Bab 8

502 87 13
                                    

Becky


"Dalam berita hiburan, bintang Breezeo Freen Sarocha terlibat dalam kecelakaan tadi malam di Manhattan..."

Aku sudah setengah jalan menuju dapur ketika kata-kata itu terdengar ditelingaku, langkah kakiku terhenti. Aku berbalik melihat televisi di seberang ruang tamu, berpikir aku pasti salah dengar tapi tidak… itu memang dia, rekaman yang diputar di karpet merah, wajahnya yang tersenyum di layar, matanya yang tajam seakan menatap ke arahku. .

"Aktris berusia dua puluh delapan tahun itu ditabrak mobil di dekat lokasi syuting film terbarunya. Saksi mata mengatakan Sarocha terjatuh dijalan raya saat bertengkar dengan paparazi."

Aku mendekati TV saat gambar di layar berubah, video setelahnya diputar. Hal pertama yang aku lihat adalah darah mengalir di wajahnya. Dia terlihat waspada. Dia masih hidup. Kelegaan yang membanjiri tubuhku hampir membuat lututku lemas.

"Seorang juru bicara aktris tersebut mengatakan dia saat ini dalam kondisi stabil dan sedang menjalani masa pemulihan. Syuting untuk film tersebut sementara waktu dihentikan hingga Sarocha pulih dari luka-lukanya."

"Ibu..."

Begitu aku mendengar suara Maddie, aku menekan tombol untuk mematikan TV berharap dia tidak melihatnya. Aku menoleh padanya, harapanku langsung pupus. Oh sial. Dia terlihat kaget. "Iya sayang?"

"Apakah Breezeo baik-baik saja?"

"Tentu," kataku, memberinya senyuman. "Dia mengalami kecelakaan kecil tapi dia akan baik-baik saja."

"Maksud ibu dia sedang sakit?"

"Ya, seperti itu.." jawabku

Ekspresinya berubah saat dia memikirkan sesuatu, wajahnya kembali bersinar. "Apa aku bisa membuatkan dia kartu ucapan?"

"Uh, ya.. tentu saja sayang" kataku, tidak membiarkan senyumku memudar. "Ibu yakin kita akan mendapatkan alamat untuk mengirimkan padanya."

Agensinya pasti menerima banyak surat penggemar untuknya. Aku cukup yakin dia tidak membukanya secara pribadi jadi tidak ada salahnya mengirimkan kartu ucapan Maddie padanya.

Maddie lari ke kamar tidurnya untuk mengerjakan beberapa karya seni sementara aku sibuk membuat makan malam, menyalakan laptop lamaku sementara pizza beku aku masukan kedalam oven. Untuk pertama kalinya setelah lebih dari setahun aku mengetikkan nama samarannya di bilah pencarian.

Aku menarik napas dalam-dalam ketika hasilnya muncul. Gambar-gambar wajahnya banyak sekali yang bermunculan, ada juga video kecelakaan itu. Hatiku berdebar saat aku melihatnya. Aku menekan tombol putar dan menonton. Tiga puluh detik aku menahan napas, mengharapkan kemungkinan terburuk darinya—mungkin karena mabuk lalu dia terhuyung-huyung di tengah kemacetan tanpa mempedulikan nyawanya. Tapi sebaliknya, aku melihatnya mendorong seorang pria, menyuruhnya mundur ketika seorang gadis terjebak di antara mereka. Gadis itu terdorong ke tengah jalan tapi refleksnya begitu cepat, sangat cepat, saat dia meraihnya dan mendorongnya kembali ke trotoar sebelum—

Merasa ngeri, aku menutup laptop begitu mobil menabraknya. Dia menyelamatkan gadis itu dari tabrakan.

Aku duduk dalam diam dan tertegun. Hidungku mulai berkedut ketika aku mencium bau sesuatu yang terbakar menggelitik lubang hidungku. Butuh beberapa saat sebelum mataku mulai terasa panas dan membuatku tersadar. Makan malam.

Astaga.

Aku berlari menuju oven untuk mematikannya, membuka pintu saat detektor asap mulai menyala-nyala, aku mengipasi asapnya saat menarik pizza itu dari dalam. Pizza-nya hangus.

Ghosted (adaptasi) endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang