24.

69 21 11
                                    



         Happy reading

Rintik hujan turun dengan derasnya.cuaca malam ini sungguh tak menentu, padahal belum lama ini Pelangi dan detektif Rigel pergi dari sini, langit masih di kelilingi banyak bintang.

pemuda itu masih berkutat dengan komputernya, mencoba menjebol keamana laptop dokter Clara, mencari informasi penting sesuai perintah Black sebelumnya.

Bumi Mendongakkan kepalanya memperhatikan jendela di depannya. Angin kencang disertai hujan lebat membuat hawa dingin menusuk hingga ke tulang .

"Lusa, kita akan mulai sekolah lagi." beritahu Cakrawala. Ikut mengarahkan pandangannya ke jendela. "Apa lo ke ingat dengan kejadian yang menimpa Aksa beberapa hari lalu?." tanya Cakrawala menatap punggung Bumi dari tempat duduknya.

Bumi menoleh ke belakang menatap malas kepada Cakrawala. Sebelum kembali fokus kembali pada layar komputer nya.

"Ada e-mail masuk yang belum dibuka." beritahu Bumi. Cakrawala berdiri dari duduknya menghampiri pemuda tersebut.

"Clara saya rasa identitas kamu telah terungkap, sebaik nya secepat mungkin kamu meninggalkan negara ini."  baca Cakrawala dengan suara pelan.

Bumi tersenyum jenaka melihat isi dari e-mail tersebut. Dengan santainya pemuda itu menghapus pesan itu.

"Siapa nama pengirimnya?." tanya Cakrawala yang masih memperhatikan layar dihadapannya.

"Celvin Rexi Benaidit." beritahu Bumi.

Bumi dan Cakrawala saling melirik satu sama lain saat mendengar suara derap langkah mendekat ke arah keduanya.

Semakin jelas derap langkah itu semakin tegang suasana Malam ini. Apalagi hujan serta angin kencang ditambah kilat dan petir.

"Black." seru keduanya, memandang Black dengan napas penuh kelegaan.

Black bergeming di tempat, memandang Cakrawala dan Bumi dengan satu alis terangkat.

"Apa lo udah dapat data yang gue butuhkan?." Tanya Black ti the point.

Bumi mengangguk, pemuda itu kembali fokus pada komputernya melihat beberapa data penting. "Koran kedua memang di bunuh, bukan bunuh diri." Bumi membuka suara. "Lo lihat video ini." Bumi mulai menekan tombol play pada layar.

Black dan cakrawala merapat ke pada Bumi memperhatikan video yang baru saja di putar Bumi.

Dokter Clara tersenyum lebar pada kamera yang baru di pasangnya di lukisan dekat dinding."Anda akan menyaksikan sesuatu yang menyenangkan tuan." kata dokter Clara.

Dokter muda itu menghampiri ranjang pasien yang menatap kosong ke arahnya. "Akan ada doktet yang datang ke sini untuk menyuntikkan obat kepada anda, nyonya."  ujar dokter Clara memberitahu.

Dokter cantik itu membisikkan sesuatu kepada telinga sang pasien. Setelahnya pergi keluar dengan santainya.

Bumi mempause besok tersebut.

"apa yang di bisikkan dokter clara?." tanya Black penuh tanda tanya.

"Kenapa nggak lo tanya langsung sama orang nya." balas Cakrawala kembali menekan tombol play.

Tak lama setelah kepergian doktet Clara, ada pria yang masuk dengan pakain khas dokter lengkap dengan masker yang menutupi wajah bagian bawah.

"Kamu memperumit pekerjaan saya." Kata kata pertama yang di ucapkan pria tersebut.

"Harusnya saya menyiksa kamu, mendengar suara raungan merdu indah keluar dari mulut kamu. Melihat darah yang mengalir di setiap tusukan yang saya berikan, tapi sayang nya, saya berbaik hati hari ini." pria itu mulai mengeluarkan sebuah jarum suntik dari saku jasnya berserta botol kecil. Dengan senyum lebarnya sang pria mulai menyuntikkan suntikan tersebut ke Arah leher sang wanita berkepala tiga.

Pyramid high school : genius class ( telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang