Kejadian tadi sore membuat kediaman milik Salsa menjadi beda dari biasanya, kedua orang tuanya sedari tadi berdiam diri di kamar, shalat maghrib dan shalat isya pun tak lagi berjamaah seperti hari sebelumnya, Salsa dan Nadila yang tak tau menau tentang hal apa yang membuat kedua orang tuanya seperti itu juga memilih diam, walaupun di benaknya ada beribu pertanyaan yang segera ingin mendapatkan jawaban
"El, abang yang di maksud ibu siapa sih El? Ko ibu sampai nangis gitu" Seru Salsa berniat untuk diskusi dengan kembarannya
Nadila yang baru saja selesai memakai rangkaian skincare malam nya, perempuan cantik itu berjalan menuju kasur yang sudah ada Salsa di atasnya.
"Aku nggak tau juga Er, sepertinya ada sesuatu yang hanya ayah dan ibu saja yang tau" jawab Nadila
Nadila sudah diposisi nya, bersiap untuk tidur, nampaknya kejadian hari ini menguras energinya, Nadila bukan tipe orang yang akan mengeluarkan keluh kesahnya, perempuan itu lebih memilih memendam dan memikirkannya sendiri
Berbeda dengan Salsa, kembaran Nadila itu tidak bisa menahan rasa penasarannya, segala sesuatu yang mengganggu fikirannya akan diutarakan, seperti saat ini kakinya sudah melangkah ke pintu kamarnya, ingin berjalan ke kamar kedua orang tuanya meminta penjelasan
Tapi belum sempat langkahnya keluar dari kamar, panggila Nadila menghentikannya "mau kemana Er?"
Salsa berbalik, hanya badannya saja karena kakinya masih setia berdiri ditempatnya "Mau ke kamar ayah ibu,aku khawatir ada sesuatu yang tidak beres El, kita nggak bisa diam aja kaya gini"
"Er nggak usah, Biarkan ayah dan ibu tenang dulu"
"Tapi aku nggak bisa tenang El, aku khawatir"
Nadila beranjak, meninggalkan kasur padahal tadinya sudah bersiap untuk tidur, perempuan itu mendekati Salsa, sangat terlihat wajah ketakutan disana, perempuan itu akan sangat sensitif jika berhubungan dengan keluarganya.
Nadila membawa tubuh Salsa kedalam dekapannya, dia paham bagaimana perasaan Salsa sekarang, perasaan yang sama dengan dia rasakan, bedanya Nadila cukup pandai bersikap tenang " Er, kamu tenang yah. In shaa Allah semuanya akan baik-baik saja.
***
Pagi harinya ternyata suasanya masih sama, tak ada gedoran pintu dari ibu Nita untuk membangunkan kedua putrinya, juga tak ada sarapan enak yang tersaji di meja makan.Ibu nita masih setia mengurung diri di kamarnya.
"Sayang, kalian beli sarapan diluar yah, ini uangnya" Ujar ayah Abi yang saat ini bersama kedua putrinya di teras rumah.
"Nggak usah ayah, El masih ada uang. Nanti El beli sarapan bareng Er" jawab Nadila
Yah, hanya nadila sebab Salsa yang biasanya banya bicara kali ini memilih diam seribu bahasa. Dia benci situasi ini, perasaan sedihnya menumpuk, ini kali pertama ibunya tak menyiapkan sarapan untuknya, biasanya dalam keadaan sakit pun ibu Nita tetap kekeh untuk memasak sarapan untuk keluarga kecilnya.
"Er" Ayah Abi peka terhadap perasaan putri bungsu nya yang beda dari biasanya, pria itu mendekap tubuh putrinya, tak lama setelah itu terdengar isakan tangis dari Salsa.
Perasaan ayah Abi bahkan lebih hancur dari kedua putrinya, kejadian masa lalu yang tak bisa dia ulang kembali menjadikan penyesalan datang hari ini "jangan nangis nak, ibu nggak apa-apa"
Tangan kanan ayah Abi pun membawa Nadila kedekapanannya, Ayah Abi tau jika Nadila juga sama sedihnya dengan yang dirasakan Salsa "Kakak juga tenang yah, semuanya akan baik-baik saja"
***
Perasaan sedih yang dirasakan seseorang yang memiliki karakter ceria biasanya tak dianggap serius, seperti kali ini Paul hanya mengira diam nya Salsa sedari tadi hanya karena pesannya tak dibalas oleh Romy.
YOU ARE READING
If it is You
Romance"Jika kamu hancur sebesar diriku Akankah kamu tahu? Semua rasa sakit yang memenuhi diriku Ke titik di mana hatiku akan meledak, Betapa aku menginginkanmu?" ~if it'S You