12.pelangi berulah.

95 35 4
                                    



                   
                     Happy reading




"Kenapa kalian berdua bisa masuk ke genius class?." pertanyaan dari pemuda yang duduk di pojok belakang membuat Awan maupun Guntur terkekeh pelan.

"Menurut lo gimana Gun?." tanya Awan. Saat ini kedua remaja non identik itu tengah mengajar di lower class 2E.

"Kita juga nggak tau pasti nya, tapi yang jelas setiap siswa mendapatkan undangan khusus bukan untuk ujian masuk genius class?." terang Guntur. Kedua pemuda tersebut memandang se isi kelas yang mulai riuh.

"Undangan?, kita nggak dapat undangan apapun?."

"Pantas kita nggak bisa masuk kelas itu, ternyata mereka mendapatkan undangan sedangkan kita nggak."

"Berarti ke sepuluh siswa itu memang udah di pilih sebelum pendaftaran."

"Masa sih?, nggak adil dong buat kita."

"Stop diam dulu." sela Awan cepat. Atensi seluruh penghuni mengarah ke pada keduanya."kalian salah paham hm, maksud Guntur kita berdua memang dapat undangan ujian buat masuk genius class, tapi itu dari kepsek SMP
kita dulu."

"Undang itu di berikan kepada siswa dengan nilai tertinggi rata rata nilai minimal 97,86%." sela Guntur.

Haa, minimal segitu." pekik salah satu siswi. "Jangankan 97,86% gue aja rata rata nilai masih 82,22% rasanya mau nyerah buat pertahankan nya."

Awan dan Guntur tertawa kencang mendengar keluhan siswi tersebut.

"Lalu berapa rata rata nilai kalian berdua?." tanya seorang siswi yang duduk paling depan.

"Gue peringkat ke delapan dengan rata rata nilai 98,56 %."ujar Awan.

"Gue peringkat ke sembilan dengan rata rata nilai 98,54%." Sambung Guntur yang bangga pada dirinya sendiri.

"Waw bahkan kalian berdua bisa menduduki peringkat ke delapan dan sembilan, lalu apa peringkat kalian nggak pernah tergeser sekalipun?." tanya pemuda paling belakang.

"Hanya ada satu orang yang posisinya pernah tergeser, dari peringkat dua menjadi peringkat lima." ungkap Guntur. "Tanpa gue kasih tau orang nya mungkin kalian udah tau siapa dia." sambung pemuda itu lagi.

"Pelangi, tapi kenapa?, pasti ada alasannya kan?." tanya siswai lainnya yang duduk di meja nomor dua barisan tengah.

"Gue pernah tanya hal yang sama seperti pertanyaan lo barusan jawabannya cuma satu, angka lima adalah angka yang paling dia benci.  Entah angka itu kesialan atau keberuntungan." jelas Guntur.

                       ••••••••

"Pyramid hight school sekolah yang memprioritaskan kegeniusan siswanya, sekolah ini berdiri enam tahun lalu
dengan jumlah siswa pertama 46 orang. Pendiri sekolah ini adalah Bapak Artajaya De Dawson."

Pelangi menjeda sejenak penjelasannya. Gadis itu berdiri diantara dua meja bagian belakang.

"Pendiri sekaligus pencetus kurikulum untuk sekolah ini, kurikulum yang jauh berbeda dengan kurikulum sekolah pada umumnya, dengan kata lain kurikulum pyramid hight school di buat sendiri oleh bapak Artajaya dan selamanya nggak akan ada perubahan." lanjut Pelangi lagi.

"Apa kalian pernah mendengar kasus bunuh diri di bulan Juni  yang terjadi di sekolah ini?." tanya Pelangi. Gadis itu menatap satu persatu dari mereka semua meminta jawaban atas pertanyaannya.

Mereka menggeleng patah patah secara bersamaan.bahkan sabiru sendiri menatap rumit ke arah pelangi.

"Kita baru dengar sekarang tentang kasus itu." ungkap siswi yang duduk paling depan kiri.

Pyramid high school : genius class ( telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang