19.emosi.

90 28 3
                                    


       Happy reading

Pelangi pergi keluar dari asrama dengan mengendap ngendap. Sesekalimata gadis mengulir ke sekitar untuk melihat situasi.

Gadis itu terhenti sejenak, saat melihat dua orang polisi tengah berbincang bersama miss Alya dan siswa genius lainnya. Seakan ada kesempatan untuk bisa kabur tanpa ketahuan gadis itu berlari. Tujuannya adalah keluar dari asrama dan mencari keberadaan Bumi.

Ada mobil polisi terparkir di depan loby. Lalu di gerbang sekolah ada beberapa puluh wartawan berdiri mengerumuni satpam sekolah untuk di minta membuka pagar.

Gadis itu masih terpaku di tempat. Memikirkan cara untuk bisa keluar tanpa harus berhadapan langsung dengan wartawan di luar.

"Apa saja bukti yang di temuka di tkp?." tanya Rigel kepada Jani.

"Sulit untuk menemukan bukti, apalagi malam itu mereka langsung membawa Aksa ke rumah sakit tanpa memberi tahu pihak sekolah atau pun melapor pada polisi, di tambah hujan lebat." terang Jani lagi. Rigel mengeluarkan kunci mobilnya dan segera masuk kedalam mobil di susul Jani yang duduk di kursi penumpang.

"Saya punya bukti jika kasus Aksa adalah kasus pembunuhan."

Kedua pasang mata itu melirik ke arah kursi penumpang bagian belakang.

"Kamu Binita Pelangi Adler kan?." tanya Jani. Pelangi mengangguk membenarkan. "Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam mobil ini?."

Pelangi terkekeh pelan. Gadis itu mengangkat gunting kecil miliknya."Mudah saja bukan?."

"Bukannya kamu sedang sakit?, lalu bagaiman kamu bisa keluar?." kini giliran Rigel yang bertanya.

"Saya harus cari keberadaan Bumi, pemuda itu pasti terpukul atas kepergian Aksa. Jadi tolong bantu saya." pinta Pelangi dengan nada memohonnya.

"Bukti itu tolong kamu kasih dulu, setelahnya saya akan bantu kamu mencari keberadaan Bumi." pinta Rigel, mengadahkan tangannya ke arah Pelangi.

"Sayangnya bukti itu tidak di saya, tapi ada di Bumi." jawab Pelangi.

Jani menatap tajam Pelangi. Wanita itu tersulut emosi melihat tingkah sang gadis. "Kamu mau mempermainkan kami?!."

"Jangan mudah tersinggung dengan saya, yang harus di salahkan cara kerja polisi yang selalu gagal. Saya ingatkan, jangan tutup kasus ini secepat mungkin, dengan alasan kekurangan bukti atau bunuh diri. Jatuhnya kalian seperti lepas tanggung jawab." ujar pelangi panjang lebar. Tak gentar meski dua pasang mata kini menatap tersinggung akan ucapannya.

"Turun kamu kamu dari mobil ini!." Jani keluar dari dalam mobil, kemudian membuka pintu penumpang bagian belakang.

Pelangi masih kekeh duduk di tempatnya."Pak satpam yakin bisa kerja di sekolah ini lagi?." tanya pelangi ke pada Rigel.pria muda itu kembali menatap pelangi.

"Kamu-."

"Saya tau niat bapak baik dengan pura pura jadi satpam di sekolah ini?, mari saling membantu satu sama lain."

"Jani tutup pintu itu kembali." titah Rigel. Dengan kasar polwan cantik itu menutup kasar pintu belakang dan kembali ke kurai penumpang bagus depan.

Tin

Tin

Suara klakson membuat beberapa wartawan membatu jalan kepada mobil tersebut.

                       ••••••

"Pelangi nggak ada di kamarnya." beritahu Kejora kepada yang lainnya. Baru saja dirinya masuk ke dalam kamar mereka untuk mengecek kembali kondisi pelangi, tapi gadis itu tak ada di manapun.

Pyramid high school : genius class ( telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang