Langkah kaki terdengar berisik dan tidak beraturan terdengar di sepanjang lantai yang terbuat dari kayu pilihan. Diiringi langkah kaki lainnya yang nyaris tidak bersuara di belakang, mengejar pemilik kaki berisik tadi.
Beberapa orang pelayan hingga seorang Kasim yang berdiri di depan pintu masuk sebuah ruangan tampak mengangguk menyambut kehadiran Pangeran kecil.
"Siarkan kedatanganku pada Yang Mulia Raja."
"Yang Mulia berpesan agar tidak diganggu hingga malam tiba, Pangeran."
"Aku tidak peduli, jangan mengaturku!"
Donghyuck melewati Kasim tersebut dan membuka pintu ruangan istirahat Raja. Mengabaikan beberapa etika yang seharusnya dilakoni oleh Donghyuck jika ingin bertemu Raja. Donghyuck dengan segera menyatukan kedua tangannya tegap di depan wajah, mundur dua langkah lalu merundukkan tubuh dan bersujud sekilas di hadapan Raja.
"Yang Mulia, maafkan hamba lancang memasuki ruang istirahat Anda."
"Kau tahu itu lancang, namun tetap melakukannya?"
Youngho berdiri dari posisi berbaringnya, dengan segera beberapa orang pelayan menghampiri untuk membawakan jubah dan memakaikannya pada Youngho. Youngho melirik pada putra bungsunya—yang mana masih berada dalam posisi yang sama, merunduk hormat dan berlutut.
"Apa yang membuatmu kemari dan mengabaikan seluruh tata krama Kerajaan, Pangeran kecil?"
"Ham—ba, hanya ingin menanyakan informasi yang baru saja Hamba dengar, langsung kepada Yang Mulia... jika berkenan..."
"Mm, dan apakah itu?"
Donghyuck masih merunduk, sebelum titah Raja yang memintanya untuk mengangkat wajah, maka Donghyuck akan tetap berada pada posisi yang sama.. menundukkan wajah dan tubuh.
"Petinggi Jung.. mengapa orang-orang di Istana menyebutnya pengkhianat? Dan apakah benar jika.. jika..."
"Angkat wajahmu, Pangeran."
Donghyuck mengangkat wajahnya, menatap paras sang Ayah yang terasa begitu berjarak dengannya. Terkadang Donghyuck memimpikan hidup di luar Istana sebagai rakyat biasa, itu terdengar begitu menyenangkan, entah kenapa. Hidup dengan menghirup udara bebas tanpa himpitan peraturan dan tekanan.
"Apa yang kau dengar itu kenyataan. Faktanya, keluarga Petinggi Jung melakukan kecurangan pajak upeti dan berniat melancarkan serangan diam-diam pada Istana, selain itu putranya, Minhyung mencuri giok milikmu. Itu adalah kejahatan yang sangat besar dan tidak termaafkan."
"Ah! Tidak! Minhyung tidak mencuri, sebaliknya, sesungguhnya.. aku—aku mencuri giok yang mirip dengan milikku dari tempat pengrajin Istana, Yang Mulia.. Anda boleh bertanya langsung pada pengrajin itu, dia pasti kehilangan salah satu hasil karyanya."
"Pangeran, kau bukan pencuri. Minghyung-lah pencurinya."
"Ta—tapi..."
"Keluarga Petinggi Jung sudah dibersihkan saat itu juga."
Donghyuck menganga, walaupun usianya masih sepuluh tahun.. namun dirinya paham dengan sangat makna dari 'dibersihkan' yang baru saja terlontar dari bibir Yang Mulia Raja. Dibersihkan berarti dibantai habis. Tidak bersisa. Keluarga Petinggi Jung... bagaimana dengan Minhyung... Minhyung?
Air mata menetes di pipi gembil Donghyuck, dirinya dengan cepat menyimpulkan jika Minhyung pastilah juga tewas terbunuh, memangnya anak seumuran mereka bisa melawan prajurit Kerajaan yang terlatih?
"Keluarlah dari ruanganku jika kau sudah selesai dengan pertanyaanmu, Pangeran, dan jangan pernah sekalipun menangisi sampah. Remember who you are, Pangeran Lee Donghyuck."

KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [END]
Ficção HistóricaPangeran kecil Lee Donghyuck, yang dilahirkan oleh Selir pertama sang Raja Dinasti Joseon begitu menyukai putra dari Petinggi Jung, Jung Minhyung. "Kuberikan giok ini untukmu, Minhyung.. di kunjungan berikutnya, kau yang harus memberiku hadiah." Se...