Back

3.3K 375 42
                                    

"Aku akan melindungimu dan bayi kita.."

"Kau dan juga Mingrui akan dibantai..."

"Aku mencintaimu, Donghyuck.."

"Yang Mulia Raja ingin menghabisi seluruh keturunan Lee.."

Suara-suara berisik menyeruak begitu saja dalam benak Donghyuck, membuat Donghyuck meremat kuat surainya sendiri. Mengabaikan Mingrui yang kini terbaring di sisinya dan menangis. Ada sesuatu dari dalam diri Donghyuck yang memaksa untuk keluar, entah apa namun jiwa kecilnya menahan. Gejolak dan gelenyar itu merambati tubuh Donghyuck yang mulai mengerang kesakitan, ini terjadi ketika Donghyuck yang sesungguhnya terbangun dan ingin kembali namun jiwa kecilnya tidak ingin kembali terkurung di dalam sana. Kedua sisi yang ingin saling menguasai tubuh itu seakan bergelut hebat.

Donghyuck akhirnya terdiam, netranya lurus ke depan dengan tubuh menyandar di pintu, sebelah lengannya memegangi kain yang membungkus Mingrui—entah karena kelelahan menangis, Mingrui sedikit mulai tenang dan menyisakan sisa lirihan di bibir bayi merah tersebut. Donghyuck diam, bergeming dan hanya menonton ketika Minhyung ditarik oleh Mingyu dan dilempar ke tanah, tersungkur seraya mengerang nyeri karena belati yang masih menancap di perut. Di sisi berlawanan, Wonu juga muncul. Mingyu dan Wonu seakan mengapit Minhyung yang berada di tengah-tengah mereka.

"Bagaimana rasanya ditikam oleh orang yang kau kasihi, Yang Mulia? Apakah itu terasa menyakitkan bagimu? Ah, muak sekali aku memanggilmu dengan sebutan Yang Mulia.. gelar itu hanya untukku.. kau bahkan tidak pantas menjadi Raja, memiliki bayi dari Donghyuck yang notabene seorang pria? Tidakkah kau berpikir jika kau itu tidak normal? Ah, kalian berdua tidak normal.."

Minhyung terbatuk dan berusaha untuk berdiri, menahan tubuh menggunakan lutut namun kembali tersungkur karena Mingyu menendangnya.

"Lihat betapa lemahnya dirimu, Minhyung. Kau hanya seorang bocah di mataku, bakatmu seharusnya kau abdikan sebagai gabsa milikku.. mungkin Jeong memang keturunan Raja terdahulu namun Lee yang membuat Dinasti Joseon hingga seperti saat ini...jadi, kau pilih yang mana? Ingin kutebas kepalamu seperti yang kau lakukan pada Raja Youngho atau... perlahan saja? Lagipula, kita memiliki penonton jadi sebaiknya pilihan terakhir lebih baik."

Minhyung mengerang ketika Mingyu dengan cepat mengeluarkan pedang pendek dari jubahnya dan menyerang, gerak refleks Minhyung yang terlatih membuatnya menahan serangan dengan pedang miliknya juga namun sedikit terlambat sehingga sebuah luka sayatan berhasil ditorehkan oleh Mingyu di lengan Minhyung. Tidak sampai disana karena Minhyung harus kembali menghindari Wonu yang berada di belakangnya. Minhyung tidak akan memprotes mengenai adil dan tidak adil karena dalam pertarungan yang sesungguhnya, hasil akhirlah yang menjadi taruhan tidak peduli bagaimana caramu dalam mendapatkannya. Jadi, bertarung dalam kondisi terluka dengan jumlah lawan tidak seimbang tidak akan membuat Minhyung patah arang.

Minhyung meremat tanah dan melemparnya pada wajah Wonu, setidaknya berhasil membuat Wonu lengah dan Minhyung yang masih memiliki ketangkasan walaupun terluka menggunakan pedangnya untuk menyerang kaki Wonu, mengincar kedua urat kakinya. Wonu terjatuh ketika rasa panas menyengat perih menerpa dan menyerang Minhyung bersamaan dengan Mingyu yang juga mengeluarkan bilah pedang pendek lainnya dari tangannya yang lain. Minhyung yang memang sudah terlatih begitu keras melebihi Mingyu dibawah pelatihan Taeyong, dapat membaca alur serangan keduanya.

Seharusnya Minhyung dapat menghindar namun karena kecepatannya terhambat oleh rasa nyeri di perut membuatnya sedikit lebih lamban, Minhyung harus memilih.. serangan siapa yang harus ia hindari, dan Minhyung menggunakan sebelah tangan mengayunkan pedang menyilang di depan tubuh, menangkis serangan Mingyu yang menurut Minhyung akan lebih fatal akibatnya daripada Wonu yang hanya memiliki sebuah pedang.

KINGDOM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang