Ketika Pangeran kecil Lee Donghyuck memasuki usia remaja, sekitar empat belas tahun.. Donghyuck sendiri dapat merasakan ada sesuatu dari tubuhnya yang berbeda. Entah apa namun Donghyuck sungguh tidak dapat membaginya dengan siapapun. Donghyuck remaja menyukai hal-hal yang manis dan cantik, terkadang ketika mengujungi pavilliun Selir Lee, Donghyuck mengagumi hanbok yang membaluti tubuh sang Ibu. Sewarna pastel dengan bordiran kembang yang berwarna senada, kontras dengan kulit putih milik sang Ibu. Belum lagi aksesoris yang terpasang di bagian kepala hingga riasan wajah yang menambah kecantikan Selir Lee.
"Ibu.. ini apa?"
Donghyuck menyodorkan sebuah wadah keramik dengan bola-bola kecil berwarna pink dan juga peach.
"Oh itu bubuk vermilion yang dipadatkan, Pangeran.. dipoleskan di tulang pipi untuk menambah rona."
"Ahh begitu.. seperti yang Ibu pakai?"
"Benar.."
Selir Lee memiliki rutinitas yaitu merajut, entah sudah berapa helai syal bahkan tutup kepala hangat yang dibuatkan Selir Lee untuk Donghyuck. Donghyuck menatap penasaran pada benda yang berada di hadapannya, melirik sesaat pada sang Ibu yang sedang fokus dan tekun merajut. Gerak jemari Selir Lee terlihat begitu lihai dan cermat, jelas sudah begitu terbiasa dengan kegiatannya.
"Astaga, Pangeran! Apa yang kau lakukan?"
"Eng? Hanya mencobanya di pipiku, Ibu..."
Selir Lee dengan segera mengambil sehelai kain bersih dan membasahi kemudian mengusap pipi gembil Donghyuck guna melunturkan perona pipi tersebut. Tidak sampai sepuluh menit Selir Lee merajut namun sang Pangeran ternyata malah mencoba mengoleskan perona itu.
"Pangeran dilarang untuk menggunakannya. Ini hanya dapaat digunakan oleh para wanita bangsawan. Jangan ya.."
.
Pangeran Donghyuck mengernyit, mempertanyakan apakah ada yang salah dengan tubuhnya? Dia benar-benar pendek, tinggi badannya bahkan belum melebihi Selir Lee. Bukankah di usianya yang sekarang seharusnya menjadi titik tumbuh yang begitu pesat? Pangeran Donghyuck bercita-cita memiliki tinggi badan menjulang seperti kedua kakaknya, namun rasanya sedikit mustahil. Pangeran Donghyuck tidak lagi tumbuh ke atas ataupun ke samping, benar-benar semungil itu.
Donghyuck memiringkan tubuhnya di hadapan cermin, meneliti dirinya sendiri dari berbagai sudut. Dada gempal dan juga bokong yang bulat, Donghyuck meringis bahkan ketika menunduk menyadari jika perutnya benar-benar seperti kue beras. Hingga suatu malam, Donghyuck bermimpi aneh. Dalam mimpinya, Donghyuck mengerang keras dalam desahan dan lenguhan, peluh membanjiri tubuhnya yang berada dalam kungkungan seseorang, entah siapa. Bergerak menghentak sehingga gelenyar nikmat menjalari tubuh hingga ubun-ubun, mengundang suara-suara tidak senonoh keluar dari bibir tebalnya. Gelap dan wajahnya tidak terlihat namun Donghyuck menerima sentuhan tersebut dengan kepayahan dalam mimpinya.
Donghyuck terbangun dengan kondisi yang sama, terengah dan berpeluh. Donghyuck berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Bukankah itu yang dinamakan mimpi basah? Tapi aneh, kenapa dalam mimpinya dirinya justru digagahi, bukanlah menggagahi. Donghyuck pening, berusaha memijat kening yang berdenyut serta mencoba menetralkan nafas yang menderu. Ketika Donghyuck menyibak selimut tebalnya untuk pergi ke kamar mandi, netra Donghyuck membeliak. Area selangkangannya memang basah, namun... ada sesuatu yang berkedut di sana.
Tubuh mungil Donghyuck gemetar seraya berpegangan pada dinding pemandian. Donghyuck tidak tahu dan tidak ingin bertanya pada siapapun! Ada yang salah dengan tubuhnya, Donghyuck jelas tahu saat ini! Karena ketika Donghyuck membersihkan area selatannya yang sudah layu karena memuntahkan cairannya tadi, jemari Donghyuck tanpa sengaja menyentuh bagian lain. Sumpah demi apapun Donghyuck memekik, letaknya berada di pangkal bawah penisnya dan nyaris berdekatan dengan zakarnya. Entah apa, namun itu berkedut dengan cairan licin yang juga merembes basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [END]
Fiksi SejarahPangeran kecil Lee Donghyuck, putra ketiga dari Selir pertama sang Raja Dinasti Joseon begitu menyukai putra dari Petinggi Jung, Jung Minhyung. "Kuberikan giok ini untukmu, Minhyung.. di kunjungan berikutnya, kau yang harus memberiku hadiah." Sebua...