Suara kicauan burung mengusik lelapnya Donghyuck, Donghyuck berusaha membuka kedua matanya yang masih terpejam erat, tubuhnya terasa nyeri.. nyeri? Netra Donghyuck dengan segera terbuka lebar, otaknya seakan mengingat kembali peristiwa tidak senonoh yang semalam terjadi. Donghyuck menyibak selimutnya dan bergidik karena kini dirinya telah terbalut sogot—semacam kaus lapisan paling dalam dari hanbok yang umumnya terbuat dari bahan puring berwarna putih.
"Si—siapa yang memakaikanku ini?"
Seingat Donghyuck, dirinya jatuh tertidur tanpa sadar setelah kejadian memalukan yang Minhyung lakukan padanya, dan ia masih dalam keadaan polos begitu saja.
"Tidak mungkin Minhyung yang memakaikanku pakaian bukan? Ahh.."
Donghyuck menutup wajahnya menggunakan kedua lengannya. Harga dirinya tercoreng habis dan Donghyuck sangatlah malu. Donghyuck meringis tertahan ketika merasakan sedikit perih dari selangkangannya, mengingat Minhyung memasukkan kedua jari dan menggerakkannya di sana membuat Donghyuck meremang hebat. Itu terasa begitu salah, seharusnya.
Suara pintu terbuka cukup keras membuat lamunan Donghyuck terpecah, entah mengapa walaupun tubuh mungilnya sudah dibaluti sogot, namun rasanya Donghyuck masih seperti telanjang sehingga ketika menyadari ada seseorang yang masuk tanpa pemberitahuan ke kamarnya, refleks Donghyuck menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Gabsa Taeyong...."
Taeyong menatap datar pada sang Pangeran yang membebat tubuhnya dengan selimut. Kedua tangan Taeyong membawa nampan berisikan makanan dan Taeyong meletakannya di meja.
"Tidurmu nyenyak, Pangeran kecil?"
Donghyuck bungkam, tidak ingin sedikitpun untuk menjawab pertanyaan dari pembelot. Alih-alih menjawab, Donghyuck malah membuang wajahnya ke arah lain, enggan menatap wajah pria paruh baya tersebut.
"Mulailah membiasakan diri untuk berhenti bersikap selayaknya kau seorang Pangeran keturunan Kerajaan Dinasti ini... dan terimalah kenyataan bahwa kaulah yang merupakan keturunan pengkhianat yang sebenarnya, juga seorang pemfitnah keji."
Donghyuck geram, ucapan Taeyong seakan menusuk ulu hatinya dan membuat Donghyuck tidak nyaman. Sama sekali.
"Benar atau tidaknya kisah yang kalian ceritakan, tetap saja selama beberapa dekade leluhurku yang telah menjaga pemerintahan Dinasti Joseon ini dan aku tetap Pangeran di Istanaku sendiri. Lihat dirimu, gabsa.. kau bahkan masih memanggilku hormat dengan sebutan Pangeran kecil... sungguh tidak tahu malu, kau—ukkkhhhh!!!"
Gerakan Taeyong terlalu cepat, nyaris tidak tertangkap oleh sudut mata Donghyuck sekalipun. Cengkraman kuat di leher Donghyuck-lah yang membuat Donghyuck sadar kini Taeyong tengah mencekiknya.
"Sialan sekali kau.. lihat saja nanti, akan kupastikan kau menderita seperti apa yang kami rasakan.. namun berkali lipatnya... menurutmu saja, bagaimana reaksi Putra Mahkota saat sadar nanti dan menyadari jika adiknya yang tersisa ternyata bukan seorang lelaki ataupun perempuan, kau seperti makhluk jadi-jadian... apa menyenangkan semalam bersama Minhyung hingga kau tidak sadarkan diri dan jatuh tertidur??"
Bughh.
Donghyuck menendang perut Taeyong menggunakan lututnya, sekuat tenaga yang Donghyuck bisa. Cekalan di lehernya terlepas namun Donghyuck tidak mendengar Taeyong mengaduh apalagi meringis, Taeyong hanya sedikit mundur dan melepaskan cekikannya.
"Aku.. aku laki-laki!! Jangan bicara sembarangan, kau rendahan!"
Taeyong terbahak, jelas dengan sengaja dan nada yang meremehkan.
"Sungguh? Kau tahu tidak, aku sama penasarannya dengan Minhyung... Minhyung sudah melihat dan menyentuhmu bukan?"
Donghyuck tercekat, apa-apaan ucapan itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [END]
Ficção HistóricaPangeran kecil Lee Donghyuck, yang dilahirkan oleh Selir pertama sang Raja Dinasti Joseon begitu menyukai putra dari Petinggi Jung, Jung Minhyung. "Kuberikan giok ini untukmu, Minhyung.. di kunjungan berikutnya, kau yang harus memberiku hadiah." Se...