil memasukkan barangnya ke mobil.
"Gue di depan yaa" celetuk Mery yang mau langsung nyelonong ke bangku samping supir.
Untung saja Jena dengan gesit menahan lengan Mery, "Enggak! Mami minta lo jagain gue"
Sikap Mery yang terang-terangan itu membuat Gabriel sedikit badmood. Padahal pagi tadi moodnya sedang baik sekali.
Gabriel langsung tidur begitu masuk mobil, tak ada niatan untuk mengobrol. Sementara di belakang Jena dan Mery terus saja berkelahi.
Stevie tidak mau memusingkan hal itu, dia memilih memakai TWSnya sambil fokus menyetir menuju ke lokasi janjiannya dengan anak-anak Glaziela.
***
"Yo ma meeen" Sapa Rico dengan gaya ngerapnya. Disusul Gerald, Yudha dan Mathew di belakang.
"Lo!" Alis Gerald mengernyit saat melihat Mery mengalungkan lengannya di lengan Stevie.
"Hai semua" Mery menyapa dengan santainya tak melepas rangkulan itu.
Tak menjawab sapaan, Gerald justru melirik ke arah Gabriel yang saat ini raut mukanya sudah badmood parah.
Yudha yang peka akan kondisi langsung merangkul Gabriel "Lo mau tukar tempat?"
Dan ngebiarin Stevie sama Mery berduaan? Pikir Gabriel tak suka.
"Nanti gue sama Mathew pindah ke sana, lo sama Stevie bisa ikut Gerald sama Rico"
Bukan ide yang buruk, tapi apa tidak masalah?
"Sekali-sekali lo juga harus tegas, nanti biar gue yang bilang ke Stevie" bisik Yudha.
"Siapa?... yang ngegantiin Stevie nyetir nanti?" Gabriel masih mengkhawatirkan hal itu.
Yudha terkekeh "Tenang, gue baru ambil sim A kemarin" jawabnya dengan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On Going
RomanceGabriel, cowok dengan paras cantik dan imut itu sedikit cengeng. Dia yang lemah lembut itu harus dihadapkan dengan Stevie, cewek tomboy yang pandai bermain gitar listrik dan merupakan salah satu anggota band rocker yang cukup hits di kampusnya. Ste...