12

1K 143 43
                                    

Semenjak dari kejadian Freen yang mabuk dihadapan Becky, mereka berdua kini semakin dekat. Lebih tepatnya Beckylah yang gencar mendekati Freen tidak peduli apa kata orang.

Hari ini Freen tidak masuk karena sakit, itu membuat Becky tidak tenang saat bekerja. Disatu sisi ia ingin menemani Freen tapi disisi lain ia juga harus melaksanakan kewajibannya. Maka dari itu pikiran Becky terbagi dua.

Ia bertanya tanya apa Freen sudah makan? Siapa yang mengantarkannya? Atau semisal Freen memesan, siapa yang akan mengambilnya ke pintu depan? Bagaimana jika saat Freen mengambil makanan ia pingsan? Siapa yang akan menolongnya? Pertanyaan pertanyaan serupa terus bermunculan dalam benak Becky membuat fokus kerjanya hilang.

Beberapa kali Becky salah membaca, jika ada teman seruangan yang mengajak berbicara Becky terlihat linglung.

Melihat itu Irin menghampiri Becky dan menepuk pundaknya cukup kencang.

"Bec! Konsen!"

Becky berbalik ke belakang dan menghela nafas panjang.

"Yaa gimana mau konsen, orang yang gue suka lagi sakit. Mana dia tinggal sendirian. Gimana kalo dia pingsan? Atau gimana dia minum obatnya? Emang dirumahnya ada o...."

"Astaga Bec."

Ocehan Becky terhenti ketika mendengar suara Irin, dia melihat Irin dengan puppy eyesnya membuat Irin sedikit bergidik ngeri.

"Ngapain lo ngeliat gue kaya gitu?"

"Gantiin gue bentar yaa, pleaseee. Gue harus ke Freen, gue mau nemenin dia."

"Entar kalo ayah lo nanyain gimana?"

"Aduhhh, gimana yaa? Aihhh"

"Lo pengen pergi tapi gatau alasan pastinya gimana. Bisa bisa gue yang ayah lo pecat"

Becky kembali bimbang, ia tidak mungkin meminta bantuan Irin jika akhirnya harus memberatkan temannya ini. Setelah berpikir berkali kali akhirnya ia menemukan jawabannya.

"Eh? Mau kemana?"

Becky membereskan tas ranselnya, memasukan bekal yang belum sempat ia makan dan meninggalkan Irin sendirian.

"Orang jatuh cinta, mau segimana jeleknya orang yang dia suka pasti ga akan sadar. Hadeuuhh" Irin melenggang pergi dengan gelengan kepala berkali kali.

Disinilah Becky sekarang, didepan ruangan sang ayah. Ia akan meminta izin sendiri demi bisa menjaga orang yang dicintainya. Becky tau mungkin ini terlihat tidak profesional. tapi, hatinya tidak tahan. Ia berpikir
'daripada kerjanya tidak sesuai mending ia menjaga Freen untuk sementara waktu.'

Tokk... Tok...

Becky membuka pintu depannya dengan pelan, terlihat sosok ayahnya sedang menatap laptop didepannya, didampingi oleh sekertaris pribadinya.

"Ohh? Ada apa Becky?"

"Bisakah saya berbicara dengan anda Pak?"

Alis tuan Armstrong terangkat, sepertinya ia mengerti bahwa anak bungsunya ingin berbicara diluar pekerjaan kantor. Kemudian Tuan Armstrong menyuruh sekretarisnya itu untuk keluar ruangan terlebih dahulu, memberi waktu mereka berdua.

Melihat itu Becky menunduk dan tersenyum kepada sekertaris ayahnya, kemudian ia duduk didepan ayahnya.

"Ada apa? Bukan soal kerjaan kan?" Tebak Tuan Armstrong.

Becky mengangguk beberapa kali.
"Iya, aku mau pulang lebih awal yah,"

"Kenapa?"

"Mmmmm...."

CRY FOR ME (FREENBECKY) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang