"Wah. Tuan baek. Apakah anda memiliki pengalaman dalam dunia teater?"
Setelah aku selesai memperlihatkan kemampuan aktingku. Kedua wanita itu terlihat memujiku.
"Terima kasih. Tapi saya tidak memiliki pengalaman."
"Benarkah. Itu artinya anda sangat berbakat."
"Ehem..." pria tua yang sejak tadi hanya duduk. Berdehem. Membuat semua orang termasuk aku menoleh kepadanya.
"Itu memang benar. Kau berakting dengan cukup bagus. Tapi sayang sekali kami hanya bisa memberikan peran kecil kepada aktor pemula."
Pria baruh baya itu berbicara setelah dia terus diam sejak tadi.
Yah. Peran kecilpun tidak apa-apa. Lagipula memang seperti itulah nasib aktor pemula. Memang apa yang bisa aku lakukan.
"Terima kasih saya akan bekerja keras."
Kedua wanita itu bertepuk tangan dan aku tersenyum. Audisi hari ini sukses. Drama teater itu akan dibuka pada malam hari di pesta akhir tahun. Di alun-alun kota.
Sebelum itu aku akan berlatih dengan para artis lainnya. Dan peranku adalah sebagai saingan cinta pemeran utama wanita. Dan diakhir aku akan mati dibunuh oleh pemeran utamanya.
"Hmm...Entah kenapa itu sedikit mirip."
"Tuan baek noah. Gawat!!"
"....??!"
Dari kejuahan aku melihat Manners berlari dengan terburu-buru menuruni bukit dan saat dia melihatku yang sedang memaiki bukit memanggilku dengan suara yang panik.
Aku bertanya kepadannya.
"Apa yang terjadi?"
Pria itu mengatur nafasnya sebentar sebelum dia menjawab pertanyaanku.
"Tuan Ben. Kondisinya semakin parah. Apa yang harus saya lakukan?"
Setelah mendengar itu aku langsung berlari menuju rumah diikuti oleh menners di belakangku. Saat masuk ke dalam rumah aku segera berlari menuju ke kamar Ben.
"Ben."
Kondisi ben terlihat semakin parah,dia terengah-engah seperti tidak bisa bernafas. Dari pakaiannya yang berlumuran darah sepertinya dia beberapa kali telah memuntahkan darah.
Aku berjongkok di samping tempat tidur Ben sembari memagang tangannya.
Sebelum itu aku meminta manners untuk memanggilkan dokter dan dia bersedia untuk turun bukit lagi menuju kota.
"Ben. Bertahanlah sebentar lagi."
Aku berbicara kepada ben. Meskipun aku tidak yakin apakah dia mendengarku. Kemudian dengan tubuh lemahnya dia menoleh dan memaksakan dirinya untuk tersenyum.
Aku melarangnya untuk berbicara dulu. Tapi dengan suara lemahnya dia memaksakan diri untuk berbicara.
"Tuan muda. Maafkan saya. Setelah saya pergi. Tolong kembalilah kekaisaran. Hukumah anda telah telah ditangguhkan."
"Apa??"
Setelah mengatakan itu. Tangan ben yang hangat perlahan berubah menjadi dingin. Kata-katanya terhenti. Wajahnya memucat. Aku panik kemudian mencoba memeriksa nafasnya.
Tidak terasa? Ben sudah menghembuskan nafas terakhirnya.
Perasaan macam apa ini? Aku merasa sangat sedih. Tapi aku tidak bisa menangis.
"Ben."
Aku memanggil nama orang tua itu yang sudah tidak bisa menanggapiku lagi.
"Terima kasih telah merawatku selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain want to Popularity [BL] (Hiatus)
RandomBL- Novel original (Ongoing) Musik adalah segalanya bagiku,tapi aku mati di saat aku bisa memperdengarkan musikku kesluruh dunia. "Kamu tidak bisa breinkarnasi,jiwamu akan dimakan oleh iblis,bukankah kamu membuat perjanjian dengan iblis?" Itulah ya...