Part 28

2.7K 334 63
                                    

Udah males up ya, gak ada feedback apapun.
Ini gua salah gak sih kalo minta vote sama komen buat nyemangatin gua gituh.

Dulu mah enak Wp, bisa private cerita jadi kalo mau baca harus Follow dulu berasa di feedback in, sekarang mah gua harus premium dahh buat dapet koin.

Apa pindah ke karyaraksa aja ya, mau gak di vote atau di komen gak masalah tapi gua dapet penghasilan.

Padahal komen kalian tuh bikin gua seneng banget loh, bacaan atu² dan sebisa mungkin gua balesin.

Pengen aja gituh kaya cerita lain, yang setiap paragraf ada komennya, soal ekpresi kalian waktu baca, keselnya, lucunya, sama gemesnya.

Duhh capek-capek gua ngetik, padahal kalian pasti gak baca :)

Waktu pertama Daffa membuka matanya, yang dirinya lihat adalah plafon kamarnya, rasa pusing menderanya ketika dirinya berusaha bangun dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu pertama Daffa membuka matanya, yang dirinya lihat adalah plafon kamarnya, rasa pusing menderanya ketika dirinya berusaha bangun dari tidurnya.

Berapa lama dirinya tertidur? Apa yang terjadi?

Kilas balik tentang kecelakaan nya membuat Daffa tersentak, dirinya bangun dari tempat tidur.

"Keaaa, Keaaaaa" panggilnya berjalan dengan tertatih kepintu keluar, sial! Apa yang terjadi pada kakinya? Kenapa sulit untuk digerakan.

"KEAAAA!" Teriaknya, demi apapun rasa khawatir lebih mendominasi dirinya dari pada rasa sakit saat dirinya berusaha bangun dan berjalan.

"KEA"

"KEAAA"

Saat dirinya akan mencapai pintu sebentar lagi, kakinya lebih dulu ambruk kelantai dengan dentuman yang keras.

"Sial!"

"Daffa!"

"Papahhhhhh"

Keanza masuk kedalam kamarnya, diikuti oleh sang ibu yang dengan cekatan membantunya kembali kekasur. Dan Keanza pun dengan susah payah naik kekasurnya.

"Papa, sakit?" Tanya nya, mengelus pipi Daffa dengan lembut. Daffa tersenyum tangannya terulur menggenggam tangan mungil sang anak, namun saat melihat raut wajah Keanza yang tersirat kesedihan dirinya dengan segera membawa sang anak kedalam pelukan.

Tangisan Keanza pecah, anak itu sesegukan. Tangannya meremas pakaian yang Daffa kenakan sambil berusaha mengeluarkan suaranya.

Hanya satu kalimat yang Daffa, Keanza merindukan Bubunya.

"Ssstttt iya iya, kita pulang ya abis ini? Kea jangan nangis lagi, kangen bubu ya sayang?" Keanza mengangguk saja sebagai jawabannya, kepala kecilnya dia sembunyikan pada ceruk leher sang papa.

Sedangkan Zikri, sedang kelimpungan mencari mereka berdua. Sudah pergi kerumah Daffa dan Valecia namun yang dia temui hanya istri Daffa yang langsung memaki-maki dirinya.

Karena tidak ingin membuat keributan, akhirnya Zikri pergi dari sana tanpa membuahkan hasil apapun.

"Kea, kamu dimana sayang?" Monolognya, menyusuri setiap jalan yang dia lewati berharap menemukan sang anak.

Different WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang