Bubur ayam tampaknya menjadi salah satu makanan yang sering di jadikan sarapan bagi orang Indonesia, Salsa dan Romy termasuk di dalamnya.
Mobil Pajero sport berwarna hitam baru saja tiba di salah satu warung pinggir jalan yang menjual bubur, tempat ini merupakan tempat favorite Romy.
"Sal, lo bisa masuk diluan? Gue parkirin mobil dulu. Lo pesenin gue juga" titah Romy karena kondisi warung yang tak memiliki halaman luas apalagi parkiran, membuat Romy harus mencari parkiran Mobil yang agak jauh dari warung itu
Salsa patuh atas perintah Romy, gadis itu turun dari mobil dan berjalan masuk kedalam warung. Tampaknya banyaknya kondaraan yg terparkir di luar tidak mengimplementasikan jumlah orang di dalam warung, sebab hanya beberapa orang saja yang tengah menyantap bubur ayam di dalam sana, sepertinya orang-orang disana masing-masing membawa kendaraan.
"Bang bubur ayamnya satu, nggak pake seledri yah bang" Pesan Salsa pada abang penjual yang tengah asyik meracik dua mangkok bubur ayam dihadapannya.
"Oke neng, itu aja?"
"Sama teh hangat nya dua bang" ujar Salsa kembali, tangannya mengikuti maksud ucapannya.
"Siap neng, tunggu sebentar yah"
Salsa tersenyum lalu beranjak mencari kursi yang kosong, karena kondisi warung yang tak terlalu ramai menjadikan Salsa tak sulit mencari kursi.
Tak berapa lama Romy datang lalu mendudukan dirinya tepat dihadapan Salsa "udah pesan kan sal?"
"Iya kak, tunggu aja" jawab Salsa, dirinya kini tengah fokus pada handphonenya. Entah ada apa disana.
"Lo lagi nggak buru-buru kan?" Tanya Romy, karena melihat Salsa nampak sibuk pada handphonenya.
"Oh nggak kak, sebentar aku selesaiin game ku dulu" jawab Salsa kembali, nampaknya tangannya sudah sangat ahli mengarahkan kepala ular untuk mencari makanan di game tersebut.
Romy tampak tak suka dengan situasi ini, dia sangat tidak nyaman jika lawan bicaranya malah asyik terhadap handphonenya dan mengabaikannya dan untung saja bubur ayam pesanan Salsa sudah datang, tidak ketinggalan dua gelas teh hangat melengkapi.
"Ini buburnya neng"
Satu mangkok bubur ayam sudah berada di atas meja, walaupun sebelumnya abang yang membawanya cukup bingung di letakkan dimana karena Salsa hanya
Memesan satu mangkok saja."Lo pesan cuman satu Sal?" Tanya Romy kembali, nampaknya hari ini pertanyaan Romy pada Salsa sudah tidak bisa dihitung jari
"Hmm" lihat saja bagaimana Salsa yang dengan tega hanya menjawab pertanyaan Romy dengan seperti ini.
"Lo nggak makan?"
"Nggak"
Karena rasa kesalnya pada Salsa yang mulai menumpuk, detik selanjutnya Romy menarik paksa handphone di tangan gadis itu "bisa fokus nggak sih Sal, lo kenapa nggak makan?"
Tak kalah kesalnya, Iris mata Salsa menatap Romy dengan tatapan tak terima, bibirnya mengerucut ke bawah tanda saking tak sukanya. Bukannya seram, ekspresi itu lebih pantas dikatakan lucu, bahkan Romy pun gemas, senyum tipisnya tercipta hanya karena itu.
"Lo kenapa nggak makan?" Kalimat pertanyaan yang sama kembali terlontarkan dari Romy.
"Aku udah sarapan tadi di rumah kak, aku udah kenyang. Kak Romy aja yang makan" jawab Salsa, senyumnya dia paksakan
Tapi alih-alih menerima alasan Salsa, Romy mengartikan jika hal itu adalah karenaSalsa yang masih marah dengannya "Gue nggak makan kalau lo nggak makan"
KAMU SEDANG MEMBACA
If it is You
Romance"Jika kamu hancur sebesar diriku Akankah kamu tahu? Semua rasa sakit yang memenuhi diriku Ke titik di mana hatiku akan meledak, Betapa aku menginginkanmu?" ~if it'S You