Salsa pagi-pagi sekali kembali disibukkan dengan urusan dapur, walau belum tau banyak tapi gadis itu tak berhenti mencoba. Menelfon Nadila ataupun ibunya adalah jalan keluarnya dalam memask masakan.
Jika ditanya mengapa dia tak memakai jasa tutorial youtube, alasannya karena Salsa cukup trauma mendapati hasil masakan yang berbeda jauh dari kelihatannya di aplikasi itu, dan menurutnya dia sudah mengikuti semua resepnya.
"Ini garamnya berapa banyak El?" Kali Ini Nadila yang menjadi mentornya, menggantikan sang ibu yang sedang berangkat ke pasar
"Secukupnya, pake perasaan kamu aja" Jawab Nadila, suaranya cukup kecil karena gadis itu menerima telfon Salsa saat dia sedang bersiap-siap ke kampus
Salsa mengambil satu sendok dan mengisinya dengan garam, tapi kumudian kembali ragu kala menimbang-nimbang sebanyak apa yang maksud nadila secukupnya, sebab jika mengandalkan perasaan, Salsa sering salah dalam hal itu.
"Secukupnya itu gimana El? Satu sendok atau berapa?" tanya Salsa kembali, Nadila cukup buruk jika dibanding ibunya dalam hal mengajarinya.
"Yah, tergantung sebanyak apa kangkung yang kamu tumis sekarang, terus suami kamu suka nggak masakan yang asin?"
Kali ini Salsa tak tau masalah selera Romy, pria itu selalu saja menerima masakannya, berbeda dengan Paul yang terus saja melayakkan protes.
"Satu sendok aja deh, kalau nggak asin nanti bisa di tambah" ucap Salsa, sendok dengan garam yang dari tadi melayang di tangannya akhirnya dia tumpahkan di wajan yang berisi masakannya.
Lebih baik tidak asin dibanding keasinankan? Kalau nggak asin, Salsa bisa tambah garam lagi, tapi kalau keasinan bisa-bisa makanannya di muntahkan oleh dua orang yang menjadi pelanggannya.
Salsa kembali fokus, terus mengaduk masakannya. Sedangkan Nadila, tadi sudah meminta izin untuk mematikan sambungan telfon karena dia akan berangkat.
"Salsaaaaa"
Salsa tertegun, bukan karena dirinya yang di panggil, melainkan sebuah tangan yang sudah melingkar sempurna di perutnya. Dan tanpa berbalik pun Salsa sudah tau jika itu Romy, suaminya
Sebenarnya ini bukan kali pertama Romy memeluknya tapi tetap saja tak mengurangi rasa deg-degan nya kala Romy melakukan itu
Romy baru saja pulang dari rumah sakit karena dia yang shift malam
"Kak Romy" Salsa yang hendak membalikkan badan kemudian tersadar saat merasakan tangan Romy yang cukup hangat dari biasanya.
Dengan cepat, Salsa melepas pelukan Romy, berbalik badan untuk mengecek kondisi sang suami "Kak Romy demam?"
Bukannya menjawab, Romy malah kembali memeluk Salsa dengan wajahnya yang dia posisikan diatas pundak gadis itu "Sall"
Tangan Salsa terulur memegangi kening Romy, mengecek tubuh pria itu dengan punggung tangannya " Ya Allah kak, badan kamu panas banget"
Padahal selama demam, Salsa sudah menjaga jarak dengan Romy, walaupun dikatakan demam tidak menular tapi tetap saja Salsa menjaga jarak, tak ingin Romy ikut demam juga. Tapi hari ini, setelah Salsa yang sudah pulih, malah sekarang Romy yang jatuh Sakit.
"Salsaa, sakitt" Keluh Romy, dia membawa tangan Salsa ke kepalanya.
Salsa dibuat bingung, dia belum pernah mengurusi orang sakit seorang diri. Apalagi Romy yang sejak tadi merengek padanya, mana Paul sedang keluar lagi.
"Kita ke kamar dulu kak" hanya membawa Romy kedalam kamar yang bisa Salsa lakukan sekarang, bahkan walau berjalan pun Romy tetap tak melepaskan pelukannya
KAMU SEDANG MEMBACA
If it is You
Romance"Jika kamu hancur sebesar diriku Akankah kamu tahu? Semua rasa sakit yang memenuhi diriku Ke titik di mana hatiku akan meledak, Betapa aku menginginkanmu?" ~if it'S You