11

1.2K 150 25
                                    

Seperti ada magnet yang membuat mereka semakin mendekat, ujung hidung sudah mulai bergesekan membuat debaran jantung Becky semakin kencang. Bibirnya mulai merasakan hembusan nafas hangat yang memabukkan.

Semakin dekat..

Semakin dekat.....

Hanya tinggal beberapa senti lagi bibir mereka akan menyatu..

Daaannnn.......













"Bec!"

Becky tersadar dari lamunannya, ia masih memegang panci berisi beras yang tadi ia bersihkan.

"Kenapa? Ko ngelamun?" Tanya Freen memasukan nugget satu persatu.

Becky menggelengkan kepalanya pelan,

'Mana berani aku melakukan itu, bisa bisa aku di pukul oleh Freen.'

Ia berjalan pelan menuju rice cooker dan memasukan panci, pikirannya masih tertuju pada lamunan yang tadi, jika itu hanya lamunan sepertinya Becky tidak ingin cepat sadar , ia ingin merasakan bibir lembut Freen.

"Kamu mau apakan sayur ini?" Tanya Freen lagi, Becky berjalan menuju sayuran itu dan berniat merebusnya.

"Direbus aja yaa? Atau mau dikukus?"

"Dua duanya boleh," Jawab Freen cepat, akhirnya mereka sibuk dengan kegiatan masing masing tanpa obrolan lagi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Aku sudah selesai" Ujar Freen masih menyisakan sedikit makanannya.

"Ko ga dihabisin?"

"Kenyang" Freen meminum air putih didepannya cukup banyak, tanpa banyak bicara Becky berdiri dari tempatnya dan duduk disamping Freen, tangannya mengambil sisa makanan yang berada dipiring Freen tanpa merasa jijik sama sekali.

"Eh? Eh?" Kaget Freen

"Kenapa? Sayang banget ini, kata ibu jangan buang buang makanan. Kebetulan aku masih sanggup menghabiskan sisa ini"

Freen terdiam melihat Becky menghabiskan sisa makanannya, tidak pernah terpikir akan ada orang yang mau memakan bekas dari piringnya.

"Apa kamu ga jijik?"

"Apa yang membuatku harus merasakan itu? Aku lihat caramu makan, dan kamu makan dengan sangat teratur"

Yaa , Becky melihat cara makan Freen yang sangat teratur, mulai dari sisi depannya  menuju ke tengah. Setelahnya Freen tidak melanjutkan lagi.

"Yaiya si, tapi kan?"

"Tidak apa apa Freen, aku masih sanggup dan tidak jijik sama sekali"

Melihat Becky yang tersenyum lebar, membuat Freen juga ikut tersenyum. Ia memalingkan pandangannya malu.

"Habiss" Ujar Becky riang.

Freen melihat ujung bibir Becky yang belepotan terkena saos tomat, tangannya reflek terangkat mengusap noda itu pelan.
Becky yang tidak tahu menahu soal noda itu kaget atas sentuhan Freen yang lembut.

Mata mereka beradu, Becky kini menyadari betapa cantik mata Freen. Akan sangat aneh jika tidak ada yang tidak terpesona oleh sosok dihadapannya ini.

Kini pandangan Becky menelusuri wajah Freen secara dekat, melihat tahi lalat dipipinya, hidungnya yang kecil, bibirnya yang sedikit tebal tapi sangat terlihat menggugah selera.

Disisi lain tidak bisa dipungkiri Freen juga mengakui kecantikan Becky, hidung yang mancung, kulit putih khas orang luar berbanding terbalik dengan orang orang disekitarnya yang berkulit sawo matang.

CRY FOR ME (FREENBECKY) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang