23🍂

258 32 6
                                    

"Lo serius?" Lirih Ara setelah mendengar penjelasan Yoshi mengenai keadaan Junghwan. Yoshi pun hanya menanggapi dengan anggukan pelan.

"Separah itu?" Tanya Ara dengan mata yang sudah berkaca-kaca, menahan tangis.

"Kepala Junghwan kebentur keras, Ra." Ucap Yoshi pelan dan penuh kehati-hatian. Ia tidak tega mengatakannya pada Ara.

"Tapi dia bisa inget lagi, kan?" Ucap Ara dengan tatapan penuh harap.

"Kita doain aja." Ucap Yoshi sembari menarik Ara kedalam dekapannya.

Setelah bertemu Junghwan tadi, Yoshi dan Ara kembali ke ruang rawat Ara. Yoshi menceritakan semuanya. Mulai dari Junghwan yang baru saja siuman kemarin, satu hari lebih cepat dari Ara. Serta kondisi lelaki itu yang ternyata mengalami hilang ingatan sebagian. Bahkan Junghwan juga hampir tidak mengenali Yoshi kemarin.

Di dalam dekapan Yoshi, Ara menangis sejadi-jadinya. Dadanya berdenyut sangat sakit. Ara tidak tau harus berbuat apa. Melihat reaksi dingin dari Junghwan tadi saja, hati Ara sudah tidak sanggup.

"Gimana kalau dia gak inget gue selamanya, Yoshi?" Tanya Ara dalam isakannya. Ia takut, sungguh.

"Kita harus tetep berdoa dan minta yang terbaik sama Tuhan. Gue bakal bantu buat Junghwan inget lagi sama lo." Ucap Yoshi setenang mungkin agar Ara tidak semakin kalut. Lelaki itu juga mengusap punggung Ara, menenangkan.

Ara pun perlahan melepas pelukan itu. Ia menatap netra sahabatya itu sembari mengusap air mata di pipinya.

"Lo bener, gue harus berusaha untuk ingetin Junghwan tentang gue." Ucap Ara yang diangguki Yoshi dengan senyumnya.

"Lo butuh bantuan apapun untuk itu, gue akan selalu ada." Ucap Yoshi sembari meletakkan helaian rambut Ara ke belakang telinga gadis itu.

"... Lo harus punya tekad kuat. Demi balikin semua ingatan Junghwan kayak dulu lagi." Sambung Yoshi yang membuat Ara tersenyum haru.

"Makasih, ya. Gue akan janji dan pastiin Junghwan bakal inget gue lagi." Ucap Ara dengan sungguh-sungguh.

Mendengarnya, Yoshi pun tersenyum dan mengusak pelan rambut gadis yang terduduk di sampingnya itu.

"Good, lo harus tetap optimis." Ucap Yoshi yang sangat tulus mendukungnya. Ara pun kembali memeluk lelaki itu.

"Makasih, makasiih bangett... gue gak tau harus balas kebaikan dan dukungan lo dengan cara apa." Ucap Ara.

"Gue udah pernah bilang kan? Kebahagian lo itu kebahagian gue juga. Jadi ya... bayar aja dengan kebahagian lo."

》》《《

Keesokan harinya, di siang hari, Junghwan sendirian di ruang rawatnya. Ia baru saja mendapat pesan kalau mamanya akan datang sebentar lagi dan masih dalam perjalanan.

"Kapan gue beli ini?" Gumam Junghwan yang heran sembari menyentuh gelang berwarna hitam di tangannya. Ia tidak merasa pernah membelinya. Ia juga bukan tipe orang yang suka membeli barang seperti itu.

Cklek

Junghwan menoleh menuju pintu yang baru saja terbuka. Lelaki itu menghela napas pelan dan mengalihkan pandangannya saat melihat orang yang datang.

"Hai," ucap orang itu yang perlahan berjalan mendekat pada Junghwan. Namun Junghwan tampak acuh dan mengabaikan sapaan itu.

"Lo... masih gak kenal gue?" Tanya orang itu yang membuat Junghwan menatapnya dengan raut dingin.

"Gak, keluar." Ketus Junghwan.

"No, gue gak mau keluar." Ucap orang itu dengan percaya diri yang membuat Junghwan berdecak jengah.

Unconditional Love [So Junghwan] || END✨️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang