Romy saat ini duduk di depan ruang ICU bersama mama Rosa. Fikiran Romy tidak setenang kelihatannya, rasa marah, kecewa, khawatir dan takut, semuanya bercampur lalu melebur menjadi satu menjadikan dia merasakan sakit kepala yang luar biasa.
Salsa berhasil menorehkan kecewa untuk Romy, disaat pria itu sudah mencoba menerimanya tapi Salsa malah memilih mengkhianatinya, Romy tak terima.
Lalu pertanyaan lainnya kembali muncul, tentang ucapan Paul yang mengatakan Salsa di culik, itu tidak sejalan dengan apa yang Romy lihat tadi, Salsa nampak biasa saja, bukankah normalnya perempuan di culik akan ketakutan dan meminta di bebaskan, lagi pula penculik itu adalah Refal, pria yang selalu Salsa bela jika Romy merendahkannya.
Apakah Salsa hanya pura-pura di culik dan iseng menghubungi Paul. jika seperti itu? Sungguh Salsa benar-benar tak termaafkan.
Apa sebenarnya yang terjadi? Di balik khawatirnya Romy pada Paul, pria itu juga tak sabar mengintrogasi Paul masalah Salsa malam ini.
Ingatan bagaimana Romy melihat Salsa di peluk dengan eratnya oleh pria lain di depan matanya sendiri, Romy merutuki sikap Salsa yang hanya menerima pelukan itu tanpa terlihat memberontak sedikit pun. Lalu ingatannya beralih pada Paul yang harus mengalami kondisi ini karena ulah Salsa, benarkan? Jika saja Salsa tak pura-pura di culik dan meminta Paul menolongnya, Paul tidak akan berakhir seperti ini.
Berandai-andai untuk kejadian yang sudah terjadi memang bukanlah sebuah solusi, tapi sedari tadi Romy memikirkan itu membuat rahang Romy mengeras menahan emosi yang tak bisa dia luapkan.
Selain marahnya, Romy juga sempat khawatir pada Salsa, dia sempat berniat ingin membawa pulang Salsa walau hatinya sangat marah pada wanita itu, bagaimanapun Salsa tetap istrinya dan dia tak ingin meninggalkan Salsa berdua dengan pria yang menururutnya bajingan itu.
Tapi baru saja dia ingin membuka sempurna Rumah itu, romy mendengar suara ayah Abi yang menanyakan alamat pada Nadila, sontak saja Romy memilih menyembunyikan dirinya di samping rumah yang tampak gelap.
Bukan tanpa alasan Romy melakukan itu, dia hanya ingin melihat bagaimana reaksi keluarga Salsa mendapati anak kesayangannya berbuat hal yang tidak baik, selama ini Romy melihat ayah Abi sebagai sosok orang tua yang bijaksana dan mengerti agama.
Tapi rencana Romy tak berhasil kala handphonenya berbunyi dan tertera nama mamanya disana, Romy agak menjauh dari tempat persembunyian sebelumnya lalu dengan suara yang dia pelankan Romy menerima telfon itu.
"Iya mah"
Tak ada jawaban di seberang telfon, yang ada hanya suara isak tangis mamanya yang terdengar sangat pilu.
Romy kalut, terakhir mama Rosa menangis seperti ini kala nenek Romy meninggal delapan tahun yang lalu "Mah, kenapa mah, jangan bikin Romy khawatir"
"Romy, kamu kesini sekarang nak, kondisi adikmu parah. Mama takut terjadi apa-apa sama Paul" jawab mama rosa di sela-sela tangisnya.
Tanpa berfikir panjang Romy meninggalkan rumah itu, setelah melihat keluarga Salsa masuk di dalam. Setidaknya sudah ada keluarga Salsa disana.
***
Mama Rosa sudah menangis disebelahnya, beberapa kali histeris mengkhawatirkan keadaan Paul di dalam ruangan yang tak bisa dia masuki sekarang. Paul, walaupun bukan anaknya, tetapi kasih sayang untuk pria itu sama besarnya dengan Romy, anak kandungnya.Perempuan yang sedang dalam isakan tanginya itu juga tak hentinya menghubungi Salsa tapi tak kunjung diangakt oleh menantunya itu, dia sempat menanyakan keberadaan Salsa kepada Romy tapi Romy enggan untuk menjawab, diamnya mengisyaratkan untuk tak ingin membahas Salsa sekarang.
Romy yang berada tepat disamping mamanya kembali geram kala melihat panggilan dari mamanyapun tak digubris oleh Salsa.
"Cihhh...masih sibuk pelukan sepertinya" batin Romy

KAMU SEDANG MEMBACA
If it is You
Romance"Jika kamu hancur sebesar diriku Akankah kamu tahu? Semua rasa sakit yang memenuhi diriku Ke titik di mana hatiku akan meledak, Betapa aku menginginkanmu?" ~if it'S You