21

1K 130 14
                                    

Rintik rintik hujan mulai turun digelapnya malam, jalanan yang tadinya ramai mendadak sangat sepi seperti tidak ada lagi manusia dibumi ini, padahal ini masih terbilang belum larut malam.

Seorang perempuan berjalan pelan sambil memegang payungnya erat, derai air mata turun satu persatu hingga kini menciptakan aliran yang deras. Perempuan itu menghapus air matanya kasar lalu memilih duduk di kursi yang berada dipinggir jalan dengan lampu yang menerangi ke bawahnya.

Tidak peduli dirinya basah, ia melipat payungnya dan membiarkan hujan membasahi kepalanya berharap ingatan kemarin siang hilang.

Perempuan yang tak lain adalah Love menutup matanya, dirinya sesakit ini. Air mata tidak bisa ia kendalikan, dadanya sesak.

"Kenapa aku harus melihat kejadian itu?" Ujarnya pelan, ia menyesal karena sudah mengikuti Becky kemarin siang. Jika itu akan menjadi sumber sakit untuk Love, ia bersumpah tidak akan pernah mau mengikuti Becky.

Senyum tiba tiba tercipta diwajah cantiknya.
"Lagi pula, aku siapanya Becky? Hanya orang yang ia anggap sahabat , dan juga tadi pagi Freen susah berada dirumah Becky. Apa mereka menjalani hubungan yang serius?"

Tidak bisa dipungkiri bahwa hati Love sakit melihat Becky lebih dekat kepada Freen daripada kepadanya, ini seperti mengkhianati kesetian Love yang menjaga hatinya selama berjauhan dengan Becky. Tapi, sekali lagi, Becky tidak pernah meminta Love untuk menjaga hatinya.

Tak terasa hujan semakin deras dan membuat Love mulai menggigil, tapi dirinya tidak beranjak sama sekali, ia malah diam memandang jalanan yang semakin sepi. Payungnya ia biarkan begitu saja dan dirinya berdiri seperti menunggu sesuatu.

Dari jauh, sebuah truk melaju cukup kencang karena melihat jalanan yang lenggang, Love tersenyum kecil, mungkin jika dirinya menabrakan diri ke truk semuanya akan hilang. Rasa sakit yang ia rasakan akan hilang juga.

Dirinya kini sudah bersiap untuk melompat ke depan truk yang sebentar lagi akan melewati tempat berdirinya. Ia menutup mata.

'Selamat tinggal Becky, bahagia yaa sama Freen. Aku sayang banget sama kamu'

Love melompat

dann......

"Ehhhh lo ngapain, lo bosen hidup apa gimana? Setidaknya kalo mau lompat tuh jangan di tempat ramai kek gini, caper banget jadi o-"

Plaakkk

Sebuah tamparan mendarat di pipi seorang perempuan yang memegangi tangan Love. Love menghempaskan tangan tersebut dan pergi tanpa mengatakan apa apa.

"Gila apa ya? Malah nampar. Gue harus bales si" Perempuan itu mengikuti langkah Love kemanapun ia pergi, Love berbalik lalu menghampiri perempuan tadi.

"Lo ngapain ngikutin gue?"

"Lo kaya orang depresi, sebenernya bukan urusan gue si, cuma kasian nanti yang nanganin jenazah lo. Makanya gue ikutin kemanapun lo pergi"

Hujan semakin deras membuat perempuan itu menyondongkan payungnya lebih dekat dengan Love.

"Lo udah pucet banget, bahkan ngegigil gitu. Ga niat pulang aja? Gue anterin."

"Gue gamau pulang, lagian dirumah ga ada orang. Sama aja kaya disini"

"Gue Pansa, ayo neduh dulu. Gue ga bisa nolongin kalo lo pingsan disini."

Love menengadahkan wajahnya karena Pansa memang sangat tinggi, pandangan mereka beradu dan Pansa baru menyadari bahwa Love sedang menangis tersedu sedu.

"Patah hati ga melulu bunuh diri jalan keluarnya"

Pansa menebak apa yang dirasakan Love sambil menariknya ke tempat yang lebih teduh, mereka sampai di supermarket yang kebetulan sepi pengunjung.

CRY FOR ME (FREENBECKY) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang