POV Gabriel

143 13 6
                                    

"Kak Gabriel ya?"

Aku langsung mengangguk dan menaiki motor di depanku begitu abang ojol itu datang.

Jalanan malam benar-benar dingin walau aku sudah memakai jaket.

Tapi dingin ini masih belum seberapa dibanding ucapan Gerald tadi.

Dia kenapa sih? Enggak suka ya sama Iyel? Apa karena Gerald masih suka sama Stevie?

Aku terus memikirkan hal itu di sepanjang jalan, hingga tanpa kusadari motor yang kunaiki ini sudah berhenti di depan rumahku.

Aku sedikit terkejut melihat lampu rumah menyala, apa itu mama? Atau papa?

Kumasuki rumah itu dengan segera, dan kulihat papa sedang mengutak-atik kameranya di ruang tengah.

"Papa" kupanggil namanya dengan gembira.

Papa memelukku dengan erat, "Iyel akhirnya kamu pulang. Lihat ini"

Aku melihat kamera yang papa tunjukkan padaku, ada sebuah jepretan pemandangan langit yang indah dimana beberapa burung sedang menari di atas awan berwarna jingga.

"Woahh" kagumku tanpa sadar.

Papa segera menatapku dengan serius "Kalau dilihat langsung ini lebih cantik, kamu mau ikut papa naik gunung mumpung libur?"

Tentu aku terkejut "Ta-tapi ini mendadak banget"

"Kita berangkat besok ya" ucap papa tanpa menunggu pendapatku.

"Kenapa papa pulang?" Tanyaku dengan heran, kalau memang dia mau balik lagi kenapa pulang?

"Roll film papa habis, papa butuh stok baru. Banyak hewan dan pemandangan yang indah di gunung kali ini" ucapnya dengan mata masih terfokus pada kameranya.

Apa mama sudah tahu? Pikirku. Tapi mungkin sudah dikabari sendiri oleh papa.

Aku pergi ke kamarku mengemasi dan memilah beberapa barang lalu berniat untuk mandi dan tidur.

Sebelum dering teleponku berbunyi menampilkan nama 'Jena my bestyy' di layarnya.

Ku angkat telepon itu.

"Halo Iyel tadi lo nelpon gue ya sorry banget gue gak sempet lihat hp tadi"

Aku tersenyum "Nggak apa-apa Jena, tadi Iyel mau ngajak main tapi lupa kalau jena lagi bakti sosial"

Kudengar hembusan nafas jena di seberang "Capek banget loh Yel ternyata"

"Pagi-pagi bangun ikut nyiapin sarapan, siang main sama anak-anak, sore cuci baju, malam bacain dongeng" lanjutnya

Aku terkekeh, "Kan Jena sendiri yang minta"

Jena terdengar sangat lesu "Tapi kaaan, gue juga kangen sama Matt"

"Masa dia enggak nelpon gue hari ini sih?" Lanjutnya dengan heboh.

Kupikir mungkin Mathew sibuk kan, "Udah sabar aja, cepet selesaiin bakti sosialnya biar cepat ketemu Mathew"

"Iyasihh" kudengar responnya.

"Oh iya Jena, Iyel besok mau diajak liburan bareng papa tapi bilangnya mendadak banget masa" gerutuku.

"Lo mau kemana emang?"

"Mau diajak lih- tuut

"Hat serigala di gunung" lanjutku dengan lesu.

Kenapa handphoneku lowbatt di saat begini sihhh??

Aku menenangkan diriku, tapi dipikir-pikir lagi aku masih belum mengabari Stevie.

Segera kucharge handphoneku. Aku berniat segera mengabari saat sudah lumayan terisi tapi bodohnya aku malah ketiduran hingga pagi.

Di pagi hari papa sudah sibuk bersiap-siap, aku mengikuti papa dengan mata masih sedikit merem.

Ngantuk!!!

Di mobil pun aku lanjut tertidur, hingga akhirnya kita sampai di daerah gunung yang cukup dingin.

"Pa ini dimana" tanyaku saat merasakan telingaku yang mulai tersumbat.

"Kita hampir sampai, nanti papa parkir di rumah warga"

"Nanti kita nginap di rumah warga?" Tanyaku dengan polosnya.

Papa melirik sebentar ke arahku lalu tertawa "Kita nginap di hutan dong, kan sudah bawa tenda"

Aku lemas, bagaimana cara tidur berdampingan dengan hewan buas itu???

Aku benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir papa.

Hingga aku tiba-tiba teringat untuk mengabari Stevie, dengan cepat kuambil Handphone yang sempat kucabut sebelum berangkat tadi.

Tidak ada sinyal.

Kalimat horror yang muncul di benakku.

"Pa kok enggak ada sinyal sih?"

Papa kembali tertawa "Kamu ini, sejak kapan di daerah gunung ada sinyalnya"

Ah, mati sudah. Harusnya semalam aku sempatkan diri mengabari Stevie dulu.

Semoga saja Jena memberi tahu Stevie tentang keadaanku.

"Iyel turun" titah papa padaku.

Aku turun dengan sesekali menepuk nyamuk yang mengerubungi lenganku.

"Kamu enggak bawa jaket?" Tanya papa dengan kedua tangannya yang sibuk menenteng dua tas besar.

Aku menggeleng, kemudian papa menunjuk salah satu rumah warga yang halamannya baru saja kami pakai untuk tempat parkir.

"Datang lagi pak, ini siapa?" Tanya orang yang mungkin pemilik rumah itu pada papa.

Papa merangkulku dengan bangga "Anak laki-laki saya, cakep kan"

Aku tertawa dan menyapa dengan kikuk. "Halo"

Orang itu menyalamiku dengan antusias.

"Barangnya ada yang mau ditinggal disini dulu?" Tanyanya pada papa.

Papa langsung menggeleng, "Langsung angkut semua"

"Ayo Iyel" ajak papa dengan memakai tas ransel sambil menenteng tas.

Ini langsung berangkat nih? Seriusan?

Aku mengekori langkah papa dengan segera, kira-kira baru berjalan sepuluh menitan kurasakan kakiku mulai lemas.

Kulihat papa di depan masih semangat menenteng tas itu.

Padahal aku cuma bawa satu ransel kecil. Papa bawa ransel besar masih nenteng tas juga.

"Papa mau kubantu?" Tawarku.

Papa terlihat ragu menyerahkan tas itu padaku.

Kurebut tas itu dengan segera, dan sialnya malah jatuh ke bawah. Gila! Berat banget.

"Papa bawa apa??" Tanyaku masih berusaha mengangkat tas itu.

Papa menggaruk pipinya "Ah cuma perlengkapan makan saja"

Dia lalu mengambil dan membawa tas itu kembali "Ini baru pertama kali kamu balik gunung lagi kan, jalan aja papa sudah biasa begini"

Ada banyak hal baru yang kudapat pastinya, papa mengajariku cara memasang tenda, dia juga perlahan-lahan melatihku mengangkat benda berat seperti kayu yang menutup jalan.

Kami bahkan mandi di aliran sungai yang mengalir, dan kadang kami juga sekalian menangkap ikan di sana.

"Iyel mau pulang" Rengekku saat aku merasa sudah diambang batas kesabaran.

"Banyak nyamuk, dingin, capek" gerutuku.

Papa tak bergeming, dia tetap membakar ikan yang baru dia tangkap. Lalu setelah ikan matang dia menyerahkannya padaku.

"Kita belum sampai puncak, kamu mau nyerah?"

Aku terdiam dengan cemberut

"Papa mau latih kamu jadi laki-laki sejati Gabriel" lanjut papa dengan serius.

Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang