Mendung datang menandakan hujan setelahnya, begitupun dengan kehujanan akan berakibat flu setelahnya. Seperti kondisi Salsa saat ini. Perempuan yang terbangun di jam sembilan pagi itu nampak pucat.
Karena kondisinya yang absen shalat, jadilah dia bangun kesiangan itupun karena perutnya merasa lapar.
Salsa mencoba bangun dari tidurnya, menelisik setiap sudut ruangan yang dia tempati saat ini, lalu selanjutnya tersadar bahwa dia hanya sendiri disana.
Salsa memegang keningnya sendiri untuk memastikan suhu tubuhnya. Tidak demam ko! Tapi kepala salsa rasanya mau pecah juga, efek dari flu yang sedang dia derita
Karena kebiasaan di hari sebelumnya, kendati matanya belum terbuka sempurna, tangannya meraba nakas disamping ranjang, mencoba mencari handphonenya disana.
Salsa tak mendapat sesuatu yang dicari , jelas tidak ada sebab handphonenya sekarang mungkin sudah milik orang lain.
Matanya terbuka sempurna, juga dengan hembusan nafasnya yang pasrah, Niat hati ingin mengambil handphone malah Salsa mendapat sepiring makanan juga beberapa tablet obat disampingnya lengkap dengan air putih disana.
Ada note kecil juga ternyata "Makan lalu minum obat, hari ini istirahat saja dirumah" itu sisinya
Hati Salsa menghangat, hanya seperti itu dia sudah di buat merasa istri yang paling dicintai suaminya. Namun detik selanjutnya senyum manis yang menghiasi wajahnya tiba-tiba berubah sendu kala mengingat bagaimana sikap Romy terhadapnya.
"Maaf merepotkan lagi kak Romy" gumamnya.
***
Gadis dengan kaca mata juga tas ransel itu baru saja keluar dari kamarnya dengan tergesa, menuruni tangga dengan kecepatan diatas rata-rata dari sebelumnya.Setelah sarapan tadi, Salsa baru sadar dengan dia yang tak datang ke cafe Lidi tempatnya reguleran, tempat yang harusnya dia bernyanyi semalam "Mampus, mana butuh uang banget lagi sekarang"
Sesampai dilantai bawah, dilihatnya Paul yang sedang bermain Ps sendiiri, Salsa mendekat mencoba meminta bantuan pada sahabatnya itu, karena Salsa merasa belum bisa mengendarai motor sendiri, kepalanya masih lumayan sakit walaupun sudah meminum obat dari Romy.
"Ul, anter gue ke cafe Lidi" pintahnya.
Tapi bukannya penerimaan yang Salsa dapatkan, lagi-lagi hanya penolakan "Lo kalau nggak merepotkan sehari saja emang nggak bisa?"
Sebenarnya ucapan seperti itu sering Paul lontarkan untuk Salsa, tapi kondisi saat ini berbeda, Salsa yang dulunya mengira ucapan seperti itu hanya candaan Paul semata, kini tidak lagi, gadis itu merasa bahwa itu adalah fakta dan pastinya harus Salsa terima.
Sedangkan Paul sembari fokus dengan PS di depannya, dia juga tengah menunggu Salsa akan merengek untuk diantar. Senyum jahilnya tercetak jelas di wajah tampan itu.
Semenit, lima menit bahkan sampai lima belas menit, Suara Salsa tak lagi terdengar, membuat Paul dengan cepat menoleh kebelakang, memastikan keberadaan gadisnya itu
"Loh Salsa, lo kemana?" seperti sedang bertanya pada seseorang padahal faktanya sudah tak ada Salsa disana.
"Dia beneran ninggalin gue? Tumben banget nggak tantrum dulu" monolognya
Tak biasa dengan perubahan sikap Salsa, Paul keluar rumah guna mengecek keberadaan Salsa disana, tapi nihil masih tak ditemukan "Apa dia tersinggung dengan ucapan gue. Ahk, tapi nggak mungkin"
***
Salsa sudah berada di cafe tujuannya, dengan menahan sakit di kepala juga badannya yang terasa dingin. Dia mengendarai sendiri motor rumah milik Romy yang sempat di titipkan mama Rosa sebelum dia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
If it is You
Romance"Jika kamu hancur sebesar diriku Akankah kamu tahu? Semua rasa sakit yang memenuhi diriku Ke titik di mana hatiku akan meledak, Betapa aku menginginkanmu?" ~if it'S You