Lowest Valley

3.3K 369 107
                                        

Suasana Istana terasa lengang dan hening, para prajurit bertugas di titik mereka masing-masing, pun begitu dengan dayang-dayang Istana yang bekerja dalam diam. Tidak ada satupun yang berani membuka suara untuk membicarakan kejadian sebelumnya. Ancaman Minhyung ternyata sangat berpengaruh.

Minhyung berada di ruangan tempat dimana Taeyong dirawat, demam tinggi terus menyertai kondisi Taeyong yang semakin menurun. Tanda vitalnya jauh dari kata baik, Minhyung duduk dan lengannya bertumpu pada kedua lutut dengan kedua telapak tangan menangkup wajah. Entah sudah berapa lama namun Minhyung enggan beranjak dari sisi Taeyong.

"Masih menunggui samchon?"

Minhyung tidak menjawab pertanyaan Jeno, Jeno datang membawa beberapa obat yang sudah diracik oleh tabib untuk menghentikan pendarahan—walaupun faktanya pendarahannya tidak kunjung membaik. Jeno mendesah kasar, kekacauan ini terjadi hanya karena sebuah perasaan yang konyolnya begitu mendominasi Minhyung. Jeno melirik sang kakak, terlihat begitu kacau dan rapuh, selama belasan tahun hidup penuh dengan kerasnya latihan.. baru kali ini Minhyung terlihat begitu kosong. Jeno merasa iba, namun dimanakah rasa iba-nya harus ia sediakan? Pada Minhyung? Atau pada Taeyong bahkan Donghyuck? Jeno sendiri tidak tahu, yang ia tahu hanyalah saat ini semuanya tidak berjalan sesuai rencana dan tujuan mereka nyaris gagal.

"Hyung.. aku tidak yakin kau tertarik untuk mendengar ini atau tidak..."

Minhyung masih bergeming, tidak memberikan respon apapun. Seakan hanya telinganya yang berfungsi untuk mendengar namun tidak dengan bibirnya yang seakan kehilangan fungsinya untuk berbicara.

"Dua hari yang lalu.. tepat ketika fajar menyingsing.. aku melihat... Pangeran Donghyuck keluar dari pintu Utara Istana.."

Jeno tidak berekspektasi tinggi sebenarnya, namun respon Minhyung yang hanya diam sungguh mengejutkan Jeno, Minhyung bahkan sudah sejauh ini hanya demi Donghyuck. Jeno kembali menghela nafasnya kasar seraya memalingkan wajah pada Taeyong yang terbaring kaku di ranjang.

"Aku mengira itu Putri Renchin pada awalnya, namun ketika aku ingin mengejarnya karena mengira ia kabur.. aku melihat Putri Renchin di sisi taman sedang menangis. Saat itu, aku menyadari jika... yang pergi melewati pintu Utara Istana adalah Pangeran Donghyuck... kau tahu Hyung, kenapa aku mengira Pangeran Donghyuck adalah Putri Renchin?"

Jeno meringis dalam senyuman tipisnya mendapati Minhyung yang masih diam tidak bergerak, namun jelas terlihat manik matanya bergetar dan mulai berkilau.

"Pangeran Donghyuck meninggalkan Istana dengan penampilan seperti perempuan, Hyung.. yah, mungkin itu sedikit bisa diterima karena perutnya sudah membuncit bukan? Semoga saja tidak ada yang mengenali wajah Pangeran Donghyuck jika ia tinggal bersama para rak—Hyung!!"

Teriakan nyaring Jeno yang memanggil Minhyung tidak terdengar lagi, Minhyung hanya berlari dan berlari. Menuju sisi Istana yang menjadi kediaman dari sang Pangeran kecil-nya. Langkah lebar Minhyung berubah menjadi lebih lambat dan semakin lambat hingga ia benar-benar berhenti. Netranya melihat sekeliling ruangan milik Donghyuck—yang kini kosong, menyisakan aroma samar yang menguar dan mengusik penciuman Minhyung.

Langkah Minhyung terpatah dan terseret, menuju lemari dan membukanya satu per satu. Donghyuck tidak membawa sehelai pun pakaian kebesarannya, semuanya masih terlipat dan tergantung rapi. Minhyung membuka laci di ruangan tersebut, entah mencari apa namun rasanya Minhyung hanya ingin menyangkal jika Donghyuck sudah pergi. Air mata Minhyung jatuh ketika melihat pita berwarna toska dan sebuah perona pipi di dalam laci, Minhyung mengelus pita tersebut dan meremasnya seraya mencium pita yang kini mulai basah, seakan Minhyung sedang mencium Donhgyuck.

Minhyung belum menyerah, ia masuk ke pemandian, mencelos ketika bak pemandian itu kosong dan kering—menyisakan kelopak bunga jasmine yang mulai menguning. Minhyung limbung, ia nyaris jatuh jika saja tidak berpegangan pada dinding pemandian. Pandangannya mulai mengabur seiring riak air semakin deras mengalir dari kedua sudut matanya.

KINGDOM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang