Part 30

4.5K 339 45
                                    


Ya allah hamba pengen Civic ya allah🤲

Cepet kan gua up nya? Ya karena rame! Gua jadi antusias, apalagi yang pada nanya duhhh suka dehhh.

Makasih buat readers yang nampak.

Kemaren yang nebak Daffa, yang nebak bapak nye Daffa. Nihh jawabannya disini.

 Nihh jawabannya disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KEA!"

Semua orang yang berada diruangan itu menoleh pada pintu masuk yang menampilkan pria dengan penampilan acak-acakan, Nafasnya terbata-bata karena berlari sepanjang lorong. Bahkan tangannya dengan refleks mengelus perutnya. Khawatir pada makhluk yang berada diperutnya.

"Zikri?"

Daffa lebih dulu sadar dari rasa keterkejutannya, pria itu berjalan menghampiri Zikri. Namun langkahnya terhenti saat Zikri menangis dan langsung berlari kearah brankar.

"Kea, ini bubu sayang. Bangun yu? Kea gak kangen Bubu?" Tangisan pilu itu membuat Daffa tak kuasa menahan airmatanya. Semua salahnya, harusnya dirinya tak hadir kembali dalam hidup Zikri dan Keanza. Harusnya dirinya juga tak membawa Keanza menemui orang tuanya.

Semua salahnya, kata seharusnya itu tak pantas dia ucapkan.

Tubuhnya berjalan pelan kearah Zikri, merengkuh tubuh ringkih yang menangis tersedu-sedu. "Kea kenapa? Dia kenapa bisa sakit kaya gini?"

"Maaf!"

"Maaf karena selalu membuat kalian tersakiti."

Suara Daffa parau, dirinya memeluk Zikri yang sudah meracau tidak jelas. Mencium puncak kepalanya dengan terus mengucapkan kata maaf yang sebenarnya tidak berarti itu.

Pintu kembali terbuka menampilkan papi Daffa yang membawa beberapa makanan. Tatapan dari istri dan menantunya membuat Papi Daffa menghela nafas kasarnya.

"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya nya, berjalan kearah sofa yang tersedia orang itu duduk dengan damai diikuti sang istri yang sedari menatapnya meminjing. "Kamu yang bawa dia kesini?"

Papi Daffa menoleh, sebelum kembali pokus pada makanan nya. "Ya, aku gak mau cucu aku cacat cuman karena hal kaya gini. Dia penerus aku, jadi sudah seharusnya aku melakukan hal kaya gini."

Memang, Papinya Daffa yang datang menemui Zikri. Orang itu adalah mantan pilot, jadi dirinya meminjam helikopter yang temannya punya. Beruntung dirinya mempunyai teman konglomerat yang begitu baik.

Tinggal mengurus suratnya dan terbang kearah tempat parkir helikopter yang tersedia didekat rumah Zikri.

"Tapi,"

"Diem! Kamu udah tua, gak perlu pusing-pusing mikirin kaya ginian. Daffa udah gede, bahkan anaknya udah bisa manggil kita kakek-nenek. Jadi biarin Daffa ngambil jalannya sendiri."

Mami Daffa bungkam mendengar penuturan suaminy, namun Velicia mengepalkan tangannya. Tidak terima dengan keputusan Papi Daffa. disini, dirinya juga menjadi korban.

Different WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang