Apapun yang diajarkan oleh sang guru, biasanya akan diikuti dengan begitu sempurna oleh murid yang berbakat. Mulai dari pembacaan alur serangan, sabetan pedang hingga cara bertahan yang begitu familiar. Bertarung bersama murid sendiri seakan bertarung dengan cerminan diri, tahu tidak? Rasanya nyaris mustahil memiliki pemenang jika salah satunya tidak mengalah atau mungkin salah satunya ternyata memiliki kemampuan lebih yang tidak diketahui oleh lawannya.
Jeno ingin sekali melerai, jantungnya berdebar melihat waktu yang telah berlalu namun dentingan pedang yang beradu masih terus terdengar, dan Jeno lebih dari paham jika ayunan pedang keduanya tidaklah main-main atau hanya gertakkan semata. Baik Minhyung ataupun Taeyong sungguh-sungguh, dan hal tersebutlah yang membuat Jeno khawatir. Jeno tidak berpikir akan kehilangan salah satunya, tidak sejauh itu. Kali ini, Jeno sedikit mengerti keinginan Minhyung mengecualikan Pangeran kecil dalam pembersihan marga Lee di Istana, saat ini Jeno mengalaminya.. apapun alasannya Jeno tidak menginginkan kematian Taeyong—tidak sama sekali. Jeno menganggap Taeyong nyaris seperti Ayahnya sendiri.
Minhyung semakin menggeram, amarahnya memuncak karena Taeyong meladeni semua serangannya dengan amat sangat baik. Minhyung semakin brutal, memikirkan jika ia mungkin saja kehilangan Donghyuck dan juga calon bayinya membuat Minhyung mengamuk, amarah tidak wajar yang selalu dihindari Taeyong selama ini. Minhyung terlihat seperti monster tidak berperasaan jika dikuasai oleh amarah yang tidak terbendung.
Trang.
Trang.
Benturan bilang pedang tiada terhenti, beberapa prajurit terlihat berkumpul—diantaranya terselip Petinggi Kim sang Menteri militer. Petinggi Kim mengamati pertarungan keduanya, kasak kusuk semakin terdengar, bisikkan miring dan gunjingan muncul mengenai alasan keduanya bertarung. Dua orang yang selama ini menguasai Istana bersama Jeno.. kini terlibat pertarungan sengit. Memantik siapa saja yang kontra pada Minhyung semakin menjadi-jadi. Jeno mencabut pedangnya dan berbalik, mengacungkan pedang pada para bawahan tidak tahu diri serta dayang-dayang rendahan yang haus akan gossip. Walaupun Jeno saat ini sendiri, tidak ada satupun dari prajurit yang berani dan lancang menentangnya, terlebih ketika Petinggi Kim berdiri di belakang Jeno. Seakan memberitahu jika prajurit militer berada di sisi Jeno.
"Hentikan pembicaraan busuk kalian dan pergi ke tempat kalian masing-masing. Jika kudengar sedikit saja desas desus murahan dari bibir kalian, aku tidak akan sungkan memenggal kepala kalian satu per satu."
Petinggi Kim melihat kerumunan prajurit dan juga dayang-dayang mulai membubarkan diri, menyisakan dirinya dan Jeno di sisi taman yang tengah dikuasai oleh Minhyung dan Taeyong. Jeno menoleh pada Petinggi Kim dan mengangguk sekilas lalu kembali memusatkan perhatian pada Minhyung dan Taeyong. Petinggi Kim mengikuti arah pandang Jeno.
"Menurutmu, siapa yang akan keluar sebagai pemenang? Minhyung yang merupakan calon Raja sesungguhnya dari marga Jeong, atau gabsa berbakat itu? Taeyong yang mengurus kalian selama ini bukan.."
Rahang Jeno mengeras, tidak ada lagi yang tahu mengenai identitas Taeyong yang sebenarnya selain mereka bertiga, ah ditambah Pangeran Donghyuck dan juga Minha saat ini.
"Aku bertaruh, jika Minhyung yang akan memenangkannya.. staminanya unggul di atas Taeyong—yah dia sudah cukup berumur.."
"Mereka bukan bahan untuk kau jadikan taruhan, Petinggi Kim."
"Melihatmu diam di sini tanpa menginterupsi, kurasa ini soal masalah Pangeran kecil ya? Taeyong tetap ingin melenyapkannya berserta bayi tersebut? Namun, aku cukup paham mengapa Taeyong bersikeras.. bayangkan saja hidup dengan kelainan mengerikan seperti itu, memangnya semua orang akan menganggap Pangeran kecil normal? Oh dunia tidak senaif itu. Memang, ada baiknya Pangeran kecil tiada saja, hidupnya ke depan akan sangat sulit dengan kondisinya yang tidak masuk akal.. khawatir saja ada pihak lain yang justru memanfaatkannya.. itu mengerikan..."

KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [END]
Fiksi SejarahPangeran kecil Lee Donghyuck, putra ketiga dari Selir pertama sang Raja Dinasti Joseon begitu menyukai putra dari Petinggi Jung, Jung Minhyung. "Kuberikan giok ini untukmu, Minhyung.. di kunjungan berikutnya, kau yang harus memberiku hadiah." Sebua...