3

1.3K 153 20
                                    

18°C suhu yang tertera pada AC diruangan itu, menandakan bahwa ruangan itu cukup dingin, tapi tidak untuk kedua insan yang sedang bercumbu ini.

Keringat bercucuran dari setiap bagian tubuh mereka. Nafsu mengalahkan semuanya.

Kejantanan yang membesar dengan urat urat yang menonjol itu dipegang Freen hati hati. Ia berjongkok tepat didepannya.

"Pelan pelan" Suruh laki laki yang tadi membawanya kesini.

Freen mengangguk dengan tangan yang mulai bergerak pelan, menciptakan erangan erangan kecil dari si empunya.
Tangan kekar itu mengelus rambut Freen pelan, dengan sesekali mencengkram tepi kasur menikmati desiran desiran darah dibawah sana.

"Masukan ke dalam mulut!" Titahnya lagi.

Dengan senyum kecil Freen malah menggigit ujung dari kejantanannya.

"Lo banyak omong yaa"

Laki laki itu semakin tidak berdaya ketika Freen menaik turunkan tangannya dengan tempo yang semakin cepat. Tidak lupa jari jemarinya juga memainkan bola bola yang menggantung menggemaskan.

Erangan kembali terdengar membuat Freen semakin mempercepat temponya, ia berdiri dan tidur tepat disamping laki laki yang sedang menutup matanya keenakan. Bibirnya dicium lembut dengan sesekali menghisapnya cukup kuat.

"Service terbaik yang pernah ada" Ujar laki laki itu. Tangannya yang bebas ingin meraih Freen untuk semakin mendekat, tapi Freen menahannya.

"Biarin gue yang puasin lo" Bisik Freen.
Tangannya semakin cepat dan cepat saat ini,

"G-gue hampir sampai, terussin"

Freen yang mendengar itu semakin bergairah, keringat bercucuran dari dahinya. Hingga tidak lama dari itu sebuah cairan lengket membasahi tangan Freen. Ia segera menariknya dan meminta sang laki laki untuk menjilati jemarinya.

"Gue ulangi, ini service terbaik yang pernah gue dapat."

Tangan Freen kini dihisap laki laki itu tanpa ragu, setelah selesai. Keduanya berpelukan cukup lama dengan elusan elusan dikepala yang lembut.

"Tulis nomor rekening lo. Gue bakal bayar lo mahal." Ujar laki laki itu mencium kening Freen sekilas. Beberapa nomor Freen tuliskan didalam ponsel itu.

"Gue mau di posisi ini dulu. Cape." Ucap Freen mengeratkan pelukannya.

Tangan kekar itu kini memeluk pinggang Freen, menariknya menuju dekapan hangat dengan dada yang bidang itu. Freen memejamkan matanya, menikmati setiap detak jantung laki laki di sampingnya ini.

"Gue berharap bisa ketemu lo lagi disini."

Freen menengadahkan kepalanya melihat laki laki itu lekat.

"Jangan berharap gue bakal sama." Hanya itu jawaban yang bisa Freen berikan saat ini. Ia mengeratkan pelukan itu seolah tidak ada lagi hari esok.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pagi hari yang cerah menyapa Becky, ia tersenyum lebar melihat pantulan dirinya yang menggunakan jas hitam dengan celana panjang dan juga hak yang tidak terlalu tinggi.

"Bagus juga modelnya" Ucapnya percaya diri, ia memutarkan badannya 360°.

"Bagus kan pilihan gue? Lo cocok banget pake ini"

Kakak laki laki nya itu kini sudah berada diambang pintu kamar Becky, ia mengilangkan tangannya dengan wajah bangga karena pilihannya dalam memilih baju untuk Becky sangat sempurna.

"Nyenyenye, lagian lo nanya beberapa kali ukuran ukuran baju yang gue pake"

"Iyalah, biar gue ga salah beli. Sayang juga kalo bajunya kebesaran atau kekecilan" Richie melangkahkan dirinya masuk ke dalam kamar sang adik, ikut merebahkan dirinya disana.

CRY FOR ME (FREENBECKY) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang