Disclaimer : Chapter ini Ratenya LEMON! 🍋🍋
.
"Yang Mulia, hati-hati..."
"Berhenti memanggilku seperti itu di sini, Minha. Jangan sampai ada yang mendengarnya..."
Minha mengangguk, Ratu Bae sudah berkali-kali mengingatkan namun apa daya, lebih dari separuh hidup Minha dihabiskan di Istana dengan segala rasa hormatnya.
"Minha, aku sungguh mengkhawatirkan Putra Mahkota... bagaimana kondisinya saat ini.."
"Tenanglah Nyonya, hamba pikir... para gabsa itu tidak akan sembrono membunuh Pangeran Mingyu... hamba justru lebih tidak tenang memikirkan nasib Pangeran kecil..."
"Dia hanya putra dari seorang Selir. Nyawanya bahkan tidak lebih berharga dari putraku."
"Tapi, Nyonya..."
"Diamlah Minha. Aku harus mencari cara untuk menghubungi beberapa Petinggi kepercayaan Youngho..."
Ratu Bae Joohyun. Begitu dirinya mendapati kenyaatan bahwa tidak hanya kedua putranya yang saling berselisih hingga bertaruh nyawa demi takhta, sang Ratu terpukul begitu dalam kala kabar pertarungan antara Raja Youngho dan Putra Mahkota sampai di telinganya.
Saat itu, Ratu Bae bergegas menuju ruang utama, berharap dapat menghentikan perseteruan apapun itu.. namun naas, ketika Ratu Bae menginjakkan kakinya di sana.. yang Ratu Bae dapati adalah tubuh Raja Youngho dan juga Pangeran Mingyu yang saling tertancap bilah pedang masing-masing. Tepat sebelum teriakan histeris Ratu Bae terdengar, kilatan pedang berkelebat di depan mata Ratu Bae.
Minhyung menebas leher sang Raja Dinasti Joseon dalam sekali serangan, membuat kepala yang terputus dari tubuh itu menggelinding melewati sang Ratu. Otak Minhyung seakan kembali ke belasan tahun silam ketika dirinya yang masih berusia sepuluh tahun dipaksa menyaksikan pembunuhan keji sang Ayah.
Minhyung ingat dengan jelas rasa kebas di seluruh tubuhnya kala kepala dari tiga prajurit yang telah membunuh sang Ayah menggelinding di depan matanya, sama seperti kondisi tubuh Raja Youngho saat ini. Bahkan Pangeran Mingyu dalam denyutan nyeri karena bilah pedang yang menancap di perutnya, turut membeliak terkejut dengan apa yang baru saja ia saksikan. Namun Pangeran Mingyu tidak dapat melakukan apapun, biarlah sang gabsa menghabisi Raja Youngho, pikirnya.. karena memang itulah tujuan dari pertarungan tersebut.. hanya saja, sebelum Pangeran Mingyu menutup mata karena pendarahannya cukup berat.. ia melihat gabsa miliknya menghampiri dan berdesis di dekat telinganya.. nyaris berbisik.
"Setelah ini, giliranmu, ibumu dan Pangeran kecil tersayang itu...."
.
Ratu Bae dibawa menuju ke penjara bawah tanah, bersama dengan Minha dan juga beberapa orang dayang kepercayaannya. Mereka menempati satu ruangan yang sama.
Yang menjadi kelemahan dari sistem Monarki adalah... kesetiaan prajurit berada dalam genggaman pemilik takhta tertinggi. Ketika Raja Youngho digulingkan oleh Putra Mahkota, otomatis pemegang takhta selanjutnya adalah Pangeran Mingyu. Dan karena sang Pangeran tidak sadarkan diri, gabsa, Minhyunglah yang awalnya menjadi pemimpin dari para prajurit Istana. Perlahan tapi pasti, Minhyung disertai oleh Taeyong dan juga Jeno menguasai para prajurit serta memberitahukan jati diri mereka. Dan bagi siapapun yang tidak turut tunduk, akan berakhir mengenaskan oleh pedang ketiganya.
Malam itu, Minhyung menarik Minha keluar untuk menanyakan beberapa hal mengenai Pangeran kecil, dan berakhir dengan Minha yang diusir dari Istana. Lagipula Minha hanyalah dayang tua yang jelas tidak ada gunanya sama sekali, dibunuh pun tidak mempengaruhi apapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [END]
Narrativa StoricaPangeran kecil Lee Donghyuck, putra ketiga dari Selir pertama sang Raja Dinasti Joseon begitu menyukai putra dari Petinggi Jung, Jung Minhyung. "Kuberikan giok ini untukmu, Minhyung.. di kunjungan berikutnya, kau yang harus memberiku hadiah." Sebua...