Kini hanya tersisa setengah botol dari minuman Vodka didepan mereka, Freen sudah setengah sadar sambil cegukan pelan.
"Gue, udah selesai. Mau balik!"
Pansa yang memang hanya minum sedikit menggelengkan kepalanya pelan,
"Lo mabuk gini, gimana mau pulang? Lo aja ga punya temen pulang"
"Gue punya temen anjir, cuma yaa gitu. Hahaha. Gapapa gue bisa pulang sendiri"
Freen melangkahkan kakinya pelan dengan pandangan yang mulai berputar putar mengakibatkan jalannya sempoyongan.
Melihat itu Pansa berdiri dari duduknya, dan menuntun Freen keluar dari tempat remang remang itu."Yang mana mobil lo?"
"Liat langitnya indah banget yaaa~~~"
Pansa kembali menggelengkan kepalanya, ia mencari kunci itu dari dalam tas kecil milik Freen lalu mulai mencari dimana mobilnya. Beruntung, mobil Freen terparkir tidak jauh dari pintu masuk.
Kini mereka sudah berada didalam mobil milik Freen, Pansa tersenyum kecil, selain menarik, udara didalam sini selalu wangi. Entah apa yang Freen pakai, tapi ia selalu terlihat sempurna di mata orang orang.
Jika mengingat masa lalu Pansa hanyalah orang yang kebetulan tau masalalu Freen, dia mengenal Freen karena, siapa si yang tidak tahu Freen? Dia Memang seterkenal itu.
Lagi lagi Pansa kebingungan menuju rumah yang Freen tempati, dia merogoh KTP atau apapun yang tertulis alamat Freen.
"Gotcha!"
Dengan perlahan mereka meninggalkan tempat itu dan menuju apartemen milik Freen.
Sesekali Pansa melihat Freen yang mulai terlelap dengan racauan racauan tidak jelas. Ia melihat ke arah jalanan memastikan bahwa ia tidak salah berbelok.
"Apa Freen masih tinggal bersama ibunya?" Gumam Pansa pelan, karena seingatnya. Freen tidak mempunyai seorang ayah, bukan tidak, ayahnya meninggalkannya sewaktu kecil.
Yang Pansa tau juga, ibunya adalah satu satunya keluarga yang Freen percaya. Tapi itu hanya pengetahuan Pansa semenjak SMA dulu, sudah sangat lama mereka tidak bertemu, entah apa perubahan yang terjadi pada kehidupan Freen.
"Sampai"
Dia membopong Freen yang mulai tidak sadarkan diri, sesampainya didepan pintu kamar Freen, Pansa malah bingung bagaimana membuka kode dipintu dan baru menyadari bahwa itu bisa memakai finger si pemilik kamar.
Pintu tersebut terbuka, kesan pertama yang Pansa lihat adalah aesthetic. Barang barang tersusun rapi, dan wangi ruangan yang soft membuat siapa saja akan nyaman berlama lama di ruangan ini.
Pansa menidurkan Freen di kamarnya dan merasa tidak enak jika harus membantu melepaskan pakaian yang Freen gunakan, jadi ia hanya menyelimutinya sampai batas dada lalu berniat untuk pulang.
Tapi, baru saja keluar dari kamar Freen, pandangannya teralihkan oleh foto Freen dengan seorang pria.
Mereka terlihat sangat bahagia dengan Freen yang tersenyum lebar, Pansa yang tidak mengenal mereka pun ikut bahagia atas pasangan ini.
"Gemes banget, Freen udah nemu cowo idamannya ya? Tapi, kenapa tadi ga bareng cowonya aja?"
Pansa mengedarkan kembali pandangannya, tapi tidak menemukan satu pun lagi foto dari laki laki ini, ia hanya melihat foto Freen terpajang dimana mana.
Melihat itu Pansa menyimpan foto itu kembali dan mulai keluar dari apartemen milik Freen.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
CRY FOR ME (FREENBECKY) - END
Fanfictionbiar ku tunjukan arti cinta yang sesungguhnya