Bab 33

390 90 0
                                    

Freen

Daniel sedang sibuk mengetik di ponselnya.

Dan aku membenci benda sialan itu.

Dia belum menikah, itu tidak mengherankan mengingat sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk terpaku pada layar ponselnya. Serangkaian hubungan asmara adalah satu-satunya waktu yang tidak di milikinya. Dia selalu mengatakan bahwa pekerjaan adalah istrinya.

Tidak butuh waktu lama setelah aku menelepon dari kantor polisi, Daniel tiba dari kota tempat dia sibuk bekerja. Berusaha memperbaiki kekacauan-kekacauan lainnya, sementara aku sibuk menciptakan lebih banyak kekacauan lagi.

Kami sekarang sedang duduk di ruang interogasi, hanya ada aku dan Daniel. Aku sendiri sudah dibebaskan dan boleh pergi sejak setengah jam yang lalu, namun Daniel ingin berbicara secara pribadi denganku. Dan disini lah kami berakhir.

Hanya saling diam seperti orang bodoh. Masalahnya Daniel belum mengatakan sepatah kata pun sejak kami duduk, terlalu sibuk dengan ponsel, mengetik apa pun yang sedang diketiknya.

"Obrolan yang sangat menarik," sindirku, setelah kami cukup lama saling terdiam.

"Oh, apakah aku membuatmu bosan?" tanyanya, masih tidak mendongak. "Maaf, aku agak sibuk berdiskusi dengan humas tentang koordinasi siaran pers untuk menjelaskan penangkapanmu. Aku akan berusaha lebih baik lain kali."

"Tidak ada yang perlu dijelaskan," kataku. "Video itu membuat semuanya cukup jelas."

Dia menggelengkan kepalanya. "Apa yang sedang kau pikirkan Sarocha?"

"Dia berkata buruk tentang putriku."

"Oh, ayolah.. itu hanya kata-kata. Jangan memukul orang saat dia sedang merekam. Kau baru saja memberinya bahan untuk mengajukan gugatan padamu, yang berarti penyelesaian harus mengeluarkan lebih banyak uang dari kantongmu." Dia meletakkan ponselnya dan mulai membuka tas kerjanya, mengeluarkan setumpuk kertas lalu menyodorkannya kepadaku. "Pengacaramu mengirim ini untuk kau periksa."

Aku melirik lembar paling atas.

Perjanjian Kerahasiaan.

"Untuk apa ini?"

"Untuk memastikan kerahasiaan Nona Armstrong yang berkelanjutan."

Aku mengerjapkan mataku sejenak sebelum menatapnya. "Kau bercanda?"

"Apakah aku terlihat seperti sedang bercanda?" tanyanya sambil mengambil ponselnya lagi.

Tidak, dia tidak sedang bercanda.

Dan aku tahu dia tidak pernah bercanda dalam setiap berkata.

"Aku tidak akan meminta dia menandatangani ini," kataku sambil menyodorkan semua dokumen itu kepadanya tanpa membaca sedikit pun isinya.

"Apakah kau lebih suka kalau aku yang bertanya langsung padanya?"

"Itu tidak perlu. Dia tidak membutuhkannya."

"Aku tidak setuju. Lebih baik aman  daripada menyesal."

"Itu sangat menyinggung. Tidak mungkin dia mau menandatanganinya."

"Kenapa tidak? Dia sudah menandatangani yang sebelumnya."

Aku menatapnya ketika kata-kata itu meresap dalam otakku. "Apa maksudmu dia menandatangani yang sebelumnya?"

"Maksudku dia sudah menandatangani surat perjanjian. Ini hanya versi yang diperbarui."

"Kau menyuruhnya menandatangani salah satu dari ini? Apa kau serius?"

Ghosted (adaptasi) endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang