BUKU CATATAN BECKY
Selama Perang Revolusi Aaron Burr berselingkuh dengan istri seorang perwira Inggris.
Kau menceritakan kisah itu kepada gadis itu.
Kau pikir itu akan membuatnya merasa lebih baik.
Dia menanyakan siapa Aaron Burr itu.
Kau tertawa, karena kau tidak mengerti bagaimana dia bertahan hidup di Fulton Edge padahal dia bahkan tidak tahu nama orang yang membunuh Alexander Hamilton.
Kau muncul di kelas setiap hari sekarang.
Mungkin kau melakukannya karena tidak ingin dikeluarkan. Kau telah berhasil sejauh ini. Mungkin sebaiknya kita menyelesaikannya. Atau mungkin kau muncul untuk bersamanya.
Kalian berdua berada di jalur yang tepat untuk lulus dalam sebulan. Seluruh tahun ajaran hampir berlalu dalam sekejap. Kau menghabiskan sebagian besar waktunya dengan menyelinap, percakapan berbisik dan pertemuan rahasia, bertemu di bawah jubah kegelapan tanpa sepengetahuan ayahnya. Ayahnya melarang dia bertemu denganmu. Ayahnya mengatakan padanya bahwa kau hanya akan menimbulkan masalah.
Masalahnya, dia sudah mengetahuinya.
Itu tidak cukup untuk menghentikannya.
"Jadi, Vassar ya?" tanyamu sambil duduk di sampingnya diatas meja piknik di taman dekat rumahnya. Hari sudah gelap, sudah lewat tengah malam tapi kau baru saja selesai latihan penuh untuk Julius Caesar. Klub Drama akan mengadakannya dalam tiga minggu sebagai bagian dari perayaan kelulusan. "Seni Liberal. Pasti ayahmu menyukainya."
"Ya, ayah menatapku dengan cara yang sama seperti saat dia menyadari kita tidur bersama."
Astaga, dia sama sekali tidak melakukannya dengan baik. Kemarahan yang meluap-luap sampai-sampai menyampaikan keluhannya kepada atasannya. Ayahmu mengabaikannya, mengatakan bahwa kau telah melakukan hal yang lebih buruk daripada meniduri seorang gadis. Tentu saja, ayahnya tidak lagi menikmati pekerjaannya.
Dia berkomitmen untuk kuliah di Vassar College tahun depan. Sementara itu, kau belum memutuskan apa pun. Kau bahkan tidak yakin ingin kuliah atau tidak. Kau mempunyai impian tetapi itu tidak termasuk belajar hukum di Princeton. Kau sudah diterima entah bagaimana ceritanya. Bahkan kau tidak pernah merasa mendaftar. Semuanya karena kendali ayahmu.
"Selamat," katamu. "Itu sekolah yang bagus."
Masa depan bukanlah sesuatu yang sering kalian bicarakan. Kau bahkan belum pernah memberi status untuk hubungan ini.
Kau tidak pernah menjanjikan sesuatu.
Namun masa depan akan datang dengan cepat. Ini akan menjadi masa kini. Dan apa pun yang terjadi di antara kalian akan terpengaruh.
Dia menyenggol mu dengan bahunya. "Maukah kau datang menemuiku nanti?"
"Aku yakin aku akan datang kapan saja."
"Kau yang terbaik," katanya. "Aku akan merindukanmu."
Dia menjadi emosional, suaranya serak saat mendengar kata-kata itu.
"Kita masih punya waktu beberapa minggu," katamu, kau bangkit dari meja piknik sambil meraih tangannya, membantunya untuk berdiri. "Jangan sia-siakan malam ini dengan mengkhawatirkan hal itu."
Kalian berjalan-jalan bersama sambil berpegangan tangan. Ada sebuah penginapan di dekatnya, di luar tepi taman. Seorang wanita paruh baya yang sangat cerewet adalah pemiliknya, satu-satunya orang yang pernah kau temui pada malam hari ketika kalian bertemu di sini. Penginapan terlihat gelap malam ini. Ada beberapa seprai yang digantung di tali jemuran, dibiarkan semalaman.
Kau mengambilnya satu.
Kau membentangkannya di atas rumput. Setelah itu kau membaringkannya di atasnya. Kau tahu kau tidak akan memiliki privasi di sini tapi kau tidak ingin menyia-nyiakan malam ini lagi. Setiap jahitan pakaian terlepas, dan kau meluangkan waktu untuk menggoda dan mencicipinya, sebelum kau bercinta dengannya.
Kau juga akan merindukannya.
Kau tak mengatakan itu padanya, tidak dengan kata-kata tapi dia bisa tahu. Dia merasakannya lewat setiap ciuman yang kau berikan. Dalam setiap gerakan pinggul mu saat kau mendorong dirimu jauh kedalam dirinya. Kau membuatnya tertawa saat kau berada jauh di dalam dirinya. Kau mengatakan padanya bahwa dia cantik saat dia mengerang di bawah mu.
Kau masih di dalamnya meskipun kalian sudah selesai, kau masih di atasnya, mengatur napas mu sambil menciumi lehernya. Kali ini kau berhati-hati agar tidak meninggalkan bekas lagi.
Ada suara gemerisik di dekat sana, di sepanjang air. Bayangan bergerak dalam kegelapan. Yang bisa kau lihat hanyalah cahaya bulan. Apa pun itu, suaranya semakin dekat... semakin dekat... semakin dekat. Ia datang tepat ke arahmu.
Gadis itu memperhatikan. Dia berteriak, suara yang menusuk memecah kesunyian malam ketika benda dalam bayangan itu mengeluarkan suara di sampingnya.
BEBEK!
Dia mendorongmu agar menjauh darinya. Kau tertawa terlalu keras hingga tidak bisa menenangkannya. Dia merangkak menjauh, menjerit, dan menarik seprai dari bawahmu untuk membungkus tubuhnya. Pakaian kalian pun berserakan.
"Itu hanya seekor bebek," katamu padanya, kau duduk telanjang diatas rumput. Kau masih tertawa ketika bebek itu membelok ke arahnya, berkuak seperti orang gila sebagai reaksi terhadap suara yang dibuatnya.
"Seekor bebek?" dia berkata. "Apa yang diinginkannya? Ya Tuhan, dia mengikutiku. Kenapa dia mengikutiku?"
"Mungkin dia lapar," katamu.
"Apakah aku terlihat seperti makanan bebek?" dia bertanya, mencoba mengusirnya. "Pulanglah, Daffy..hus..hus"
Kau berdiri dan mengumpulkan pakaian, melemparkan miliknya ke arahnya. Bebek itu berjalan terhuyung-huyung menuju air. Tapi sudah terlambat. Dia membuat terlalu banyak keributan.
Ada gerakan lagi. Lebih banyak bebek yang datang.
Dia melarikan diri menuju penginapan, membawa pakaiannya. Kau mengikutinya ketika semburan cahaya senter menghancurkan malam. Kau membeku dan tampak khawatir. Seseorang ada di sana. Gadis itu bersembunyi di halaman belakang penginapan, tapi kau terlalu lama untuk mengejar langkahnya. Cahaya dari senter menemukanmu saat sebuah suara terdengar, "Polisi! Angkat tanganmu!"
Pakaianmu terjatuh. Kau berdiri di sana, telanjang dengan segala kemegahan mu, kau mengangkat tanganmu saat petugas polisi mendekat. Polisi itu memerintahkan mu untuk berpakaian sebelum memborgol kedua tanganmu.
Gadis itu mulai melangkah keluar dari bayang-bayang. Polisi tidak tahu dia ada di sana. Namun kau menggelengkan kepala, memperingatkan dia untuk tidak melakukannya.
Wanita pemilik penginapanlah yang menelpon polisi saat dia mendengar suara-suara di luar yang melanggar aturan. Dia berdiri di teras belakang rumahnya, melihatmu ditangkap.
Paparan yang tidak senonoh.
Dan kau tidak tahu ini, tapi gadis itu? Dia berlari sepanjang perjalanan pulang hanya berbalut kain curian, pakaiannya ditinggalkan. Ibunya terbangun ketika dia sampai di sana dan mendengar dia masuk. Kau tahu, wanita itu telah mengetahui bahwa putrinya menyelinap keluar di malam hari selama berbulan-bulan tapi dia tidak pernah mengatakan sepatah kata pun tentang hal itu. Seorang ibu lebih tahu. Dia tahu bagaimana rasanya mencintai orang yang coba disembunyikan darimu. Ibunya akan terbangun di malam hari untuk mendengarkan, untuk memastikan dia berhasil kembali ke rumah, tapi pagi ini berbeda. Wanita itu merasakannya. Gadis itu akhirnya mengaku. Dia mengatakan kepadanya bahwa kau ditangkap. ''Jangan khawatir,'' kata ibunya. "Ibu akan membantunya."