"Rasa hangat ini, terima kasih Ayah Bunda"
— Haidan Gevarez— 6 jam sebelum operasi
Ayah terlihat baru kembali dari kantor, setelah dari ruangan Haikal, Ayah langsung beranjak ke ruangan Haidan, tentunya setelah memastikan anak bungsu nya tertidur.
Ayah buka pintu dan melihat bagaimana Haidan yang tertawa bersama Bunda.
Sudut hati Ayah tidak bisa berbohong jika Ayah merasa hangat melihat hal tersebut.
Teringat permintaan dari anak sulungnya itu sebelum ia pergi bekerja tadi.
"Idan pengen disayang Ayah Bunda kayak kalian sayang ke Haikal, sekali aja, setidaknya sebelum Idan pergi?"
Ayah kemudian mendekat dan memasang senyum yang sudah lama tidak di lihat Haidan.
"Hei boy gimana keadaan kamu?" Tanya Ayah masih dengan senyum nya.
Haidan dan Bunda terlihat sedikit terkejut, tapi tidak lama senyum yang tadi hilang kini terbit.
"Ayah!" Pekiknya senang.
Ayah mengelus kepala Haidan yang masih tertutup perban.
"Sudah makan?" Tanya Ayah.
Dengan anggukan semangat Haidan menjawab.
"Sudah Ayah, tadi Idan makan bubur, habis semua tidak ada sisa, Idan pinter kan Ayah?"
Ayam tersenyum lembut.
"Iya, abang anaknya Ayah yang paling pinter"
Mata Haidan berkaca - kaca ketika mendengar kata 'abang' yang keluar dari bibir sang Ayah. Rasanya sudah lama sekali.
Haidan kemudian memeluk Ayah, menumpahkan tangis bahagianya diperut Ayah.
Sedang Ayah masih setia mengelus rambut Haidan.
"Makasih, kasih sayang terakhir dari Ayah Bunda ini akan Idan ingat sampai kehidupan selanjutnya" lirihnya dalam pelukan Ayah.
• Pesan Untuk Abang •
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan untuk abang | Lee Haechan ✅
Fanfiction"Kalau kata orang kita bagai pinang dibelah dua Kal" kata Haidan sore itu. "Beneran anjir kita semirip itu!" Haikal sendiri tersenyum kearah Abang kembarnya. Si Abang balas tersenyum. "Tapi kenapa aku gak ngerasa begitu, Kal?". A Lee Haechan local a...