Hari senin identik dengan hari yang cukup menyibukkan, tapi berbeda dengan Salsa dan Pauli yang masih pagi sudah memilih nongkrong di kampus membolos untuk mata kuliah jam pertamanya.
"Abang lo mana ul?"
Zafrian Pauli Fernando, mahasiswa Fakultas Seni musik berusia 22 tahun yang saat ini disibukkan dengan tugas akhirnya menuju gelas S.Sn di belakang namanya. Anak bungsu dari dua bersaudara yang juga merupakan satu-satunya sahabat Salsa
"Lo mah setiap ketemu yang di tanyain abang gue mulu" jawab laki-laki itu kesal
Bagaimana tidak, Salsa yang merupakan sahabat perempuannya itu sangat tergila-gila pada abangnya sendiri, perempuan itu bahkan secara ugal-ugalan memperlihatkan ketertarikannya pada laki-laki itu, baik secara langsung ataupun melalui media sosial.
"Yah kan tanya kabar calon suami, apa salahnya sih ul" jawab Salma santai, nampak terdengar bahwa yang diucapkan adalah fakta padahal hanya imajinasinya saja.
Paul melihat Salsa malas, menghadapi perempuan dengan sifat kecegilan seperti Salsa membuatnya harus punya kesabaran ekstra, anehnya dia berhasil bersahabat dengan Salsa hampir tujuh tahun, sejak mereka kelas X SMA
"Gue kan udah bilang, tipe dia nggak kaya lo sal. Tipe dia pintar, lem-
"Lemah lembut, tutur katanya sopan, enak di pandang, kalem dan yang pastinya bukan lo, itukan yang mo lo bilang?" Salsa memotong perkataan Paul yang dia sendiri sudah hapal dengan ucapan pria itu, template sekali menurut Salsa.
Belum sempat menjawab, deringan telfon Paul mengalihkan fokus keduanya "halo bang"
"Oh iya, bentar aku bawa ke fakultas abang" ucap Paul lalu menutup telfonnya.
Salma yang mendengar Paul menyebutkan nama abangnya seketika semangatnya membuncah "kenapa ul?" Ucapnya basa-basi
"Abang gue, minta di bawain motor, gue disuruh bawa mobilnya" ujar Paul sambil membereskan barang-barangnya
"Gue ikut!" Timpal Salma segera
"Nggak"
"Ikut ul, gue mau ketemu calon suami, dua hari nggak lihat dia, nafas gue rasanya sesak"
"Apasih monyet, gue nggak mau bawa lo ke fakultas abang gue, bisa-bisa dia malu ntar" tolak Paul, dia sudah hapal kelakuan sahabatnya itu jika sudah bertemu dengan abangnya.
Salma tak pantang menyerah, dia mengikuti langkah Paul yang sudah meninggalkannya "Nggak ul, kali ini gue janji"
Paul tak menghiraukan, sesampainya di parkiran ia segera menaiki motornya dan tak lupa memakai helmnya.
"Lo ngapain naik Salsaaa, turun nggak!!!" Teriaknya Pada Salsa yang tanpa dipersilakan sudah duduk manis dibelakangnya
"Nggak bisa, pokoknya gue ikut" tolak Salsa yang sudah siap dengan helm yang bertengger di kepalanya.
Paul yang sudah tak bertenaga pun mengikuti kemauan gadis itu "awas aja lo bikin malu disana" ujarnya lalu menjalankan kendaraannya.
***
Jarak antara fakultas seni dengan fakultas Abangnya Paul tidak terlampau jauh, sekitar 5 menit keduanya sampai di parkiran tempat mereka berdua berjanji ketemu.Paul segera mengabari abangnya sedangkan Salma disibukkan merapikan jilbab segitiga miliknya
"Nggak usah sok cantik lo" ujar Paul melihat Salma yang sedari tadi berkaca pada spion motor miliknya
"Diam yah adik ipar, kakak ipar mu ini lagi gugup mau ketemu calon suami" ucap Salma yang masih fokus merapikan jilbab dan sedikit memakai lipbalm miliknya
YOU ARE READING
If it is You
Romance"Jika kamu hancur sebesar diriku Akankah kamu tahu? Semua rasa sakit yang memenuhi diriku Ke titik di mana hatiku akan meledak, Betapa aku menginginkanmu?" ~if it'S You