Natural Law

2.5K 254 31
                                    

"Lompat, lompat, lariii!"

"Aku lelah, istirahat sebentar saja ya? Haechi..."

Donghyuck menatap wajah Wonu yang sudah penuh peluh, duduk mengistirahatkan kedua kaki di tanah beralaskan rumput. Donghyuck yang melihat hal tersebut mengikuti, duduk di samping Wonu dengan kaki terjulur.

"Kapan Putra Mahkota kembali? Aku.. aku merindukan Mingrui.."

Wonu menatap wajah Donghyuck yang memberengut dengan bibir tertekuk. Dalam balutan hanbok wanita memang Pangeran kecil terlihat begitu manis. Siapapun yang melihat penampilan Donghyuck saat ini pasti akan dengan mudah dan wajar mengira jika Donghyuck adalah wanita.

"Mungkin sebentar lagi, dia hanya mencarikan pakaian seukuran adikmu saja. Jangan khawatir."

"Ohh, itu dia! Mingruiii..."

Donghyuck beranjak dan dengan cepat berlari menghampiri Mingyu lalu mengambil alih Mingrui yang sempat dibawa oleh Mingyu dan membawanya masuk ke sebuah rumah kecil. Mereka berada di pinggiran lapisan dinding ketiga dari Istana Joseon, bersembunyi sementara seraya Mingyu merencanakan sesuatu.

"Pangeran kecil sungguh benar-benar kecil, maksudku tingkah dan pikirannya seperti anak-anak.."

Mingyu mengangguk, bahkan untuk membawa Donghyuck dari kediaman Eunji pun tidak sesulit yang dibayangkan ataupun menggunakan paksaan dan kekerasan. Jika kalian berpikir Mingyu dan Wonu mengancam hingga menyeret Donghyuck, tidak sama sekali, karena ketika Mingyu muncul.. Donghyuck mengingat Mingyu bukan sebagai kakaknya, melainkan sebagai Putra Mahkota Dinasti Joseon, tidak lebih dari itu. Hanya saja dadanya berdebar lebih kencang, namun Donghyuck dengan jiwa masa kecilnya tidak tahu arti dari debaran tersebut. Debaran yang sesungguhnya memiliki arti ketakutan yang sama ketika Mingyu memaksanya untuk menggugurkan janin yang tumbuh di dalam perutnya.

Donghyuck yang saat itu sedang menggendong Mingrui menurut ketika Wonu mengatakan jika Putra Mahkota ingin Donghyuck untuk ikut bersamanya. Siapa pula dirinya dapat membantah permintaan sang Putra Mahkota Dinasti ini? Ingatan Donghyuck kecil memang seperti kepingan puzzle yang tidak lengkap—saling terpisah satu sama lain dan hanya beberapa kilasan yang ingin diingat oleh Donghyuck.

"Bagaimana, sudah bertanya pada tabib yang kukatakan tadi, Pangeran?"

"Sudah, tabib itu sendiri tidak percaya jika bayi yang kuperlihatkan padanya lahir dari rahim seorang pria. Tabib itu sudah memeriksa Mingrui dan mengatakan jika semuanya tampak normal.. dan aku sudah memberitahunya untuk tetap bungkam jika ingin tetap hidup."

"Baiklah. Jadi Pangeran, apa langkah selanjutnya yang harus kita lakukan?"

"Minhyung sudah naik takhta bukan? Dan dari isu yang beredar Minhyung akan menikahi seorang Putri.."

Wonu mengangguk, Mingyu terlihat memikirkan sesuatu—terlihat dari dahinya yang merengut.

"Sialan itu, dia membuang Pangeran Donghyuck dan bayi dalam kandungannya lalu ingin menikahi orang lain... bukankah Minhyung pantas untuk mati? Aku tidak peduli dengan segala macam dendam leluhur.. aku tidak terlalu berbeda dengan leluhurku.. saling membunuh hanya demi takhta.. dan aku, masih tidak merelakan singgasana milikku yang kini diduduki oleh Minhyung.."

"Tapi, Pangeran.. menurut informasi Pangeran Donghyuck yang melarikan diri namun diberitakan sudah meninggal oleh pihak Istana, entah dengan tujuan apa..."

Mingyu menjeda, mungkin kata 'serakah' memang selalu melekat pada siapapun yang memiliki kekuasaan tinggi, mengabaikan ikatan darah hingga hierarki yang ada hanya demi menjadi yang tertinggi. Mingyu sedikit banyak menyayangi Donghyuck, namun jika Mingyu diberikan pilihan antara ikatan darah dan takhta, kalian pasti sudah mengetahui apa jawabannya bukan?

KINGDOM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang