Villa pt.5

43 7 0
                                    

Ah...

Yudha benar-benar hoki hari ini, ujung spin itu ternyata mengarah ke Gabriel.

"Lo pake ajian apa anjay" Rico menuduh Yudha dengan lantang.

Yudha langsung menampik tangan Rico yang sedang menunjuknya "Apaan sih, lo nya aja ga becus ngespin"

Dilain sisi Gabriel yang terkena ujung spin itu sedang bingung, apa dia perlu menjawab pertanyaan yang cukup sensitif baginya itu.

"Ah kalau gue inget-inget lagi Iyel juga nggak ngehire maid kan" Jena berucap membuat seisi ruangan kompak menengok ke arah Gabriel.

Stevie seolah baru tahu hal itu, karena masuk ke rumah Gabriel juga baru sekali waktu izin tsdi saja jadi dia tidak cukup memperhatikan keadaan rumah Gabriel.

Gabriel melirik ke arah lain, dia cukup lama berpikir sampai akhirnya lebih memilih untuk minum saja, toh itu hanya soda kan.

Gabriel mengambil gelas berisi soda alias bir yang dituang Rico di awal permainan dan langsung menegaknya.

"Eh" Jena sedikit terkejut dengan gerakan Gabriel yang tiba-tiba itu.

"Pahiiiit" seru Gabriel sesaat setelah menegak segelas bir itu.

Stevie yang peka akan keadaan segera merebut gelas Gabriel dan mengendusnya beberapa kali. Benar saja itu bukan soda.

"Rico ini air apa" tanya Stevie dengan tegas.

Rico sudah gugup tak karuan, dia bergantian menengok ke arah Yudha dan Jena berharap pertolongan.

"Ahh! Itu bir nggak sihh" goda Yudha sok histeris menunjuk gelas yang sedang dipegang Stevie. Padahal sejak awal dirinya memang sudah tahu kalau itu bir, karena tidak sengaja mendengar bisikan Gerald sebelum pergi tadi.

Stevie sudah menatap Rico dengan tajam.

"Sumpah demi tuhan gue nggak ada niatan minumin Gabriel" Segera Rico mengangkat dua jarinya.

"Hic" Suara cegukan Gabriel terdengar, sesaat setelahnya dia menjatuhkan kepalanya ke meja dengan cukup keras, lalu dia tak sadarkan diri.

Stevie membuang nafasnya, "Gue anter Gabriel ke atas dulu" dengan sekali angkat stevie menggendong Gabriel ala putri.

"Ah, Stevie! Sekalian aja kalian sekamar. Kita juga belum bagi kamar kan, nanti biar gue sama Mat, Kak Rico sama Kak Yudha" Jena mencoba mengambil kesempatan dalam kesempitan agar dia bisa sekamar dengan Matthew.

Stevie sebenarnya tak terlalu memperdulikan soal kamar, dia hanya ingin memastikan Gabriel tidur dengan tenang "Oke"

"Ah curang lo Jen"

"Tuhan udah nakdirinnya gitu, emang gue sama honey nggak bisa dipisahin"

Perlahan suara gaduh teman-temannya memudar saat dia menaiki tangga. Stevie menendang pintu kamar di lantai dua itu dengan kakinya, dan merebahkan tubuh Gabriel di kasur.

Dia membuka jendela dan gorden agar ventilasi udara bisa masuk.

Indah.

Satu kata yang muncul di benak Stevie saat melihat pemandangan dari jendelanya langsung mengarah ke hamparan lautan luas tanpa terlihat sedikitpun daratan.

Bahkan langit saat itu di penuhi oleh bintang-bintang sehingga nampak seperti pantulan sparkle bertebaran di lautan.

Stevie mendudukkan dirinya di dekat jendela. Angin laut membuat rambut Stevie menari-nari, bahkan sinar rembulan juga turut membuat rahang Stevie terlihat semakin tegas. Siluetnya benar-benar sempurna.

Siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta pada Stevie saat ini.

"Vie..."

Stevie menolehkan wajahnya, dia mendapati Gabriel tengah terduduk sambil mengucek mata.

"Kita dimana" lanjut Gabriel.

"Lo sadar?" Stevie cukup terkejut kesadaran Gabriel kembali begitu cepat, dia pikir Gabriel akan tertidur semalaman.

Gabriel berkedip dengan pelan, rambutnya sedikit berantakan. Dia terlihat seperti orang yang baru bangun tidur.

"Sini" Stevie melambaikan tangannya pada Gabriel.

Gabriel dengan kesadarannya yang masih belum sempurna perlahan menuruni kasur dan berjalan mendekati Stevie.

Stevie langsung menarik Gabriel untuk duduk di pangkuannya. Dia memelu Gabriel dari belakang, "Lihat lautnya" bisik Stevie tepat di telinga Gabriel.

Gabriel melirik laut sambil memegangi lehernya yang sedikit merinding, mata Gabriel berbinar "Indah" gumamnya tanpa dia sadari.

"Kenapa ditutup" tanya Stevie tiba-tiba.

Membuat Gabriel balik menengok ke arah Stevie dengan heran "Apanya?"

"Leher lo" Jawab Stevie dengan senyum jahilnya.

Gabriel tak menjawab, dia dengan gugup mengalihkan kembali pandangannya ke arah laut.

"Lepas" bisik Stevie dengan sedikit hembusan nafasnya yang langsung mengenai belakang telinga Gabriel.

Gabriel menurut, dengan pelan dia menurunkan tangannya.

"Kalau diingat lagi, kita dulu ketemu karena ini ya"

Gabriel dengan susah payah menelan ludah saat merasakan bibir Stevie menempel di leher belakangnya.

"Mau gue tandain ulang? Hmm"

Tiap Stevie berbicara rasanya sekujur tubuh Gabriel panas dingin, bulu kuduknya berdiri dan perutnya mules.

"Eungg... jangan disitu"

Stevie menghentikan ciumannya "Kenapa? Ini area sensitif?" Ucap Stevie diakhiri dengan tiupan pelan di leher Gabriel.

Gabriel meremas lengan Stevie yang melingkar di perutnya "Rasanya aneh"

"Lo nggak suka?" Tanya Stevie.

"E-enggak, bukan gitu..." Gabriel dengan segera menyangkal, rasanya memang aneh apalagi ini baru pertama kalinya Gabriel merasakan hal seperti itu.

Stevie melepaskan pelukannya dan menarik tubuhnya sedikit kebelakang "Berbaliklah" titahnya, membiarkan Gabriel berbalik dengan kehendaknya sendiri.

Dengan perlahan Gabriel memutar tubuhnya.

Kini dia sudah dalam posisi menghadap ke arah Stevie. Dapat Stevie lihat wajah Gabriel yang memerah, bahkan lirikan matanya yang malu-malu dan tidak berani menatap Stevie ini menjadi daya tarik tersendiri.

"Lo lagi godain gue?" Stevie bertanya dengan menatap lurus ke mata Gabriel.

Gabriel menggeleng, dia menutup mukanya karena malu.

"Taruh tangan lo di sini" Stevie menuntun tangan Gabriel ke lehernya.

"Lihat gue"

Gabriel dengan pelan memberanikan diri menatap Stevie...

Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang