Putri Renchin berlari kesana kemari, tidak tentu arah namun yang bisa ia pastikan hanyalah menjauh dari bagian Utara Istana. Suara bentrokan pedang hingga teriakan masih terdengar di telinganya. Awalnya, seperti biasa Putri Renchin hendak menghampiri Pangeran Donghyuck di belakang pavilliun, namun langkahnya terhenti seketika kala mendengar teriakan seorang prajurit.
Akibat dari rasa penasaran yang mendesak, Putri Renchin memberanikan diri untuk mengintip dari balik pavilliun. Putri Renchin membekap mulutnya untuk meredam teriakan yang nyaris keluar. Pemandangan yang baru dilihat Putri Renchin begitu kacau, Minhyung yang berlari menuju ke arah Pangeran Donghyuck seraya melepaskan anak panahnya pada seorang prajurit yang tengah mengayunkan pedang. Selain itu, terlihat di sana jika Putra Mahkota Mingyu berlutut di depan Pangeran Donghyuck.
Putri Renchin merasakan lututnya lemas kala terdengar kembali di telinganya suara teriakan dari beberapa prajurit yang mulai saling menyerang satu sama lain. Sudut netranya mendapati Minha yang berada di ujung danau-tampak kesulitan dalam berjalan. Putri Renchin ingin menolong namun ia tidak memiliki nyali untuk menerobos kerumunan prajurit yang tengah saling menyerang. Salah langkah sedikit saja, tamat riwayatnya.
Maka dari itu, Putri Renchin memutuskan untuk menjauh.. mencari siapapun yang mungkin bisa ia mintai tolong. Jika ia tidak salah mengira, prajurit yang bertempur terbagi dalam dua kubu... dan karena di sana terdapat Putra Mahkota Mingyu serta Minhyung, Putri Renchin menyimpulkan jika terjadi perpecahan di antara para prajurit.
Putri Renchin melihat ke kanan dan ke kiri, Istana tampak lengang mungkin dikarenakan sebagian prajurit berada di pavilliun Utara dan sebagian lainnya berada di ruang Utama Istana-tempat Taeyong dan beberapa Petinggi melangsungkan diskusi, Putri Renchin terus berlari sehingga ketika netranya menangkap siluet seseorang, dengan segera Putri Renchin menghampiri namun tubuhnya nyaris terhempas ke dinding karena refleks dari orang yang hampir ditubruknya tersebut.
"Aaaaaaaa!"
"Kau mengejutkanku, Putri! Apa yang kau lakukan di sini? Tidak seharusnya kau berkeliaran, tempatmu di bagian Utara Istana!"
"Me--mesum..."
"Apaa?"
"Tirani mesum! Cepat ikut aku!!"
Putri Renchin menarik lengan Jeno dan menyeretnya untuk ikut berlari namun kedua kakinya terangkat dari lantai kayu. Jeno menarik bagian belakang jeogori-nya menggunakan sebelah tangan dan mengangkatnya tinggi.
"Lepaskan aku! Keadaan benar-benar gawat saat ini! Kau harus memisahkan mereka!"
Jeno menurunkan Putri Renchin yang terengah, melipat kedua tangan dan memperhatikan sang Putri.
"Apa maksudmu? Bicara dengan benar, Putri Renchin!"
"Di bagian belakang pavilliun... danau Utara... Pangeran Mingyu ada di sana dan para prajurit bertempur.. aku tidak tahu naamun tirani keji itu juga berada di danau bersama Pangeran kecil.. lalu lalu.. Nona Minha.. yaa! Tu.. tunggu!"
Jeno melesat meninggalkan Putri Renchin yang kini kembali berlari untuk mengejarnya, chima-nya terangkat tinggi untuk memudahkan gerak kakinya. Bibirnya terus mengumpat kecil, perbedaan lebar langkah kaki membuat Putri Renchin tertinggal jauh, dan ketika semakin mendekati pavilliun tiba-tiba tubuh mungilnya terpental ketika menubruk punggung Jeno yang berhenti mendadak.
"Kenapa kau berhenti tiba-tiba..a!!"
Putri Renchin tidak melanjutkan kalimatnya... tertegun menatap puluhan prajurit yang bergelimpangan penuh darah. Seketika taman belakang pavilliun yang sebelumnya begitu cantik karena ditumbuhi bunga matahari juga mawar dan anggrek, berubah menjadi merah. Putri Renchin dapat melihat beberapa orang prajurit yang menahan bobot tubuh menggunakan pedang yang tertancap ataupun duduk dengan beberapa luka di tubuh. Hanya satu orang yang berdiri tegap di antara semuanya. Menggenggam bilah pedang yang ternodai oleh aliran merah pekat.
![](https://img.wattpad.com/cover/371400115-288-k874071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [END]
Fiksi SejarahPangeran kecil Lee Donghyuck, putra ketiga dari Selir pertama sang Raja Dinasti Joseon begitu menyukai putra dari Petinggi Jung, Jung Minhyung. "Kuberikan giok ini untukmu, Minhyung.. di kunjungan berikutnya, kau yang harus memberiku hadiah." Sebua...