"GAK?! KAMU HARUS DIAM DI RUMAH TERUS POKOKNYA, NGAPAIN AJA SIH KAMU DI LUARAN SANA BERKELIARAN? SEDANGKAN DI RUMAH, KAMU PUNYA ISTRI YANG HARUS JADI TANGGUNG JAWAB KAMU, AKU LAGI HAMIL, DAFFA!"
Teriakan itu membuat telinga kita berdengung mendengarnya, Daffa hanya menghela nafas kasar dan berjalan kearah Veli yang sedang berdiri dengan nafas tak beraturan
"Nafas yang bener," ucapnya yang mana mendapat tepisan kasar dari kedua tangannya yang sedang memegang pundak Veli.
"Hahhh, Daff pliss, aku butuh perhatian kamu, mau sampai kapan kamu cuekin aku? Kejadian itu udah lama dan sekarang ini," tangannya bergerak mengelus perutnya dengan tatapan yang begitu lembut, Daffa yang memang sedang memperhatikannya ikut melihat perut yang ntah kapan sudah mulai menonjol.
"Ada anak kita disini! Anak yang kamu mau iya kan sayang?" Ucapnya dengan tangan yang terulurmembawa tangan Daffa untuk mengelus perutnya yang dengan sendirinya tangan Daffa bergerak membelai perut buncit itu.
Pikirannya kosong, dia tahu anak ini bukan lah anaknya, ketika tangannya membelai area perut itu tidak ada kehangatan atau letusan kebahagiaan, hanya perasaan kosong.
Semua berbeda ketika dirinya bertemu dengan Kea pertama kali, desiran saat melihat Kea yang hampir menyerupai Zikri itu.
"Gua mandi dulu" ucapnya dan berlalu kearah kamar meninggalkan Veli yang sudah berubah raut wajah.
"Bagaimana pun caranya, kamu hanya milik aku, gak akan aku biarin bajingan itu merebut kamu dariku." Ucapnya penuh ambisi.
Meskipun Zikri lebih dulu memiliki Daffa dan dirinya lah yang merebut Daffa, tetap saja, Daffa suaminya sedangkan Zikri hanya masalalunya.
Dengan segera dirinya mengambil ponsel dan menelpon ayahnya, kembali meminta bantuan pada orang yang kemarin membantunya.
Berbanding tebalik dengan Daffa yang sedang berendam di buthub dengan mata terpejam, dirinya mengingat masa lalu, awal mula pemikiran brengsek nya datang.
Dimulai dari dirinya yang pulang kerumah karena telpon dari Maminya mengatakan bahwa dirinya rindu pada Daffa sampai ucapan ketidak setujuannya pada hubungannya dengan Zikri sampai dirinya mengonfirmasi hal itu pada Papinya.
Malam dimana setelah Daffa tahu bahwa ibunya tidak merestui hubungannya dengan Zikri.
Semuanya lagi berkumpul diruang keluarga sambil menonton acara televisi, Daffa yang memang masih memikirkan ucapan ibunya hanya terdiam memandang dengan kosong.
"Daffa" panggilan lembut dari orang yang dia hargai itu membuat lamunannya buyar, dengan senyum paksa dirinya menoleh, melihat sang Ibu yang asik bermain ponsel.
"Bagaimana kalo kamu Mami jodohin sama temennya Mami" Ucapan itu bagaikan tombak yang menghunus hatinya, dirinya tak menyangka sang Ibu berani mengatakan hal itu padahal dia tahu seberapa cintanya dirinya pada Zikri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Word
Teen FictionDia kira waktu dua tahun itu cukup untuk menghapus rasa cintanya, ternyata tidak, apalagi ketika dirinya berhasil menciptakan makhluk dari hubungannya. Zikri mati-matian menjaga makhluk itu tumbuh berkembang dalam tubuhnya, rasanya aneh ketika medap...