Rasanya baru saja terlelap, tapi bunyi alarmnya sukses membuat Salsa terbangun dari tidurnya. Menggeliat sebentar lalu netranya menemukan Romy yang terlelap disampingnya dengan tangan bertengger indah di perut Salsa.
Sejenak bayangan apa yang dilakukan pria itu semalam kembali membuat wajah Salsa bersemu. Apakah ini tidak akan mempengaruhi kesehatannya, sebab dia baru saja bangun dan jantungnya sudah berdetak lebih sering lagi, Salsa malu sekaligus bersemu.
Sebelum Romy bangun, sebisa mungkin Salsa melepas tangan pria itu dari perutnya. Salsa akan mandi lebih dulu lalu melaksanakan shalat subuh, wanita itu juga berharap semoga Romy belum bangun sampai akhirnya Salsa menyelesaikan semua kegiatannya.
Salsa malu dan belum siap berhadapan lagi dengan Romy.
Untung saja, Romy nampaknya masih lelap dalam tidurnya, pria itu sama sekali tidak terganggu dengan Salsa yang bergerak disampingnya.
Sekitar lima belas menit, Salsa menyelesaikan mandinya juga sudah lengkap dengan bajunya juga handuk yang dia lilitkan dikepalanya karena baru saja keramas. Terasa dingin, tapi mau diapakan lagi, ini kewajibannya. Selama ini, Dia tidak pernah curang untuk absen shalat setelah dia datang bulan.
Baru saja membuka pintu kamar mandi, gadis itu lagi-lagi dikagetan dengan Romy yang sudah berada tepat di depan pintu kamar mandi, wajah bangun tidurnya sangat terlihat tapi walaupun demikian, pria itu tetap saja tampan.
Romy menatap lekat pada Salsa, sementara Salsa sibuk memalingkan wajahnya, melihat semua objek yang sepertinya tidak penting untuk dia lihat, Salsa hanya tak mau membalas tatapan Romy, dia kembali gugup.
"Tunggu aku, kita shalat bareng-bareng" titah Romy, kemudian gantian dia yang memasuki kamar mandi, meninggalkan Salsa yang masih mencoba mengatur detakan jantungnya.
"Huftt, kenapa canggung banget kaya gini" ujar Salsa pada dirinya sendiri.
***
Romy dengan khusyu memimpin shalat dengan Salsa yang menjadi makmumnya, bacaan shalatnya sudah tidak diragukan lagi, benar-benar suami idaman yang diimpikan Salsa selama ini.Setelah mengucapkan Shalat juga megaminkan doa-doa yang mereka langitkan, Romy berbalik badan lalu mengulurkan tangannya pada Salsa.
Salsa tentu saja langsung menyambutnya, mencium punggung tangan suaminya itu, dia yang tadinya masih gugup lambat laun sudah bisa menetrlakan perasaannya kembali.
Seperti sebelum-sebelumnya, Romy juga mengecup kening Salsa setelah gadis itu menyalimi tangannya. Tapi ada yang berbeda yang dirasakan Salsa sekarang, Romy cukup lama menempelkan bibirnya pada keningnya.
Setelah melepaskan, Romy tak sekalipun mengalihkan tatapannya pada wajah Salsa yang berada tepat dihadapannya. Sungguh, Salsa dengan balutan mukenahnya selalu sukses membuat Romy berdebar. Entah karena apa, intinya Romy selalu tenang menatap Salsa dengan penampilan seperti ini.
Salah tingkah, sesuatu yang tepat menggambarkan bagaimana kondisi Salsa yang ditatap sedalam itu oleh Romy. Salsa kembali tak berani menatap Romy, pandangannya menunduk melihat jari-jarinya yang saling menggenggam di atas pahanya.
"Sal"
"Iyaa"
"Aku lagi ngomong, kenapa kamu nunduk" protes Romy, bahkan sekarang tangan Romy sendiri yang menangkup wajah Salsa dengan kedua tangannya agar gadis itu bisa menatap kearahnya.
Salsa mengedipkan matanya sesering mungkin kala mentapa Romy, perasaannya sudah tidak bisa dia defenisikan lagi. Wajah Romy benar-benar berada terpaut hanya satu jengkal dengannya. Memang semalam, sudah lebih dari itu bahkan sudah tersentuh cukup lama tapi tetap saja Salsa malu, dia belum terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
If it is You
Romance"Jika kamu hancur sebesar diriku Akankah kamu tahu? Semua rasa sakit yang memenuhi diriku Ke titik di mana hatiku akan meledak, Betapa aku menginginkanmu?" ~if it'S You