Mundur Perlahan

2.1K 293 56
                                    

Disini Salsa dan Paul sekarang, di sebuah pantai yang berada di pinggiran kota, berniat meredakan rasa nyeri yang menjalar di hatinya, walaupun faktanya tetap tidak bisa.

Bukan Salsa saja yang kali ini patah hingga sepertinya sulit untuk sembuh kembali, tetapi juga ada pria yang setia dengan bungkamnya semenjak tadi, dari segala bentuk kekecewaan pada Nadila, hari ini adalah puncaknya.

Coba saja nadila jujur tentang dia yang lebih tertarik pada Romy, maka Paul sebisa mungkin tak berharap banyak pada perempuan dengan wajah teduh itu.

Begitupun dengan salsa, dia merasa bersalah pada kembarannya selama ini, terlebih jika mengingat bagaimana ayahnya gencar menjodohkan Salsa dengan Romy, mungkin sakit hatinya sekarang tidak sebanding dengan sakit hati Nadila yang harus mendengar Salsa setiap hari bercerita perihal Romy.

Karena waktu sudah menunjukan pukul lima sore, lembayung senja tercetak jelas di langit yang tadinya biru. Perih di hatinya sedang bertengkar hebat dengan rasa bersalahnya hingga mengakibatkan sesak di dirinya.

"Hari ini benar-benar terjadi Sal, bukan hanya lo tapi gue juga" ujar Paul, ini adalah kalimat pertamanya sejak dia dan salsa berada ditempat ini semenjak dua puluh menit yang lalu

"Gue harus apa Ul, gue harus gimana? Gue belum siap ngelihat El bareng kak Romy kaya tadi" Diantara semua kacaunya hari ini, ada satu kekhawatirannya, bagaimana dia akan menyikapi hari-hari selanjutnya yang pastinya akan melihat Romy dan Nadila bersama, dia tak sanggup, entah sampai kapan.

"Lo udah berjuang jauh Sal, kalau memang ini jalannya, lo harus kuat" Paul mencoba memberikan semangat pada sahabat perempuannya itu, walaupun dirinya sendiri juga tak baik-baik saja sekarang.

Keheningan kembali mendominasi, Salsa menatap Paul yang sangat berbeda dari sebelumnya, walau tak ada air mata tapi Salsa tau bahwa pria itu sedang merasakan kekecewaan yang luar biasa, entah pada nadila, romy atau bahkan pada dirinya sendiri.

"Lo juga harus kuat Ul, gue tau lo suka sama Nadila udah lama" ucap Salsa

Paul beralih menatap salsa ketika sedari tadi dia setia menatap air laut yang riuh dengan suara ombaknya" Gue nggak apa-apa, gue cuman merasa kak Romy belum bisa menerima gue sebagai sodaranya"

"Maksud lo?" tanya salsa bingung dengan ucapan pria disampingnya itu

"Sal gue nggak bisa marah pada nadila, bukannya memang perasaan tidak bisa dipaksakan, soal perasaan gue itu urusan gue bukan untuk menjadi beban untuk dia" jawab Paul

"Sakit hati gue hari ini adalah tanggung jawab gue sendiri, Nadila nggak salah" lanjutnya kembali

Salsa memilih diam, memberikan kesempatan untuk paul mengeluarkan isi hatinya

"Begitupun dengan bang Romy, gue ngerasa jadi orang bodoh yang setiap malam menunjukan salah tingkah didepannya jika nadila balas chat gue"

"Dan bang Romy membiarkan itu, menyaksikan gue menjadi badut hiburannya, menerima chat dari nadila sedangkan mungkin dia sendiri sudah menerima telfon dari perempuan yang gue maksud"

Salsa dan Paul memiliki pemikiran yang berbeda, jika Paul yang merasa kecewa pada romy sedangkan salsa merasa berdosa pada Nadila.

"Tapi disini kita yang egois Ul, bagaimana kalau sebenarnya mereka ingin mengatakan tentang kedekatannya tapi menjaga perasaan kita" Ucap Salsa mencoba menyanggah ucapan Paul

Paul memilih diam, perkataan Salsa memang benar adanya tapi dari pada seperti itu, Paul lebih menghargai jika Romy jujur tentang dirinya yang juga menyukai nadila.

"Gue akan mundur Ul, gue akan nolak perjodohan itu" ujar Salsa sendu

"Lo yakin?" tanya Paul memastikan

If it is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang