Rintik rintik hujan membasahi bumi malam ini, di sebuah rumah terdapat keluarga hangat yang sedang menyantap makan malam mereka dengan damai dan sesekali berbincang ringan.
"Kamu mau kan kerja di kantor ayah?"
Satu pertanyaan yang membuat anak perempuan bungsu mereka menghentikan acara makannya. Semua pandangan kini terarah padanya. Kaka laki lakinya menyenggol pundaknya.
"Itu dijawab, ayah nanya sama lo"
"Becky kan udah bilang yah, kalo Becky pengen ke kantor yang lain."
"Kenapa? Ini demi perusahaan ayah loh"
"Tapi yah, Becky menghindari pemikiran buruk orang orang 'Becky anak bos' gitu"
Ayahnya mengerutkan alisnya
"Terus apa yang rugi dari itu?" Ujar ayahnya yang tidak mengerti letak ruginya, bukankah Becky harusnya senang? Orang orang diluar sana sangat kesulitan mencari pekerjaan.
"Ayah, nanti mereka berpikir bahwa aku hanya memanfaatkan nama ayah untuk berada di kantor ayah. Jika ayah mengizinkan biarkan aku mengikuti tahapnya dari awal. Dari interview dan ......"
Tuan Armstrong tersenyum merekah, ia menyadari bahwa Becky sudah tumbuh dewasa dan pekerja keras, dia bahkan sebenarnya -jika ingin- bisa berada di posisi bos, dengan sukarela tuan Armstrong akan memberikannya.
"Baiklah baiklah, siapkan berkasnya besok. Ayah akan meminta HRD untuk membuka lowongan pekerjaan di kantor. Ingat kamu harus mengirimkan berkasnya ke kantor ayah."
Becky mengangkat tangannya hormat.
"Siap laksanakan komandan!"
Tawa pelan terdengar kini, kaka laki lakinya mengacak ngacak rambutnya pelan.
"Udah gede ade abang, besok udah bisa ngasilin uang sendiri"
Richie, kaka laki laki yang menurut Becky sangat menyebalkan, anak pertama dari keluarga Armstrong. Orang yang pertama kali akan melarang Becky jika keluar malam kalau bukan dengan orang yang dia kenal.
"Apa sih, gue juga udah bisa ngasilin uang sendiri. Lo aja gatau"
"Apa? Minta sama ayah? Hahahaha kaya gue dong"
Richie menepuk nepuk dadanya pelan, ia bekerja di resto milik keluarga mereka dan sudah jadi kepala chef.
"Iya deh iya" Jawab Becky agar cepat.
"Kamu coba dulu di kantor ayah, kalo semisal ga cocok, kamu boleh kerja apa saja yang kamu mau"
"Bener yah?" Tanya Becky tidak percaya, matanya berbinar.
Tuan Amstrong mengangguk yakin, nyonya Amstrong pun seperti itu.
"Iya nak, lakukan apa yang kamu mau. Kami akan selalu mendukungmu" Lanjut nyonya Amstrong.
Becky dan Richie tersenyum lebar, mereka sangat bersyukur bisa terlahir di keluarga yang selalu mendukung mereka apapun pilihannya
.
.
.Setelah makan malam , Becky kembali ke dalam kamarnya, ia mengeluarkan beberapa lembar kertas polio bergaris untuk menulis lamaran kerja.
Ia bingung harus mengirimkan lewat email atau secara langsung, jadi Becky membuat keduanya. Untuk berjaga jaga.
Ia menatap tulisan tangannya, jantungnya sedikit berdebar. Baru kemarin Becky lulus dari universitas idamannya dengan nilai hampir sempurna. Ia bangga, tentu saja. Setidaknya Richie tidak menertawakan dirinya karena nilai IPK yang kecil.
Setelah selesai menulis, ia mengambil kelengkapan yang lain lalu menuliskan nama, alamat, dan nomor telponnya di amplot coklat.
"Besok adalah hari yang baru, semoga Tuhan selalu memberikan yang terbaik untukku"
KAMU SEDANG MEMBACA
CRY FOR ME (FREENBECKY) - END
Fanfictionbiar ku tunjukan arti cinta yang sesungguhnya