Pangeran Donghyuck berjalan menunduk, walaupun ia tahu jika belum ada yang mengetahui akan kondisi tubuhnya—mungkin hanya Minhyung dan tabib saja—namun rasa malu dan takut itu begitu menghantui pikiran sang Pangeran hingga ia tidak memperhatikan jalannya.
Brug.
"Pangeran ketiga? Astaga kau tidak apa-apa?"
Sebuah uluran tangan membuat Donghyuck mendongak, mendapati seorang Putri, entah siapa yang kini turut berjongkok untuk membantu Donghyuck bangun dari jatuhnya, Donghyuck tadi menabrak punggung Putri cantik tersebut.
"Uh.. ma—maaf aku tidak hati-hati."
"Ah tidak apa, perkenalkan.. hamba Renchin, putri dari Petinggi Huang..."
"Eng? Memangnya para Petinggi belum kembali ke daerahnya masing-masing?"
"Itu masalahnya, Pangeran... Ayahku diijinkan untuk kembali setelah sepakat untuk berada di pihak tirani keji bernama Minhyung itu, namun ... aku tertahan di Istana ini, menyebalkan sekali bukan?"
"Siapa yang menahanmu?"
"Penguasa di Istana ini tentu saja, tirani dan juga para anteknya... keturunan Jeong itu. Dan kupikir aku juga harus memohonkan maaf padamu, Pangeran... Ayahku sudah memberitahuku, andai saja Ayahku tidak tergiur oleh kedudukan dan memberitahu Raja Youngho jika keluarga Jung adalah keturunan Raja terdahulu.. mungkin tidak akan ada pertikaian semacam ini.. hamba sangat berasa bersalah.."
Putri Renchin membungkukkan tubuhnya nyaris melebihi sembilan puluh derajat, membuat Donghyuck kikuk karena sebelumnya tidak ada yang membungkuk seperti itu di depannya. Biasanya justru dirinyalah yang membungkuk sembilan puluh derajat di hadapan Yang Mulia Raja.
"Bangunlah, Putri.. bangun... jangan begitu.. mungkin.. semuanya sudah takdir yang digariskan oleh para Dewa.. jangan menyalahkan siapapun.. lagipula leluhurku dahulu yang menjadi pembelot.. anggap saja impas.. aku sudah pasrah.."
"Pangeran, jika melihat situasi ini, kupikir kau juga tidak aman dalam Istanamu sendiri, tebakanku benar bukan? Pria tua pemanah itu bahkan mengeksekusi Ratu tepat di depan kami semua.. aku yakin tidak lama lagi akan mendengar kabar jika Putra Mahkota juga meninggal.."
Donghyuck meremas-remas jemarinya, kakak pertamanya masih hidup. Pangeran Mingyu, bagaimana kondisinya saat ini? Masih terluka atau bagaimana? Walaupun tidak memiliki kedekatan selayaknya saudara, namun tetap saja Donghyuck merasa khawatir.
"Pangeran Donghyuck... kau baik-baik saja? Wajahmu pucat.."
Gelisah dan resah, Donghyuck kembali memikirkan kehidupannya kelak. Sendirian dengan kondisi tubuh yang tidak wajar, gelenyar aneh menguar dan menjalar dari perut bagian bawahnya, menyalurkan rasa tidak nyaman di ulu hati yang terus naik hingga ke dada. Lidah Donghyuck dapat mencecap rasa asam di mulutnya dan produksi salivanya seakan bertambah. Donghyuck memegang perutnya dan berusaha berlari kecil, menuju ke taman Istana lalu berjongkok di balik pepohonan dan mengeluarkan isi perutnya di sana.
Putri Renchin yang mengikuti Donghyuck berusaha memijat tengkuk Donghyuck, membantu Pangeran kecil itu untuk mengosongkan semuanya. Putri Renchin tahu rasanya sangat tidak nyaman jika belum dikeluarkan semua.
"Pangeran.. kau sakit ya?"
"PANGERAN DONGHYUCK!"
Ucapan Putri Renchin terputus oleh pekikan nyaring yang berasal dari seorang dayang tua. Donghyuck menoleh kala telinganya mendengar suara yang begitu familiar dan dirindukannya. Netra Donghyuck mengabur ketika benar-benar mendapati sosok yang begitu menyayanginya berada tepat di hadapannya.
"No—na Minha..."
Minha berlari, menghampiri Donghyuck yang masih berjongkok. Ketika sudah hampir sampai, Minha ditubruk kuat oleh Donghyuck yang langsung memeluknya dan menangis—membuat keduanya jatuh terduduk di rerumputan. Putri Renchin yang melihatnya sangat terkejut. Minha juga berkaca-kaca, mengelus punggung sempit Pangeran kecilnya yang masih tersedu di pelukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [END]
Ficção HistóricaPangeran kecil Lee Donghyuck, putra ketiga dari Selir pertama sang Raja Dinasti Joseon begitu menyukai putra dari Petinggi Jung, Jung Minhyung. "Kuberikan giok ini untukmu, Minhyung.. di kunjungan berikutnya, kau yang harus memberiku hadiah." Sebua...