Defiance

2.3K 274 45
                                    

Taeyong, pria dengan usia dibawah Youngho beberapa tahun itu menatap Raja Dinasti Joseon dari jarak yang cukup jauh. Membayangkan betapa menyenangkannya kala pedang di pinggangnya kelak akan menusuk jantung sang Raja. Mengoyak dan membuat organ itu tidak lagi berfungsi. Membayar tuntas dendam Taeyong akan kematian Jaehyun.

"Hai? Melamun?"

Taeuong terhenyak, berkedip sekian kali karena kini dihadapannya terpampang wajah gembil dengan manik mata bulat sedang menatapnya. Pangeran yang seharusnya ia jaga dengan statusnya sebagai gabsa.

"Maafkan hamba, Pangeran kecil.."

"Uh, tidak apa.. kau sepertinya melihat ke arah Raja dan Ratu yang sedang melakukan perjamuan minum teh ya?"

Donghyuck melirik sejauh pandang dari tempatnya saat ini, Raja Youngho dan Ratu Joohyun memang sedang berada di pavilliun atas Istana Utama, bentuknya nyaris seperti balkon di rumah-rumah modern, dengan langkan kayu yang dipernis serta hiasan-hiasan sejarah dan guci yang terpajang. Donghyuck hanya pernah satu kali berada di sana ketika bertemu dengan Ratu Joohyun. Dulu sekali, ketika usianya sekitar enam tahun dan Donghyuck tidak pernah menginjakkan kakinya di sana lagi.

"Terkadang aku kasihan pada ibuku, tahu tidak? Rasanya Yang Mulia Raja sudah tidak mempedulikan ibuku lagi... dia seakan terkurung dalam pavilliun Selir..."

Taeyong menatap Donghyuck yang sedang bercerita, dirinya telah diangkat secara resmi menjadi gabsa dari Donghyuck yang berarti akan berada di sisi Donghyuck untuk mendampingi serta melindungi Donghyuck. Salah satu sasaran utama dari pembalasan dendamnya. Keturunan Lee yang harus dimusnahkan dari Istana, bukankah begitu?

"Aku ingin sekali membawa ibuku keluar dari Istana, lalu hidup seperti rakyat biasa saja.. kupikir itu jauh lebih menyenangkan dari sekedar tinggal di Istana. Mewah namun mengikat hingga rasanya tercekik..."

"Kau.. lebih senang menjadi rakyat daripada posisimu sekarang, Pangeran kecil?"

Donghyuck meggangguk dan tersenyum pada Taeyong.

"Bahkan untuk menemui ibuku saja, Istana memberikan jadwal kunjungan.. bukankah itu mengerikan? Disaat Yang Mulia Raja tidak mengindahkan Selirnya sama sekali, dan akupun begitu sulit untuk bertemu ibuku.. Uh, eng.. karena kau akan terus mendampingiku, aku akan memberitahumu sebuah rahasia. Mendekat kemari.."

Taeyong sedikit menundukkan tubuh jangkungnya, mensejajarkan diri dengan tubuh mungil sang Pangeran, rasanya memang tepat jika Pangeran Donghyuck memiliki julukan Pangeran kecil, masalahnya tubuhnya ini memang kelewat pendek seperti wanita.

"Aku seringkali menyelinap keluar Istana untuk menyamar menjadi rakyat, membawa sedikit keping emas untuk kupakai berbelanja dan juga menginap di penginapan kota. Tahu tidak? Yang menjadi gabsa Putra Mahkota.. aku yang menyuruhnya untuk mengikuti sayembara itu! Hehe, Minho temanku! Aku menabraknya di kota ketika sedang berjalan-jalan di lapisan dinding kedua dan dipertemuan kami selanjutnya ia menyelamatkanku dari kejaran para prajurit bodoh yang ingin menyeretku kembali ke Istana."

Sepanjang hari, Taeyong akan mendengarkan celotehan dari sang Pangeran kecil, memberikan respon yang diperlukan secukupnya saja.

Setiap malam ketika hampir memasuki fajar, ketiga prajurit gabsa yang menyusup ke dalam Istana itu berkumpul, saling memberikan dan menukar informasi masing-masing. Waktu yang digunakan pun begitu singkat, oleh karena itu dalam setiap pertemuan masing-masing dari mereka memberikan inti dari informasi yang dibawa.

"Pelantikan Putra Mahkota akan dilakukan beberapa hari dari sekarang. Aku akan memastikan Pangeran San menentangnya."

"Bagaimana caramu?"

KINGDOM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang