29. Extra capter

126 15 4
                                    

Yuhuuu akhirnya , cerita ini selesai juga

Yang merasa ada yang kurang atau nggak dapat fell-nya komen aja ya.

Happy reading


Pelangi dan Binar berjalan beriringan memasuki ruang rawat Sabiru. Sebelumnya kedua gadis itu pergi secara diam diam dari asrama hingga berakhir di sini.

Bumi berdiri dari duduknya, pindah menuju sofa. Laki laki itu di utus secara langsung oleh Sir Langit untuk menjaga Sabiru.

"Bagaimana?, apa ada perkembangan dari Sabiru?." tanya Pelangi menduduki kursi yang sebelumnya di duduki Bumi.

"Belum." balas Bumi.

Pelangi mengelus lembut rambut Sabiru dengan sayang. "Lo boleh tidur lebih lama, tapi lo nggak boleh mati." bisik Pelangi.

"Kamu udah makan siang Bumi?." tanya Binar yang duduk di samping Bumi.

"Bentar lagi, gue belum terlalu lapar." balas Bumi dengan mata terpejam. Pelangi melirik sekilas kearah Bumi.

"Sabiru lo masih ingatkan sama kata kata gue?." tanya Pelangi pelan. "Mereka udah tau siapa lo dan hubungan kita, jadi lo harus jelaskan ke mereka semua."

"Pelangi kita harus pergi sekarang, sebelum Sir Langit tau jika kita kabur dari asrama." ujar Binar memberitahu.

"Apa lo nggak mau lihat wajah damai Sabiru Nar?." tanya Pelangi menoleh sebentar kepada Binar.

"Nggak dulu, aku bersyukur karena dia masih hidup." jawab Binar tersenyum tipis.

"Gue pulang dulu." pamit Pelangi berjalan menghampiri Binar.

"Gue antar kalian berdua keluar." Bumi berdiri dari duduknya.

"Nggak perlu, Kamu jagain Sabiru aja di sini." tolak Binar.

"Gue sekalian mau ke kantin, bentar gue ambil hp dulu."

Pelangi dan Binar Berjalan duluan keluar. Dari pintu luar, Pelangi memperhatikan setiap gerak gerik yang di lakukan Bumi.

Ketiga remaja itu berjalan beriringan menuju loby rumah sakit.

"Sampai di sini aja." ujar Pelangi. "Gue sama Binar pulang dulu, jaga kesehatan lo dan tolong jaga Sabiru buat gue."

"Hmm, gue ke kantin hati hati pulang." Bumi pergi meninggalkan kedua gadis tersebut di pintu loby.

"Binar lo pulang duluan." suruh Pelangi.

"Kenapa?, apa ada sesuatu yang Kamu sembunyikan dari Aku?." tanya Binar dengan kening berkerut.

"Gue ada urusan lain, kabari gue kalau lo udah sampai asrama. Gue pergi dulu." Pelangi berlari meninggalkan Binar begitu saja.

"Sebenarnya ada apa?." Guman Binar. Tak ambil pusing gadis itu memasuki taksi dan berlalu pergi dari sana.

Pelangi berjalan masuk kembali, langkah kaki itu membawa dirinya menuju kantin rumah sakit. Pandangan Pelangi menyapu seisi kantin, mencari keberadaan Bumi. Pandangan mata itu terhenti saat melihat sosok yang tengah dirinya cari sedang duduk di meja tengah kantin.

Pelangi berjalan menghampiri Bumi, menduduki dirinya di hadapan pemuda tersebut.

Bumi mendongak melihat Pelangi terkejut. Pemuda itu sampai terbatuk sangking kagetnya dengan kehadiran hadis itu.

"Lo kayak lihat setan aja." ujar Pelangi menepuk pelan punggung Bumi setelah memberi segelas air putih ke tangannya.

"Lo kenapa kesini?, bagaimana jika Sir Langit tau kalau lo nggak ada di asrama?." tanya Bumi, memper tikan Pelangi sebentar sebelum kembali melanjutkan acara makannya.

"Tinggal bilang aja, Bumi ajak saya buat tinggal di rumah sakit." jawab Pelangi santai.

Pemuda itu menatap tajam ke arah Pelangi. "Jangan main main Pelangi!." ujar Bumi penuh peringatan.

"Gue serius sama ucapan gue barusan. Lo tenang aja masalah hukuman, gue sendiri yang akan jalani." sambung Pelangi lagi. Gadis itu tersenyum tipis menatap Buminya v kembali makan.

"Lo nggak tawarin gue makan, Bumi?." tanya Pelangi. Kedua tangan gadis itu menopang gadu di atas meja.

"Jika lo mau makan tinggal pesan Pelangi." balas Bimi malas.

"Ck, gue malas jalan lagi." decak Peangi, berguman kecil.

Bumi berdiri dari duduknya, hendak melangkah pergi sebelum Pelangi menahan tangannya. "Apa?." tanya Bumi mengangkat satu alisnya.

"Mau kemana?." tanya Pelangi.

Bumi menghela napas pelan, berusaha sabar menghadapi sikap Pelangi. "Barusan lo bilang lapar kan, gue mau pesanin lo makanan. Jadi, lo mau makan apa?." tanya Bumi.

Pelangi berpikir sejenak dengan telunjuk mengetik mgetum dagu. " mie ayam aja deh." jawab Pelangi.

Beberapa menut menunggu, Bumi datang dengan satu nampan di kedua tangannya. Dengan hati hati, Bumi memindahkan mangkuk tersebut ke atas meja beserta satu botol air mineral.

"Di makan, habis itu langsung pulang." titah Bumi yang mulai sibuk memainkan hpnya.

Pelangi mendumel kecil, menatap tak berselera kepada mie ayam tersebut.



••••••

"Binar pelangi mana?." tanya Kejora saat melihat Binar memasuki kamar asrama dan merebahkan tubuhnya ke atas kasur.

"Dia bilang ada urusan, aku nggak tau urusan apa." jawab Binar, mulai memejamkan kedua mata lelahnya.

"Terus bagaimana sama keadaan Sabiru?." kini, giliran Bintang yang bertanya.

"Sejauh ini mulai membaik, tapi Sabiru belum sadar." balas Binar kembali duduk dari tidurnya. Gadis itu bergegas melangkah ke kamar mandi.

Kejora membalikan nadanya menatap ke arah Bintang yang tengah asik bermain hp. " Bintang ke asrama cowok kayaknya seru deh." ujar Kejora mengutarakan keinginannya.

"Boleh juga sih, Aku juga bosan di sini. Kita tunggu Binar dulu." imbuh Bintang.

Ketiga hadis remaja itu berjalan sambil mengendap ngendap menuju asrama cowok. Langkah demi langkah berjalan sambil sesekali melek itik ke penjuru arah memastikan jika tidak ada yang akan memergoki ketiganya.

Kejora memandang pintu bercat hitam di hadapannya. Tangan gadis itu mulai terulur mengetuk pintu.

"Awan bukain pintunya." pinta Kejora memelankan sedikit suara.

Dari dalam asrama cowok, mereka semua hanya tidur tiduran sambil bermain hp di atas kasur masing masing, kecuali, Angkasa yang masih asik dengan beberapa buku di atas meja belajarnya.

"Kayaknya Si Lejora deh yang ketik pintu." ujar Guntur, turun dati atas kasur dan berjalan ke arah pintu. Tangan itu membuka knop pintu mempersilahkan ketiga gadis itu untuk masuk.

"Kok cuma bertiga, Pelangjnya mana?." tanya Awan membalikan badan menatap ketiganya.

"Di rumah sakit." jawab Binar menduduki dirinya di kurai belajar milik Awan.

"Terus kalian bertiga ngapain ke sini?." tanya Guntur kembali kepada posisi sebelumnya, yaitu tiduran sambil bermain hp.

"Bosan, kalau nggak ada kegiatan." ungkap Bintang, duduk di  kursi belajar milik Guntur.

"Sama kita semua juga bosan, keluar dari asrama nggak boleh, gue berasa di penjara, njir!." balas Guntur.

Mereka semua mengangguk berjamaah, membenarkan perkataan Guntur.






Jangan lupa votment yang sebanyak banyak ya reader







See you🖐🏻🖐🏻




Thank

Pyramid high school : genius class ( telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang