"Jangan pergi Kal, biar aku aja"
— Haidan GevarezJevano memilih untuk berjalan kearah mobilnya, karena sekarang tubuhnya sudah basah sepenuhnya.
Sementara Jemian, Haidan, dan Razen masih asyik bermain di tepi pantai sana dengan keadaan yang tidak jauh berbeda dengan Jevano.
Setelah meneguk air putih botolan yang tadi ia bawa, ia lebih memilih duduk disamping Haikal yang terlihat tidur di karpet tak jauh dari mobilnya.
Sambil membuka ponsel yang sedari tadi ia letak di tas mengecek apakah ada pesan dari pacarnya.
Iseng - iseng ia melihat kearah Haikal yang tertidur.
Awalnya terlihat biasa saja.
Sampai akhirnya ia menyadari bahwa perut Haikal sama sekali tidak bergerak naik turun seperti orang bernafas.
"Kal, oi bangun oi" ia mencoba membangunkan sambil mengguncang tubuh itu brutal.
Melihat tidak ada respon semakin brutal ia guncang tubuh tersebut sambil berteriak memanggil teman - temannya.
"HAIDAN, RAZEN, JEMI" teriaknya.
Teriakannya terdengar sampai ke tempat ketiga temannya, sehingga mereka memutuskan untuk menyudahi bermain dan mendekat kearah Jevano dan Haikal.
"Kenapa sih lo teriak - teriak kek monyet" tanya Razen.
"Haikal gak bernafas anjir, dia gamau bangun"
Semua terkejut, langsung mendekat kearah haikal yang sudah dalam posisi telentang.
"Woi Kal, jangan bercanda gitu anjir kaga lucu" ucap Razen.
"Woi Kal elah, udah oi jangan ngeprank" ini Jemian.
Melihat wajah pucat itu, Haidan merasakan denyut nadi milik adiknya.
"Denyut nadi nya lemah, kita harus kerumah sakit sekarang"
Mereka segera mengangkat Haikal kemobil kemudian melaju dengan ugal - ugalan agar segera sampai di rumah sakit.
Sementara Haidan sibuk menghubungi Ayah dan Bunda yang sama sekali tidak bisa dihubungi.
Akhirnya ia menelepon ke telepon rumah dan menitip pesan kepada Bi Sumi.
Ia genggam tangan adiknya yang mulai mendingin, sambil ia remas kuat berharap mendapatkan respon dari adiknya.
"Haikal jangan pergi, tahan dulu Kal" batinnya
• Pesan Untuk Abang •
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan untuk abang | Lee Haechan ✅
Fanfiction"Kalau kata orang kita bagai pinang dibelah dua Kal" kata Haidan sore itu. "Beneran anjir kita semirip itu!" Haikal sendiri tersenyum kearah Abang kembarnya. Si Abang balas tersenyum. "Tapi kenapa aku gak ngerasa begitu, Kal?". A Lee Haechan local a...